Tuesday, January 30, 2018

√ Konsep Dasar Pembelajaan Tematik

Konsep Dasar Pembelajaan Tematik 

A. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik ialah pembelajaran terpadu yang memakai tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup mengatakan pengalaman bermakna kepada murid. Tema ialah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. (Poerwadarminta, 1983).

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.

Dalam bukunya, Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation, Jacob (1989) menjelaskan bahwa tumbuh kembangnnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu (integrative curriculum) dipicu oleh sejumlah hal berikut ini.

1. Perkembangan pengetahuan
Perkembangan pengetahuan tumbuh sangat pesat dalam banyak sekali bidang. Kemajuan tersebut tidak serta merta sanggup diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap bau dan lama dikarenakan telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.

2. Fragmentasi jadwal pembelajaran (fragmented schedule)
Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus, dan segera berpindah pada pelajaran yang baru. Para siswa berguru dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa mempedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Relevansi kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak berguna, ketika mereka tidak mengerti untuk apa mempelajari Matematika, IPS, IPA, dan sebagainya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri, atau sekedar menghadapi tes dan ujian. Padahal, ketika berdiri dipagi hari atau begitu menamatkan sekolah, anak dihadapkan pada sekeranjang masalah kehidupan nyata yang memerlukan pemecahan secara baik dan dari banyak sekali sudut pandang.

Persoalan itu pulalah yang kerap memicu perdebatan wacana apa tujuan pendidikan sekolah, apa yang harus dialami dan dipelajari anak, dan bagaimana semestinya pendidikan itu dilaksanakan. Kurikulum menjadi relevan dan bermakna ketika pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai siswa terkait satu sama lain.

4. Respons masyarakat terhadap fragmentasi pembelajaran
Ketika seorang caon dokter dididik menjadi dokter, ia tidak hanya diajar wacana hal-hal yang bersifat fisik, biologis, dan media, ia pun diajari pula wacana filosofi manusia, psikologi, etika, dan komunikasi yang sanggup membekalinay dengan penyikapan terhadap insan secara utuh.

Spesialisasi memang penting, tetapi pendulum akan tetap bergerak dan mengarah pada keseimbangan. Karena itu pula, interdisiplin akan membantu siswa untuk sanggup lebih baik dalam mengintegrasikan pengetahuan dan strategibelajarnya guna menghadapi kompleksitas dunia.

Sifat keterhubungan antar-disiplin itu pada kenyataannya melahirkan sejumlah vasiasi yang mempunyai makna yang tidak persis sama (Jacob, Ed., 1989, dan Pitts, dkk., 1991), di antaranya ialah sebagai berikut:

a. Paralel disiplin: Pembelajaran yang mengurutkan suatu pelajaran dengan pelajaran lain berkenaan dengan suatu gosip atau konsep yang sama.

b. Lintas disiplin atau crossdisclinary: Pembelajaran yang memandang suatu bidang studi dari perspektif bidang studi lain.

c. Pluridisiplin: Pembelajaran yang menghubungkan antardua bidang studi yang berbeda dengan memakai sebuah tema.

d. Multidisiplin: Pembelajaran yang bertolak dari suatu tema dengan mengusung satu bidang studi inti, dan menyertakan pula bidang studi lain. Tak ada upaya untuk menghubungkan antarbidang studi.

e. Interdisiplin: Pembelajaran yang secara sadar menghubungkan tujuan, isi, dan kegiatan berguru dari banyak sekali bidang studi yang berbeda untuk menggali sebuah tema.

f. Keterpaduan hari atau integradet-day: Program pembelajaran sehari (full-day program) yang didasarkan atas tema utama dan masalah yang muncul dari dunia anak. Penekanannnya pada suau pendekatan organik terhadap kehidupan kelas yang berfokus pada kurikulum yang digali dari pertanyaan dan minat anak.

g. Program lengkap atau complete program: pembelajaran yang bertolak dari kurikulum yang bersumber dari kehidupan sehari-hari siswa. Ini ialah bentuk terekstrem dari interdisiplin dan kegiatan integratif yang total alasannya ialah kehidupan siswa sama dengan sekolah.

Dari banyak sekali istilah tersebut, Jacob lebih menyukai istilah interdisiplin sebagai payung alasannya ialah memandang pengetahuan dan pendekatan kurikulum yang menerapkan secara sadar metodologi dan bahasa lebih dari satu disiplin utnuk menguji relevansi dan kebermaknaan tema sentral, isu, masalah, topik, atau pengalaman.

Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk membuat pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan perantara pembelajaran. Penekanan wacana berguru dan mengajar lebih berfokus pada suksesnay siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melaksanakan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.

Menurut aliran progresif, anak merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Dewey mengungkapkan bahwa Education is growth, development, and life. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup.

Pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar didasari beberapa hal, yaitu:
a. Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik.
b. Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga bisa membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
c. Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif. (Depdikbud, 1995:3).

B.Pengertian Pembelajaran Tematik
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari dua tokoh pendidikan yakni jacob (1989) dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan fagory (1991) dengan konsep pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu akseptor didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi akseptor didik.

Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik akseptor didik akan sanggup memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman eksklusif dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun dalam mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan akseptor didik dalam proses pembelajaran sehingga akseptor didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembutan keputusan.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman berguru akseptor didik menempati posisi penting dalam perjuangan meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu, pendidik dituntut bisa merancang dan melaksanakan pengalaman berguru dengan tepat. Setiap akseptor didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan supaya dapt hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman berguru disekolah.

Oleh alasannya ialah itu, pengalaman berguru di sekolah sedapat mungkin mengatakan bekal bagi akseptor didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan keterampilan.
Kurikulum 2013 SD/MI memakai pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I hingga kelas VI.

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran mengintegrasikan banyak sekali kompetensi dari banyak sekali mata pelajaran kedalam mengembangkan tema.
Kata tema berasal dari kata yunani tithenai, yang berati “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai bermetamorfosis tema. Menurut arti katanya ,tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys keraf, 2001: 107)

Adapun pengertian luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan banyak sekali konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan supaya anak bisa mengenal banyak sekali konsep secara gampang dan jelas.

Pembelajaran tematik merupakan suatu taktik pembelajaran yang meliibatkan beberpa mata pelajaran untuk mengatakan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapaat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Kaprikornus pembelajaran tematik ialah pembelajaran terpadu yang memakai tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran tematik sanggup dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang dipakai untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan banyak sekali bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan impian anak akan berguru lebih baik dan bermakna.

Berdasarkan uraian diatas, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran tematik ialah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari banyak sekali mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” sanggup ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu sanggup ditinjau dari bidang studi lain. Seperti IPS, bahasa, agama, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, memperlihatkan kesempatan yang sangat banyak pada akseptor didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.

Unit yang tematik ialah epitome dari seluruh bahasa pembelajaraan yang memfasilitasi akseptor didik untuk produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah wacana dunia disekitar mereka.

C. Landasan Pembelajaran Tematik
Adapun landasan pembelajaran tematik mencakup:
a. Landasan filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu:
 Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, sumbangan sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa

 Aliran konstruktivisme melihat penglaman eksklusif siswa (direct expreriences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini pengetahuan ialah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak sanggup ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh ras ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

 Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

b. Landasan psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan pserta didik dengan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diharapkan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa supaya agar tingkat keluasaan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan akseptor didik. Psikologi berguru mengatakan bantuan dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
c. Landasan yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan banyak sekali kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut ialah UU No. 23 Tahun 2002 wacana proteksi anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2002 wacana Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap akseptor didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b).

D. Pembelajaran Tematik Integratif
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:
1. Pembelajaran tematik integratif mempunyai satu tema yang positif akrab dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi satu pemersatu materi yang bermacam-macam dari beberapa mata pelajaran.

2. Pembelajaran tematik integratif perlu menentukan materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang di pilih sanggup mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi pengayaan horizontal dalam bentuk pola aplikasi yang tidak termuat dalam standart isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan ibarat ini perlu di batasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran tematik integratif dihentikan bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan penbelajaran yang termuat dalam kurikulum.

4. Materi pembelajaran yang sanggup di padukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa ibarat minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5. Materi awal yang di padukan tidak terlalu di paksakan. Artinya, materi yang mustahil di padukan tidak usah di padukan.

E. Karakteristik Pembelajaran Tematik.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran tematik mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

 Berpusat pada siswa.
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan berguru modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,yaitu mengatakan kemudahan-kemudahan kepada siswa untukmelakukan aktifitas belajar.

 Memberikan pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik sanggup mengatakan pengalaman eksklusif kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman eksklusif ini,siswa di hadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai asar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu
Dalam pelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran di arahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling akrab berkaitan dengan kehidupan siswa.

