Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan adalah hari raya yang dirayakan umat Hindu Dharma di Bali. Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan sembah untuk memohon berkah, keselamatan, dan kesejahteraan. Pada dikala perayaan Hari Raya Kuningan ini, nasi kuning menjadi ciri khas dari isi sesajen, berbeda dengan perayaan lainnya.
Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari, dengan memakai perhitungan kalender Bali (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari). Sepuluh hari sesudah hari raya Galungan.
Kata Kuningan mempunyai makna “kauningan” yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi biar terhindar dari mara bahaya. Agama Hindu Bali merupakan sinkretisme (penggabungan) kepercayaan Hindu aliran Saiwa, Waisnawa, dan Brahma dengan kepercayaan asli suku Bali.
Hari Suci Kuningan dirayakan umat dengan cara memasang tamiang, kolem dan endong
Tamiang ialah simbol senjata Dewa Wisnu sebab ibarat Cakra.
Kolem ialah simbol senjata Dewa Mahadewa.
Endong tersebut ialah simbol kantong perbekalan yang digunakan oleh Para Dewata dan Leluhur kita dikala berperang melawan Adharma. Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale dan pelangkiran, sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
Makna Kuningan Hari Raya Kuningan
Hari Kuningan merupakan hari resepsi bagi hari Galungan sebagai kemenangan dharma melawan adharma yang pemujaannya ditujukan kepada para Deva dan Pitara agar turun melakukan pensucian serta mukti, atau menikmati sesaji yang dipersembahkan. Kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma(kejahatan) yang telah dirayakan setiap Galungan dan Kuningan hendaknyalah diserap dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dharma tidaklah hanya diwacanakan tapi dilaksanakan, dalam kitab Sarasamuccaya (Sloka 43) disebutkan keutamaan dharma bagi orang yang melaksanakannya yaitu :
“Kuneng sang hyang dharma, mahas midering sahana, ndatan umaku sira, tan hanenakunira, tan sapa juga si lawanikang naha-nahan, tatan pahi lawan anak ning stri lanji, ikang tankinawruhan bapanya, rupaning tan hana umaku yanak, tan hana inakunya bapa, ri wetnyan durlaba ikang wenang mulahakena dharma kalinganika.”
Artinya: “Adapun dharma itu, menyelusup dan mengelilingi seluruh yang ada, tidak ada yang mengakui, pun tidak ada yang diakuinya, serta tidak ada yang menegur atau terikat dengan sesuatu apapun, tidak ada bedanya dengan anak seorang wanita tuna susila, yang tidak dikenal siapa bapaknya, rupa-rupanya tidak ada yang mengakui anak akan dia, pun tidak ada yang diakui bapa olehnya”. Perumpamaan ini diambil karena, bagi manusia, sangat sulit untuk sanggup mengetahui dan melaksanakan dharma itu. Di samping itu pula dharma sangatlah utama dan rahasia, hendaknya ia dicari dengan ketulusan hati secara terus-menerus.
Dikutip dari Bhagawan Dwija, menyampaikan makna dari Kuningan ialah mengadakan janji/pemberitahuan/nguningang, baik kepada diri sendiri, maupun kepada Ida Sanghyang Parama Kawi, bahwa dalam kehidupan kita akan selalu berusaha memenangkan dharma dan mengalahkan adharma (antara lain bhuta dungulan, bhuta galungan dan bhuta amangkurat).
Sarasamuccaya (sloka 564) juga menyebutkan:
“Lawan ta waneh, atyanta ring gahana keta sanghyang dharma ngaranira, paramasuksma, tan pahi lawan tapakning iwak ring wwai, ndan pinet juga sire de sang pandita, kelan upasama pagwan kotsahan.”
Artinya: “Lagi pula terlampau amat mulia dharma itu, amat diam-diam pula, tidak bedanya dengan jejak ikan didalam air, namun dituntut juga oleh sang pandita dengan ketenangan, kesabaran, keteguhan hati terus diusahakan.”
Demikianlah keutamaan dharma hendaknyalah diketahui, dipahami kemudian dilaksanakan sehingga menemukan siapa bekerjsama jati diri manusia. Hari raya Kuningan ialah hari raya khusus, di mana para leluhur yang sesudah beberapa dikala berada dengan keluarga sekali lagi disuguhkan sesaji dalam upacara perpisahan untuk kembali ke-stananya masing-masing. Sedangkan di pedesaan ada beberapa Barong ngelawang beberapa hari diikuti sekolompok bawah umur dengan tetabuhan/gamelan.
Penyelenggaaraan upacara Kuningan disyaratkan supaya dilaksanakan semasih pagi dan tidak dibenarkan sesudah matahari condong ke barat. Ini dikarenakan Pada Hari Raya Kuningan, Ida Sanghyang Widhi Wasa memberkahi dunia dan umat insan semenjak jam 00:00 dini hari hingga jam 12:00 siang. Kenapa batas waktu hingga jam 12 siang, dikarenakan energi alam semesta (panca mahabhuta : pertiwi, apah, bayu, teja, akasa) bangun dari pagi hingga mencapai klimaksnya di bajeg surya (tengah hari). Setelah lewat bajeg surya disebut masa pralina (pengembalian ke asalnya) atau juga sanggup dikatakan pada masa itu energi alam semesta akan menurun dan pada saat sanghyang surya mesineb (malam hari) ialah saatnya beristirahat (tamasika kala).

