Candi Buddha di Indonesia
Agama Buddha atau Buddhisme berasal dari anak benua India yang meliputi bermacam-macam tradisi, kepercayaan dan praktik spiritual yang sebagian besar menurut pada pedoman yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar”). Berikut yaitu daftar candi Buddha di Indonesia:
Candi Buddha di Indonesia – Pulau Jawa
Banyunibo
Yang berarti ‘air jatuh-menetes’ dalam bahasa Jawa) yaitu candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bab sebelah timur dari Kota Yogyakarta ke arah Kota Wonosari. Sekitar 5,6 km ke arah selatan dari candi Prambanan, dan secara administratif terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar masa ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bab atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Batujaya
Kompleks Percandian Batujaya yaitu sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian alasannya yaitu terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Berdasarkan analisis radiometri karbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling renta berasal dari masa ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari masa ke-12.
Bojongmenje
Candi Bojongmenje merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia yang terletak di Jawa Barat. Yang lebih dikenal dengan Situs Rancaekek, merupakan komplek purbakala yang diduga merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kalurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat. Situs ini terletak di bersahabat daerah industri sehingga keberadaannya terancam.
Bersama-sama dengan Candi Cangkuang dan Situs Percandian Batujaya dan Situs Cibuaya, situs ini merupakan satu dari sedikit bangunan peninggalan masa Hindu-Buddha yang masih bisa dilacak di Jawa Barat. Dugaan awal oleh para andal arkeologi Candi Bojongmenje merupakan peninggalan dari masa ke 7. Bila hal itu benar, maka Candi Bojongmenje mempunyai usia yang jauh lebih muda dibandingkan Candi di situs Batujaya yang merupakan peninggalan masa ke 2.

Candi Bojongmenje – Jawa Barat. Sumber foto: Moreblazz / Wikimedia Commons
Borobudur
Terletak di Borobudur, Magelang di Jawa Tengah dan berjarak sekitar 15 kilometer dari Yogyakarta. Awal konstruksi sekitar 770 Masehi dan selesai sekitar 825 Masehi.
Hingga ketika ini, Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahun, umat Buddha tiba dari seluruh Indonesia dan luar negeri untuk berkumpul di Borobudur untuk memperingati Hari Raya Waisak.

Sejarah Candi Borobudur. Candi Buddha Mahayana masa ke-9. Sumber foto: Prayudi Hartono / Flickr
Brahu
Merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia, yang terletak di dalam daerah situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kota Majapahit. Tepatnya, candi ini berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, atau sekitar dua kilometer ke arah utara dari jalan raya Mojokerto-Jombang.
Diperkirakan, candi ini didirikan pada masa ke-15 Masehi meskipun masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang menyampaikan bahwa candi ini berusia jauh lebih renta daripada candi-candi lain di sekitar Trowulan.
Bubrah
Berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara administratif, candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. (wikimapia)
Dinamakan ‘Bubrah’ alasannya yaitu keadaan candi ini rusak (bubrah dalam bahasa Jawa) semenjak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada masa ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu periode dengan Candi Sewu.
Dawangsari
Verada di sebelah utara dari Candi Barong, yaitu di dusun Dawangsari, Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada masa ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada ketika pertama kali ditemukan, reruntuhan candi ini mempunyai beberapa stupa yang merupakan menandakan Buddhisme dan patung Ganesha sebagai perlambang akan pemujaan terhadap agama Hindu.
Gampingan
Terletak di dusun Gampingan, Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, yaitu di sebelah timur kota Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada sekitar masa ke-8 dan ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Jabung
Terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini bisa bertahan ratusan tahun. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura.
Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja.
Jago
Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama Candi Jago (abad ke-13) bahu-membahu berasal dari kata “Jajaghu”, yang didirikan pada masa Kerajaan Singasari pada masa ke-13. Jajaghu, yang artinya yaitu ‘keagungan’, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci. Candi ini berlokasi di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur atau sekitar 22 km dari Kota Malang.
Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri menyerupai yang disebut pada Prasasti Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D. 214.
Jawi
Nama aslinya yaitu Jajawa, yang dibangun sekitar masa ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Singasari yang terletak di terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia (sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan).
Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun bahu-membahu merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan bubuk dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari bubuk tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.
Kalasan
Terdapat di desa Kalasan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta, Indonesia. Candi ini mempunyai 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km dari candi Prambanan.
Berdasarkan prasasti Kalasan pada tahun 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini menyebutkan ihwal pendirian bangunan suci untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para pendeta.
Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra. Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini sanggup diidentifikasikan dengan Dharanindra atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah dari Samaragrawira. Sehingga candi ini sanggup menjadi bukti kehadiran Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijayadi Sumatra atas Jawa. Selanjutnya lihat: Candi Kalasan

Candi Kalasan – Yogyakarta. Sumber foto: Wikimedia Commons
Lumbung
Cndi Lumbung merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia. Terletak di salah satu kompleks percandian Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah.
Meskipun demikian, Candi ini telah masuk ke wilayah Jawa Tengah, yaitu di Kabupaten Klaten. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada masa ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram.
Mendut
Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya yaitu hutan bambu. Oleh spesialis arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Persis di sebelah candi Mendut terdapat vihara Buddha Mendut. Vihara ini dahulunya yaitu sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya yaitu proteksi dari Jepang.
Ngawen
Yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Sailendra pada masa ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Menurut Soekmono keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar yaitu bangunan suci yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M, yaitu Venuvana (Sanskerta: ‘Hutan Bambu’).
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya tampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih tampak cukup jelas, di antaranya yaitu ukiran Kinnara, Kinnari dan kala-makara.
Pawon
Terletak di Kabupaten Magelang. Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, sempurna berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat.
Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini yaitu ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah insan setengah burung/berkepala insan berbadan burung).
Plaosan
Sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut yaitu candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada masa ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.
Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Pada masa lalu, Kompleks percandian ini dikelilingi oleh parit berbentuk persegi panjang. Sisa struktur tersebut masih bisa dilihat hingga ketika ini di bab timur dan barat candi.

Candi Plaosan Lor. Salah satu candi Buddha di Indonesia. Sumber foto: Tiwuk Suwantini / Wikipedia
Ratu Baka
Situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. Ratu Baka atau Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang(Mataram Hindu).
Nama “Ratu Baka” berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Baka (bahasa Jawa, arti harafiah: “raja bangau”) yaitu ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Loro Jonggrang.
Sari
Disebut Candi Bendah yaitu salah satu candi Buddha di Indonesia yang berada tidak jauh dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bab sebelah timur bahari dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar masa ke-8 dan ke-9 pada ketika zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bab atas candi ini terdapat 9 buah stupa menyerupai yang tampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta tabrakan relief yang ada pada dinding candi sangat menyerupai dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan digunakan untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan digunakan sebagai tempat berguru dan berguru bagi para bhiksu.
Sewu
Candi Sewu atau Manjusrighra adalah salah satu candi Buddha di Indonesia yang dibangun pada masa ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Candi Sewu berusia lebih renta daripada Candi Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya mempunyai 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan “Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini menurut kisah legenda Loro Jonggrang.
Berdasarkan Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 dan Prasasti Manjusrigrha yang berangka tahun 792 dan ditemukan pada tahun 1960, nama orisinil candi ini yaitu ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Klik disini untuk mengetahui sejarah lebih lanjut dan kisah ihwal Loro Jonggrang.

Kompleks Candi Sewu dilihat dari udara membentuk teladan Mandala Wajradhatu. Sumber foto: Gunkarta / Wikimedia

