Liburan terbaik ialah liburan terealisasi bukan hanya sekedar wacana.
Kalimat itu berulang kali saya dengungkan di grup WhatsApp beranggotakan sobat lama yang dipisahkan oleh kampus. Pasalnya, sudah hampir empat hari libur semester dilalui, tapi jadwal jalan-jalan belum juga terpenuhi. Saya stress berat liburan semester ini akan bernasib sama dengan liburan semester sebelumnya: hanya wacana hingga jatah libur habis. Miris!
Tiap hari ratusan chat membanjiri dialog grup yang saya namai dengan "dolan". Ya, kami berdebat tak berkesudahan hanya untuk menentukan kawasan mana yang akan dikunjungi di Tulungagung, kota kelahiran kami. Saking banyaknya destinasi menciptakan kami sulit untuk mencapai mufakat. Pada karenanya kami menentukan untuk berkumpul dulu, sedangkan untuk tujuan wisata akan dibicarakan face to face.
"Bagaimana kalau Kedung Tumpang?" ajakan Yosi, sobat kami yang berkuliah di Malang.
Kedung Tumpang ialah sebuah pantai yang kanal menuju lokasinya melalui penggunungan dengan tingkat kecuraman tinggi. Sangat berbahaya kalau hujan tiba-tiba turun. Sudah tentu jalanan akan licin belum lagi menghadapi jalanan berkelok nan menanjak ditambah harus membuatkan jalan dengan truk-truk besar.
Baca juga: 4 Kafe di Malang Ini Membuktikan Ada Kota Kembang Lain di Timur Jawa
Baca juga: 4 Kafe di Malang Ini Membuktikan Ada Kota Kembang Lain di Timur Jawa
Mendengar usulnya, seketika saya memandangi langit. Terlihat cukup cerah dengan warna langit kebiruan merata. Semoga prediksi cuacaku tidak meleset. Pun saya juga ingin tau dengan pantai itu yang katanya seolah-olah Angel's Billabong di Bali.
Baca juga: Kenali Keindahan Alam Bali dengan Ubud Bike Tour
Baca juga: Kenali Keindahan Alam Bali dengan Ubud Bike Tour
Dengan mantap kami karenanya berangkat untuk menuju Kedung Tumpang memakai motor. Ini menjadi kali pertama bagi saya berwisata ke pantai Tulungagung, tanah kelahiranku. Kalau dihitung-hitung, bahwasanya saya justru lebih sering menjelajahi Bali, sebut saja Pantai Kuta dan Pantai Lovina. Selain sebab jadwal studi tour di sekolah dulu, saya juga pernah mendapat hadiah liburan ke Bali berkat menang lomba blog.
Sepanjang perjalanan, kanan kiri kami hanyalah pepohonan rindang dan jurang. Diakui, medan penggunungan memang bukan kesukaanku. Selain takut ketinggian, saya selalu takut kalau motor yang saya tumpangi tak berpengaruh untuk menanjak. Dari sentra kota Tulungagung perjalanan di tempuh selama kurang lebih 1 jam untuk hingga di Kedung Tumpang, tepatnya di desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Sesampainya dilokasi, beberapa warung terlihat sepi sebab bukan dikala tamat pekan. Justru itu menguntungkan sebab tentangan mencari spot instagramable menjadi berkurang.
Dari kawasan parkir, kami berjalan turun untuk lebih erat masuk ke Kedung Tumpang. Jalan yang dilalui boleh dibilang sangat menantang. Tanah berair warisan hujan kemarin agaknya menjadi hambatan utama. Apalagi tidak semua jalur dilengkapi dengan tali tambang, sehingga kerap kali kami berpegang pada flora sekitar. Bebatuan licin juga harus diwaspadai kalau tidak ingin masuk ke jurang. Saya yang jarang olahraga lari atau mendaki mencicipi berat disetiap langkah.
Baca juga: Tips Liburan Murah ala Traveler di Pulau Komodo
Baca juga: Tips Liburan Murah ala Traveler di Pulau Komodo
Perjalanan melelahkan dengan nafas terengah-engah karenanya berbuah manis ketika birunya bahari di depan mata. Deburan ombak menyambut dan merayu kami untuk lebih turun ke kerikil karang. Ya, inilah Pantai Kedung Tumpang. Jika kalian berekspektasi menemukan pasir, maka janganlah kecewa. Di sini tak ada pasir putih yang dapat buat menulis nama dan kekasihmu ala kids zaman now. Kedung Tumpang menyajikan cekungan atau lubang-lubang pada kerikil karang hasil proses alami yang cantik. Jika ombak tak sedang tinggi, maka warga sekitar membolehkan untuk mandi. Namun, sebab kebetulan ombaknya cukup tinggi maka kami hanya mengambil spot-spot instagramable di atas kerikil karang dengan background laut.
Pantang kembali sebelum berselfie. Dari tebing ini saya pun kembali membayangkan kalau ini ialah Bali. Tak kusangka tanah kelahiran mempunyai objek wisata yang begitu indah yang selama ini belum kujamah. Di samping kami bersyukur sebab cuaca begitu cerah, namun imbasnya keringat terus mengucur deras dan kemeja terasa basah. Kami pun duduk di sebuah dingklik sambil minum. Kaki yang sudah pegal membuatku tak mau turun ke kerikil karang kali. Apalagi untuk naik ke kawasan parkir lagi butuh tenaga yang ekstra. Akhirnya, saya hanya memandangi hasil jepretan Action Cam dan sesekali memfoto sobat yang masih semangat berburu foto.
Sumber http://www.pagunpost.com
EmoticonEmoticon