Borobudur
Adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang di Jawa Tengah dan berjarak sekitar 15 kilometer dari Yogyakarta. Awal konstruksi sekitar 770 Masehi dan simpulan sekitar 825 Masehi.
Hingga ketika ini, Borobudur masih dipakai sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahun, umat Buddha tiba dari seluruh Indonesia dan luar negeri untuk berkumpul di Borobudur untuk memperingati Hari Raya Waisak.
Dibangun pada tahun 800an, bangunan tersebut terkubur di bawah lapisan debu vulkanik dan ditinggalkan pada tahun 1100, sebelum ditemukan kembali pada kala kesembilan belas dan dipulihkan / dipugar oleh Unesco pada tahun 1970-an.
Asal-usul dan Sejarah Candi Borobudur
Candi ini terdiri dari enam teras berbentuk persegi di mana ada tiga halaman melingkar, panel dinding dihiasi dengan 2.672 relief dan berisi orisinil dari 504 patung Buddha.
Borobudur mempunyai koleksi relief Buddha paling lengkap di dunia. Ada stupa yang terletak di tengah dan juga menobatkan bangunan.
Candi ini juga dikelilingi oleh tiga baris melingkar 72 stupa berlubang di mana ada patung Buddha yang duduk bersila dalam posisi lotus tepat dengan mudra (gerakan tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda Dharma).
Terdapat prasasti yang disebut Prasasti Sri Kahulunan dari 842 Masehi yang diyakini terkait erat dengan asal Candi Borobudur. Dalam prasasti itu disebutkan “Kawulan I Bhumi Sambhara” di mana Bumu Shambara diyakini menjadi nama lain dari kata Borobudur.
Seorang sejarawan percaya bahwa Borobudur yaitu kombinasi dari 2 kata, yaitu Bara dan Budur. Kata Bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Kuil atau Kompleks Candi. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas. Nama Borobudur berarti Kuil yang berada di bukit.
Menurut artefak yang ditemukan, candi ini dibangun oleh Raja Samaratungga salah satu kerajaan kerajaan Mataram kuno, yang merupakan keturunan dari Rumah Sailendra yang memuliakan Dewa Indra. Candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 780 M dan simpulan pada 830 Masehi.
Kemudian, Para Ahli menerka bahwa candi Borobudur dirancang oleh seorang arsitek terkenal pada masa itu berjulukan Gunadharma dan dibantu oleh Visvawarman seorang pangeran Khasmir yang merupakan penasihat hebat dalam pedoman Buddha Tantra Vajrayana.
Cerita lain perihal pembangunan candi ini tidak terlalu sanggup dimengerti lantaran tidak banyak prasasti yang menjelaskan perihal pembangunan Candi Borobudur.

Sejarah Candi Borobudur. Candi Buddha Mahayana abad ke-9. Sumber foto: Prayudi Hartono / Flickr
Arsitektur Candi Borobudur
Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai rujukan puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa. Bangunan ini diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala. Tetapi dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal; struktur megalitik punden berundak atau piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia. Sebagai perpaduan antara pemujaan leluhur orisinil Indonesia dan usaha mencapai Nirwana dalam pedoman Buddha.
Struktur bangunan
Sekitar 55.000 meter kubik watu andesit diangkut dari tambang watu dan tempat penatahan untuk membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur candi ini tidak menggunakan semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu mirip balok-balok lego yang sanggup melekat tanpa perekat.
Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk “ekor merpati” yang mengunci dua blok batu. Relief dibuat di lokasi sehabis struktur bangunan dan dinding rampung.

Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Sumber foto: Gunawan Kartapranata / Wikimedia
Danau Purba Borobudur
Tidak mirip candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari permukaan bahari dan 15 m (49 ft) di atas dasar danau purba yang telah mengering.
Keberadaan danau purba ini menjadi materi perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada kala ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa candi ini dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya yaitu sebuah danau dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau.
Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala(teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) sanggup ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha. seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi ganjal duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk arsitektur candi ini sendiri ibarat bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai.
Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog. pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa daerah sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini yaitu daratan kering, bukan dasar danau purba.
Bukti adanya danau purba di Borobudur
Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan memperlihatkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di bersahabat situs ini.
Sebuah penelitian stratigrafi (studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi), sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur, yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp.
Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti memperlihatkan bahwa dasar bukit bersahabat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar kala ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan acara vulkanik diduga mempunyai andil turut mengubah bentang alam dan topografi lingkungan sekitar candi ini termasuk danaunya.
Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi yang terletak cukup bersahabat dengan Borobudur dan telah aktif semenjak masa Pleistosen (suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 2.588.000 hingga 11.500 tahun yang lalu).