Menyajikan konsep dari banyak sekali mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep –konsep dari banyak sekali mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari – hari .

Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru sanggup mengaitkan materi latih dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang laennya.

Menggunakan prinsip berguru sambil bermain dan menyenangkan.

Adapun karakteristik dari pembelajarantematik ini berdasarkan TIM Pengembang PGSD , 1997 (Hesty, 2008). Adalah:
 a. Holistik,
Suatu tanda-tanda atau kejadian yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik di amati dan di kaji dari beberapa bidang studi sekaligus,tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.

b. Bermakna,
Pengkajian suatu fenomena dari banyak sekali macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar sesama yang di miliki oleh siswa ,yang gilirannya nanti akan mengatakan dampak kebermaknaan dari materi yang di pelajari.

c. Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara eksklusif konsep      dan prinsip yang ingin di pelajari.

d. Aktif,
Pembelajaran tematik di kembangkan dengan berdasar pada pendekatan “inquiry discovery” dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran ,mulai perencanaan,pelaksanaan,hingga proses evaluasi.

F. Rambu–rambu Pembelajaran Tematik
Adapun rambu–rambu pembelajaran tematik ialah sebagai berikut:
1. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak sanggup di padukan, tidah harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak sanggup diintegrasikan dibelajarkan secara
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menullis, dan berhitung serta penanaman nilai –nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih diadaptasi dengan karakteritik siswa, lingkungan, dan daerah

Prinsip –prinsip pemilihan tema sebagai berikut:
1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan
2. Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana, ketema-tema yang lebih rumit bagi anak-anak.
3. Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat
4. Keinsidentalan, artinya kejadian atau insiden di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada dikala pembelajaran berlangsung, hendaknya dimasukkan dalamp embelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari

G. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan dibandingkan pendekatan konvesional, yaitu sebagai berikut:
1. Pengalaman dan kegiatan berguru akseptor didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
2. Kegiatan yang dipilih sanggup diadaptasi dengan minat dan kebutuhan peserta
3. Seluruh kegiatan berguru lebih bermakna bagi akseptor didik sehingga hasil berguru akan sanggup bertahan lebih lama.
4. Pembelajarn terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berfikir dan sosial peserta
5. Pembelajarn terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat Dengan permasalahan yang sering ditemui dalamk ehidupan/lingkungan riil akseptor didik.
6. Jika Pembelajarn terpadu di rancang bersama sanggup meningkatkank erjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan akseptor didik, akseptor didik dengan akseptor didik, pesertadidik/guru dengan narasumber sehingga berguru lebih menyenangkan, berguru dalam situasi nyata, dand alam konteks yang lebih

Selain itu, pembelajaran tematik mempunyai kelebihan dan arti penting, yakni sebagai berikut:
1. Menyenangkan, alasannya ialah berangkat dari minat dan kebutuhan anak
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan berguru mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
3. Hasil berguru sanggup bertahan lama alasannya ialah lebih berkesan dan
4. Menggembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan masalah yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui
6. Memiliki perilaku toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam lingkungan anak

Di samping kelebihan, pembelajaran terpadu mempunyai keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan penilaian yang lebih banyak menuntut guru untuk melaksanakan penilaian proses, dan tidak hanya penilaian dampak pembelajaran eksklusif saja. Puskur, Balitbang Diknas mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.

1. Aspek Guru.
Guru harus berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku supaya penguasaan materi latih tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.

2. Aspek akseptor Didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan berguru akseptor didik yang relative “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi alasannya ialah model pembelajaran terpadu menekankan padakemapuan analistis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksplorati fdan elaborative (menemukandanmenggali). Jikakondisi ini tidak dimiliki, penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

3. Aspek sarana dan sumber Pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan materi bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga akomodasi internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

4. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus  luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman akseptor didik (bukan pada pencapaian sasaran penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran akseptor didik.

5. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu tetapkan keberhasilan berguru akseptor didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyedikan teknik dan mekanisme pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordianasi dengan guru lain jikalau materi pembelajaran berasal dari guru yang berbeda.

Daftar Pustaka
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wati, Kurnia. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik. http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/ (online), diakses: 11 Oktober 2014.



DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
ALANG AZIRU (031601225)
IKA ANGRAENI (031601226)
WA ODE NURMIN (031601249)
DESTY 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2018

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wati, Kurnia. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik. http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/ (online), diakses: 11 Oktober 2014.



Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon