Friday, January 11, 2019

√ Surat Edaran Larangan Memberi Pr Dan Larangan Study Tour

Larangan memberi PR dan Larangan Study Tour - GuruPembelajar.net

Surat Edaran wacana Pemberian kiprah kreatif produktif pengganti pekerjaan rumah dan Larangan Penyelenggaraan Karya Wisata.

Dalam upaya mendukung dan mewujudkan pendidikan berkarakter, dimana pendidikan bertujuan biar akseptor didik secara aktif membuatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaqsan, susila mulia, serta keterampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, maka pemerintah tempat ikut berpartisipasi dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sinergis terhadap implementasi pendidikan berkarakter di sekolah.

Salah satu wujud perhatian dan partisipasi pemerintah tempat terhadap dunia pendidikan ditampakkan oleh Bupati Purwakarta, Bapak Dedi Mulyadi dengan menciptakan kebijakan yang cukup populis, yakni mengeluarkan surat edaran yang melarang sekolah memperlihatkan pekerjaan rumah normatif dan bersifat pembebanan akademis. Mulai hari senin kemarin Beliau resmi memberlakukan pelarangan dukungan pekerjaan rumah (PR) akademis untuk para siswa jenjang SD-SMA di daerahnya, Surakarta.
Larangan memberi PR dan Larangan Study Tour  √ Surat Edaran Larangan Memberi PR dan Larangan Study Tour
Surat Edaran Larangan Memberi PR dan Larangan Study Tour

Larangan dukungan PR tersebut tertuang dalam Surat Edaran Bupati Purwakarta No 421.7/2014/Disdikpora. Surat yang ditandatangani pada tanggal 1 September 2016 ini pun pribadi disosialisasikan ke pelaksana di lapangan; guru dan kepala sekolah.

Di hadapan ratusan guru, Bupati Dedi Mulyadi menjelaskan, pekerjaan rumah yang harusnya diberikan kepada siswa ialah PR yang aplikatif, contohnya acara beternak yang diterjemahkan dalam kerangka pendidikan akademis.


Selama ini, PR akademis yang diberikan kepada siswa serupa dengan bahan akademis di sekolah yang semestinya merupakan acara yang sanggup diselesaikan di sekolah.

Dengan adanya surat edaran ini diharapkan nantinya pekerjaan rumah akseptor didik diganti dalam bentuk kerja kreatif produktif yang bisa merangsang dan menumbuhkan potensi, minat akseptor didik.

Contohnya pada pelajaran Bahasa Indonesia, Guru bisa memperlihatkan kiprah menciptakan cerpen wacana sang gembala. Mulai dari pengalaman, sampai penghayatannya.

Begitu pula dengan pelajaran Biologi ataupun Kimia, siswa bisa diminta menciptakan kompos atau pupuk organik dari kotoran domba.

Dengan cara ini, siswa sanggup pribadi mempraktikkan teori yang diberikan di sekolah.

Untuk mata pelajaran Matematika, di rumah siswa bisa menghitung berapa ukuran sangkar domba yang dibutuhkan. Selain itu, siswa akan mencari atap paling cocok sehingga menghasilkan suhu udara menyerupai apa.

Bukankah menjadi sebuah ironi, dikala kita berguru Fisika, Matematika, Kimia, tetapi ruangan tetap saja pengap.

Seharusnya, bisa dihitung, satu kelas yang berisi 32 orang membutuhkan berapa banyak oksigen. Untuk mendapat itu, hitung berapa jumlah jendela yang dibutuhkan.

Tak hanya itu, biar sirkulasi lancar, maka di luar jendela harus ditanami tanaman. Begitu pun jikalau sekolah jelek, siswa bisa menghitungnya dengan membawanya ke laboratorium, contohnya siswa mengambil sampel tembok yang buruk.

Di laboratorium, kadar apa yang kurang akan diketahui, contohnya semen. Dengan inovasi ini, siswa bisa menyimpulkan pembuatan kelas koruptif.

Ketika kelak si anak jadi Menteri Pekerjaan Umum, ia harus bisa menghitung itu. Pemberian kiprah aplikatif itu pun secara tidak pribadi mengajarkan antikorupsi.

Dalam artian lain, pekerjaan rumah untuk siswa harus berupa terapan ilmu untuk mendorong siswa lebih kreatif.

Contoh: jikalau anak bahagia dengan sepak bola, anak bisa berguru menganalisis wacana olahraga itu. Misalnya hukum tendangan 12 pas, benar tidak jaraknya 12 meter.

Sudah semestinya PR itu diubahsuaikan dengan minatnya. Jika siswa hobi menciptakan sambal, maka diarahkan bagaimana siswa andal menyambal. Anak suka dengan puisi bikin puisi, temanya misalkan wacana binatang ternak.

Tugas aplikatif ini juga bisa menjawab gosip yang tengah beredar, menyerupai kasus antraks. Anak-anak jurusan Biologi seharusnya diturunkan ke kampung untuk mengetahui penyebabnya.

Setelah mengecek ke lapangan dan mendapat teori di sekolah, anak bisa menciptakan jurnal ataupun hal-hal kreatif untuk memerangi antraks.

Nantinya siswa akan berilmu membangun opini. dan menjadi peka/kritis dalam memandang sebuah persoalan.

Selain melarang dukungan PR Akademis, surat edaran itu juga mengatur wacana pemanfaatan libur sekolah.
Semestinya libur sekolah bisa dipakai sebagai batas waktu pengumpulan kiprah kreatif dan produktif lainnya.

Satu lagi, di dalam surat edaran di atas selain pelarangan memperlihatkan PR akademis, sekolah juga dihentikan menyelenggarakan acara karya wisata (study tour).

Demikian yang bisa saya bagikan, semoga ada manfaatnya.

Sumber http://www.puskurbuk.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)