Dunia pendidikan indonesia akhir-akhir ini sangat tercoreng dengan kejadian-kejadian yang seharusnya tak pernah terjadi. Dalam sebuah forum pendidikan khususnya sebuah sekolah, Guru, Murid, dan Wali Murid yang seharusnya besinergi untuk mencapai sebuah tujuan mulia malah dinodai dengan hal-hal yang buruk.
Ya, Ahmad Budi Cahyono, seorang guru honorer di Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Torjun, Sampang, pada hari Kamis (1/2/2018) harus mengalami kejadian yang sungguh diluar logika sehat kita, dia di hajar oleh anak muridnya sendiri di dalam kelas pada ketika jam belajar. Hal itu terjadi alasannya ialah Pak Budi menjalankan kewajibannya sebagai guru, menegur muridnya yang terus ribut menganggu temannya. Bukannya merubah positif ulahnya, sang murid semakin menjadi hingga dengan tega memukuli Pak Budi. Malang nasib Pak Budi, ternyata itu hari terakhir dia mengajar bahkan hari terakhir belaiu di dunia ini.
Masih segar ingatan kita perihal dongeng faktual Pak Budi, yang kita harapkan biar itu jadi kejadian terakhir. Tapi nyatanya dunia prndidikan kembali tergores dalam,
Nuzul Kurniawati, Seorang guru di Sekolah Menengah Pertama Darussalam Jalan Tani Kecamatan Pontianak Timur, Rabu (7/3/2018) yang harus mencicipi kejadian yang hampir sama dengan Pak Budi. Bermula ketika Ibu Nuzul menegur muridnya alasannya ialah sedang bermain HP ketika jam pelajaran berlangsung, bukannya takut dan menyudahi bermain HPnya si murid malah lebih menentukan tak menghiraukannya. Sang guru pun segera mengambil HP murid tersebut, namun tak disangka si murid malah melemparkan dingklik kepada gurunya. Sudah tentu Ibu Nuzul mencicipi sakit yang tak seharusnya dia rasakan.
Kalau boleh ditanya,
Salah siapa ini?
Kenapa dapat terjadi?
Lalu, apa yang harus dilakukan guru?
Lalu, Sanksi apa yang pantas untuk murid-murid tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya muncul dalam benak ketika pertama mendengar isu ini, dan mungkin saja kita punya jawabannya masing-masing. Disini tugas orang bau tanah sangat terang diharapkan dalam membentuk huruf seorang anak, jangan hingga kita sebagai orang bau tanah selalu menuntut belum dewasa kita menjadi anak yang pintar, tapi kita lupa untuk mengajarkan belum dewasa kita untuk menjadi seorang yang bermoral dan berakhlak mulia. Sepintar apapun seseorang tapi kalau moral dan akhlaknya jelek maka hanya keburukan yang akan menyertainya.
Sekian, Semoga kita sebagai guru dan orang bau tanah dapat membimbing belum dewasa kita menjadi anak yang berprestasi, bermoral dan berakhlak baik biar kelak menjadi p0juang bangsa dan negara.
Sumber http://www.terasfisika.com
EmoticonEmoticon