Candi Sewu atau Manjusrighra yaitu salah satu candi Buddha di Indonesia yang dibangun pada masa ke-8. Sumber foto: Crisco / Wikimedia
Sojiwan
terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebuah ciri khas candi ini ialah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berafiliasi dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang kini masih ada.
Candi ini terletak kurang lebih dua kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, dari gerbang Taman Wisata Candi Prambanan meyeberang jalan raya Solo-Yogyakarta masuk ke jalan kecil menuju ke arah selatan, menyeberang rel kereta api, kemudian pada perempatan pertama berbelok ke kiri (timur) sejauh beberapa ratus meter hingga candi terlihat di sisi selatan. Candi ini telah selesai dipugar pada tahun 2011.
Sumberawan
Candi Sumberan merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia yang terletak di daerah Malang. Saat ini, candi ini hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Para andal purbakala memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal dalam kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 masehi, sewaktu ia mengadakan perjalanan keliling. Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bab batur dan dagoba (stupanya) sanggup diperkirakan bahwa bangunan Candi Sumberawan didirikan sekitar masa 14 hingga 15 masehi yaitu pada periode Majapahit. Bentuk stupa pada Candi Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.
Trowulan
Adalah daerah kepurbakalaan dari periode klasik sejarah Indonesia yang berada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai temuan yang diangkat di sini menunjukkan ciri-ciri pemukiman yang cukup maju. Berdasarkan kronik, prasasti, simbol, dan catatan yang ditemukan di sekitar daerah tersebut, diduga berpengaruh situs ini berafiliasi dengan Kerajaan Majapahit.
Kawasan berdirinya struktur-struktur besar (candi, makam, dan kolam) meliputi wilayah sekitar 5 km × 5 km, dipotong oleh jalan negara yang menghubungkan kota Jombang dan Surabaya.
Namun demikian, temuan-temuan yang terpendam diketahui berada di luar daerah tersebut dan meliputi daerah lebih luas dengan ukuran 11 km × 9 km, hingga meliputi pula wilayah timur Kabupaten Jombang.
Candi Buddha di Indonesia – Pulau Sumatra
Biaro Bahal
Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi adalah Candi Buddha di Indonesia di Sumatra. Merupakan kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatra Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan.
Candi ini terbuat dari bahan bata merah dan diduga berasal dari sekitar masa ke-11 dan dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, salah satu pelabuhan di pesisir Selat Malaka yang ditaklukan dan menjadi bab dari mandala Sriwijaya. Memiliki 3 bangunan kuno yaitu: Biaro Bahal I, II dan III.
Saling berafiliasi dan terdiri dalam satu garis yang lurus. Biaro Bahal I yang terbesar. Kakinya berhiasan papan-papan sekelilingnya yang berukiran tokoh yaksa yang berkepala hewan, yang sedang menari-nari. Rupa-rupanya para penari itu menggunakan topeng hewani menyerupai pada upacara di Tibet. Di antara semua papan berhiasan itu ada ukiran singa yang duduk.
Di Bahal II pernah ditemukan sebuah Arca Heruka yaitu Arca Demonis yang mewujudkan tokoh pantheonAgama Buddha aliran Mahayanan, sekte bajrayana atau tantrayana. Heruka berdiri di atas mayat dalam perilaku menari; pada tangan kanannya ada tongkat. Bahal III berukiran hiasan daun.
Candi ini diberi nama menurut nama desa tempat bangunan ini berdiri. Selain itu nama Portibi dalam bahasa Batak berarti ‘dunia’ atau ‘bumi’ istilah serapan yang berasal dari bahasa sansekerta: Pertiwi (dewi Bumi).
Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi Jabung yang ada Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Muara Takus
Terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari kerikil putih dengan tinggi tembok ± 80 cm, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi sulung /tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.
Para pakar purbakala belum sanggup memilih secara niscaya kapan situs candi ini didirikan. Ada yang menyampaikan masa ke-4, ada yang menyampaikan masa ke-7, masa ke-9 bahkan pada masa ke-11. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarahwan menganggap daerah ini merupakan salah satu sentra pemerintahan dari Kerajaan Sriwijaya.
Muaro Jambi
Dengan luas 3981 hektar. yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Sumatra, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi.
Candi tersebut diperkirakakn berasal dari masa ke-11 M. Candi Muara Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatra. Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut ihwal Candi Muaro Jambi.
.