Pura Besakih, di desa Besakih di lereng Gunung Agung di Bali timur, Indonesia, ialah yang paling penting, candi agama Hindu terbesar dan tersuci di Bali. Sumber foto: Wikimedia Commons
Sarana Upacara Hari Raya Kuningan
Pada hari Kuningan, umat Hindu Bali menciptakan nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesaji sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep sebagai insan (umat) mendapatkan anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh dia kepada umat-Nya atas dasar cinta-kasihnya. Di dalam tebog atau selanggi yang berisi nasi kuning tersebut dipancangkan sebuah wayang-wayangan (malaikat) yang melimpahkan anugerah kemakmuran kepada umat manusia.
Sarana upacara sebagai simbol kemeriahan terdiri dari aneka macam macam jejahitan yang mempunyai simbol sebagai alat-alat perang yang diperadekan seperti tamiyang kolem, ter, ending, wayang-wayang dan lain sejenisnya. Dalam upacara Kuningan, memakai upakara sesaji yang berisi simbol tamiang dan endongan, dimana makna tamiang memiliki lambang tunjangan dan juga melambangkan perputaran roda alam yang mengingatkan insan pada aturan alam. Sedangkan Endongan maknanya ialah perbekalan. Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan ialah ilmu pengetahuan dan bhakti (jnana). Sarana lainnya, yakni ter dan sampian gantung. Ter ialah simbol panah (senjata) sebab bentuknya memang ibarat panah. Sementara sampian gantung sebagai simbol penolak bala.
Jika masyarakat tak bisa beradaptasi dengan alam, atau tidak taat dengan aturan alam, alhasil akan tergilas oleh roda alam. Karena itu, melalui perayaan ini umat diperlukan bisa menata kembali kehidupan yang serasi (hita) sesuai dengan tujuan agama Hindu. Sementara senjata yang paling ampuh ialah ketenangan pikiran.
Perayaan ini juga dimaksudkan biar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta, Ida Sang Hyang Widi Wasa dan mensyukuri karunia-Nya. Melalui perayaan ini umat juga dituntut selalu ingat menyama braya(bersaudara), meningkatkan persatuan dan solidaritas sosial. Selain itu, melalui rerahinan umat diperlukan selalu ingat kepada lingkungan sehingga tercipta harmonisasi alam semesta beserta isinya. Tujuan pelaksanaan upacara kuningan ini ialah untuk memohon kesentosaan, kedirgayusan serta tunjangan dan tuntunan lahir dan batin.
Tradisi Unik Hari Raya Kuningan
Sebuah tradisi unik selalu digelar warga di Kota Tabanan, setiap merayakan hari raya Kuningan. Seusai menggelar persembahyangan bersama, setiap keluarga yang berkecukupan membagi-bagikan uang kepada warga dengan cara disebar di udara.
Tradisi bernama Mesuryak (bersorak) ini disambut antusiasme warga desa mulai dari bawah umur hingga orang dewasa. Meski masih berpakaian susila lengkap, mereka tak canggung untuk memburu pecahan uang mulai dari Rp.500 hingga Rp.100.000.
Bahkan, tak jarang beberapa dari mereka mengalami cedera sebab saling berebut untuk mendapatkan uang yang mereka incar. Tradisi Mesuryakini menjadi warisan leluhur dan berlangsung secara turun-termurun. Tradisi ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal biar diberi kawasan yang layak di alam sana.
Secara niskala (tidak nyata) kita menawarkan sesaji dan secara skala (nyata) kita menawarkan uang sebagai bentuk nyata. Mereka yang menyelenggarakan mesuryak meyakini bahwa rejeki akan berlimpah jikalau memberi kebahagiaan kepada sesama dengan cara membagi-bagikan uang sebab hal ini berarti membekali leluhur mereka yang telah meninggal.
Bacaan Lainnya
- Galungan – Rangkaian Hari Raya Galungan dan Sejarah
- Kode Telepon Negara di Seluruh Dunia – Daftar Lengkap
- Kode Telepon di Indonesia Menurut Ibukota Provinsi
- Daftar Hari Besar / Penting Di Indonesia – Dari Bulan Januari Sampai Desember
- Telepon Tanpa Baterai
- Memori Komputer
- Cara Agar Tidak Tertipu Belanja Online
- Tempat Belanja Unik di Jogja
- Pasar Keuangan – Definisi, Pengertian, Jenis dan Contoh
- Bitcoin Uang Elektronik, Informasi, Sejarah, Transaksi, Cara Daftar Bitcoin Indonesia
- Uang Rupiah Negara Indonesia – Sejarah Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
- Tempat Wisata Yang Harus Dikunjungi Di Tokyo – Top 10 Obyek Wisata Yang Harus Anda Kunjungi
- Cara Membeli Tiket Pesawat Murah Secara Online Untuk Liburan Atau Bisnis
- Tibet Adalah Provinsi Cina – Sejarah Dan Budaya
- Puncak Gunung Tertinggi Di Dunia dimana?
- TOP 10 Gempa Bumi Terdahsyat Di Dunia
- Apakah Matahari Berputar Mengelilingi Pada Dirinya Sendiri?
- Test IPA: Planet Apa Yang Terdekat Dengan Matahari?
- 10 Cara Belajar Pintar, Efektif, Cepat Dan Praktis Di Ingat – Untuk Ulangan & Ujian Pasti Sukses!
- TOP 10 Virus Paling Mematikan Manusia

Apakah Anda mempunyai sesuatu untuk dijual, disewakan, layanan apa saja yang ditawarkan atau lowongan pekerjaan? Pasang iklan & promosikan jualan atau jasa Anda kini juga! 100% GRATIS di: www.TokoPinter.com

3 Langkah super mudah: tulis iklan Anda, beri foto & terbitkan! semuanya di Toko Pinter
Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai
Respons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jikalau Anda mengunduh aplikasi kita!
Siapa bilang mau pandai harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang menciptakan Anda menjadi lebih smart!
Sumber bacaan: Wikipedia, CNN Indonesia, Input Bali
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
EmoticonEmoticon