Tahapan Pembangunan Borobudur
Para hebat arkeologi menerka bahwa rancangan awal Borobudur yaitu stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang candi ini memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk mirip sekarang. Berikut yaitu asumsi tahapan pembangunan Borobudur:
Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui niscaya (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, belahan atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari watu andesit, belahan bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur watu sehingga ibarat cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa belahan bukit ditutup struktur watu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur orisinil piramida berundak.
Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya eksklusif dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas bulat dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu fondasi diperlebar, dibangun kaki embel-embel yang membungkus kaki orisinil sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menerka bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada belahan atas akan disebarkan ke sisi luar belahan bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi gugusan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang biar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki embel-embel yang membungkus kaki asli. Struktur ini yaitu penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat biar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada belahan Kamadhatu
Tahap keempat: Ada perubahan kecil mirip penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Nama Borobudur
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga dipakai secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama orisinil dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.
Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku “Sejarah Pulau Jawa” karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih renta yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai menurut desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menerka bahwa istilah ‘Budur’ mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti “purba”– maka bermakna, “Boro purba”. Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang lantaran pergeseran suara menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari 2 kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula klarifikasi lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskertayang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Makara maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapat gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur yaitu tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri candi ini yaitu raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melaksanakan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu gres sanggup diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, yaitu nama orisinil Borobudur.
Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur
1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya inovasi benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk memeriksa lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
1873 – monografi pertama perihal candi diterbitkan.
1900 – pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
1926 – Borobudur dipugar kembali, tetapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 – Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
1963 – Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tetapi awut-awutan sehabis terjadi peristiwa G-30-S.
1968 – Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO oke untuk memberi derma untuk menyelamatkan Borobudur.
1971 – Pemerintah Indonesia membentuk tubuh pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan banyak sekali negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran simpulan pada tahun 1984
21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Sejarah Nusantara – Kronologi Dari Zaman Prasejarah Sampai Sekarang
Nusantara pada periode prasejarah meliputi suatu periode yang sangat panjang, kira-kira semenjak 1,7 juta tahun yang lalu, menurut temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil binatang dan insan (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, belahan tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah. Klik disini untuk membaca kronologi sejarah nusantara dari zaman prasejarah hingga kini di Indonesia.
Bacaan Lainnya
- Sejarah Candi Sewu dan Tempat Wisata – Jawa Tengah
- Tempat Wisata Jogja Terpopuler yang Wajib Dikunjungi
- Bidang-Bidang Matematika: Besaran, Ruang, Perubahan, Struktur, Dasar dan Filsafat, Diskret, Terapan
- Contoh Soal Matematika Persentasi
- Indonesia Juga Memiliki 3 Reaktor Nuklir – Rumus Kimia Uranium U92
- Mesin Diesel Biasa Disebut Juga Mesin Pemicu Kompresi
- Batuk biasa dan Batuk Rejan Penularan, Penyebab, Gejala, Perawatan dan Pencegahan
- Penyakit Kusta Penularan, Penyebab, Gejala, Perawatan dan Pencegahan
- Penyakit Alzheimer / Pelupa Apa yang Terjadi di Otak?
- Seperti Apa Psikopat Itu Sebenarnya?
- Cara Membeli Tiket Pesawat Murah Secara Online Untuk Liburan Atau Bisnis
- Tulisan Menunjukkan Kepribadian Anda & Bagaimana Cara Anda Menulis?
- Kepalan Tangan Menandakan Karakter Anda & Kepalan nomer berapa yang Anda miliki?
- 10 Kebiasaan Baik Yang Dapat Mengasah Otak Menjadi Lebih Efektif
- Top 10 Cara Menjadi Kaya Dan Sudah Terbukti Nyata
- Tes Ketelitian: Semua Penguin Identik Kecuali 1 – Beserta Fakta Tentang Penguin: Spesies & Habitat
- Jarak Matahari Ke Bumi Yang Paling Tepat Adalah 149.597.870.700 Meter
- Arti Mimpi Tafsir, Definisi, Penjelasan Mimpi Secara Psikologi
- Tempat Wisata Yang Harus Dikunjungi Di Jakarta – Top 10 Obyek Wisata Yang Harus Anda Kunjungi
Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai
Respons “Ooo begitu ya…” akan sering terdengar kalau Anda memasang applikasi kita!
Siapa bilang mau pandai harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan warta yang menciptakan Anda menjadi lebih smart!
Sumber bacaan: UNESCO, Facts of Indonesia
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
EmoticonEmoticon