Candi Gumpung, Muaro Jambi, Sumatra. Sumber foto: Gunawan / Wikimedia
Lesung Batu
Candi Lesung Batu merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia yang terletak di kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan, Indonesia.
Candi tersebut terletak di perkebunan karet milik masyarakat yang ketika ini masih produktif. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Puslitarkenas, Balai Arkeologi Palembang serta Suaka Peninggalan Purbakala Jambi mengindikasikan bahwa candi dimaksud mempunyai latar belakang agama Hindhu.
Kondisi Candi Lesung Batu ketika ini masih berupa gundukan tanah yang dibagian permukaannya terdapat sebaran bata kuno. Artefak yang pernah ditemukan di candi ini antara lain berupa Yoni, pecahan keramik asing, struktur bata yang ketika ini kondisinya sudah sangat rapuh. Perelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di sekitar candi tersebut juga ditemukan struktur bata yang kemungkinan merupakan pagar pembatas. Guna pelestariannya, ketika kini candi dimaksud telah diberi seorang juru pelihara yang mempunyai kiprah pelestarian dan pengamannnya.
Candi Buddha di Indonesia – Pulau Kalimantan
Laras
Adalah situs candi berukuran kecil yang terdapat di desa Candi Laras, Candi Laras Selatan, Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan pada lokasi yang dinamakan penduduk dengan sebutan Tanah Tinggi. Candi Laras merupakan salah satu candi Buddha di Indonesia yang berada di Kalimantan.
Pada situs candi ini ditemukan potongan-potongan arca Batara Guru memegang cupu, lembu Nandini dan lingga. Semuanya disimpan di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Letak candi ini tidak berada pada lokasi yang strategis, sehingga diperkirakan candi ini didirikan untuk maksud-maksud tertentu dan diperkirakan merupakan candi kenegaraan.
Di dalam daerah yang berdekatan dengan candi ini, yaitu di daerah aliran sungai Amas ditemukan pula sebuah arca Buddha Dīpankara dan potongan kerikil yang bertuliskan huruf Pallawa yang berkaitan dengan agama Buddha, berbunyi “siddha” (selengkapnya seharusnya berbunyi “jaya siddha yatra” artinya “perjalanan ziarah yang menerima berkat”). kalimat tersebut mengingatkan pada baris ke sepuluh prasasti kedukan bukit peninggalan kerajaan Sriwijaya masa ke 7 M “Sriwijaya jaya siddha yatra subhiksa”. kemiripan kalimat pada kedua prasasti mungkin menunjukan adanya kekerabatan antara kerajaan Sriwijaya dengan Tapin. Situs purbakala Candi Laras ini diperkirakan dibangun pada 1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta Hyang dari kerajaan Sriwijaya. Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek moyang warga Tapin.
Sumber bacaan:
Pulau Jawa | Candi Banyunibo · Batujaya · Candi Bojongmenje · Borobudur · Candi Brahu · Candi Bubrah · Candi Dawangsari · Candi Gampingan · Candi Jabung · Candi Jago · Candi Jawi ·Candi Kalasan · Candi Lumbung · Candi Mendut · Candi Ngawen · Candi Pawon · Candi Plaosan · Ratu Baka · Candi Sari · Candi Sewu · Candi Sojiwan · Candi Sumberawan · Trowulan |
---|---|
Pulau Sumatra | |
Pulau Kalimantan |

Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Sumber foto: Gunawan Kartapranata / Wikimedia
Sejarah Nusantara – Kronologi Dari Zaman Prasejarah Sampai Sekarang
Nusantara pada periode prasejarah meliputi suatu periode yang sangat panjang, kira-kira semenjak 1,7 juta tahun yang lalu, menurut temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil binatang dan insan (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bab tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah. Klik disini untuk membaca kronologi sejarah nusantara dari zaman prasejarah hingga kini di Indonesia.
Bacaan Lainnya
- Peradaban Maya – Sejarah, Situs, Daerah Peradaban dan Bangsa Maya
- Fosil Tengkorak Manusia Jawa Pada Zaman Purbakala
- Tempat Belanja Unik di Jogja
- Tempat Wisata Jogja Terpopuler yang Wajib Dikunjungi
- Letusan Gunung Krakatau: Antara Jawa & Sumatra Pada Tanggal 26-27 Agustus 1883
- Di New York City, Anda sanggup mengagumi “Manhattanhenge”
- Gunung Agung Di Bali
- Letusan Gunung Tambora Yang Sedikit Diketahui Padahal Sangat Berdampak Pada Iklim Planet Bumi
- Bagaimana Cara Menjalankan Mobil Dengan Bahan Bakar Jagung?
- Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk produksi plutonium sebagai materi senjata nuklir
- Sebagian Cabang Dari Biologi: Bioteknologi
- TOP 10 Virus Paling Mematikan Manusia
- Apakah Produk Pembalut Wanita Aman?
- Bagaimana Menentukan Umur Batang Kayu? Anda Bisa Melihat Irisan Batang Kayu – Kambium
Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai
Respons “oooh begitu ya…” akan lebih sering terdengar jikalau Anda mengunduh aplikasi kita!
Siapa bilang mau pandai harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang menciptakan Anda menjadi lebih smart!
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
EmoticonEmoticon