Monday, October 14, 2019

√ Pengertian Dan Penerapan Metode Jigsaw Active Learning

Metode  jigsaw ialah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang mempunyai tanggung jawab lebih besar dalam melakukan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini ialah mengembangkan kerja tim, ketrampilan berguru kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang mustahil diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua bahan sendirian.
Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu pecahan dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa lalu bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan pecahan yang lain, dan sehabis menguasai bahan lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan bahan tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca bahan yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.
Mereka lalu berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca pecahan kiprah yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka membuatkan pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.
Setelah menguasai bahan gres ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota membuatkan pengetahuan yang gres mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari setiap pecahan pengetahuan – ialah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir
Jigsaw ialah teknik pembelajaran aktif yang biasa dipakai alasannya teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab eksklusif yang tinggi.
Fasilitator sanggup mengatur taktik jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para penerima yang mempunyai kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe­serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi menurut apa yang mereka baca. Oleh alasannya itu, semua penerima yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 hingga 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan penerima membuatkan perspektif yang ber­beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para penerima yang mempunyai nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber­sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 hingga 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para penerima mencari tempatnya sendiri sesuai pecahan yang telah mereka baca menurut “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, menunjukkan pe­serta isu dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu penerima tidak membaca tugasnya, isu tersebut tidak sanggup dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam membuatkan infor­masi

Sumber http://umin-abdilah.blogspot.com


EmoticonEmoticon