OPSI. Jika mendengar kata ini apakah yang terlintas dipikiran kita semua? Apakah sebuah pilihan. Ya…bisa jadi opsi yakni sebuah pilihan. Tapi OPSI yang akan kita perbincangkan ketika ini bukanlah terkait dengan sebuah pilihan. Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia atau yang disingkat dengan OPSI yakni sebuah sebuah ajang bergengsi penelitian ilmiah tahunan bagi siswa Sekolah Menengan Atas sederajat baik berupa karya tulis ataupun sebuah inovasi gres (invention). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebenarnya OPSI telah dimulai semenjak tahun 1977 yang ketika itu dikenal dengan nama Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Barulah pada tahun 2009 LPIR berganti nama menjadi OPSI hingga ketika ini.
OPSI merupakan salah satu implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 39 tahun 2008 wacana Pembinaan Kesiswaan yang berorientasi pada peningkatan atmosfir perguruan tinggi dan prestasi keilmuan melalui Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah; Penyelenggaraan Pameran Karya Inovatif dan Hasil Penelitian; dan Pembentukan Klub Sains. OPSI diperlukan sanggup membangun integritas dan tanggung jawab, kemampuan berpikir logis dan analitis, kemampuan bekerja sama dalam kelompok dan keterampilan berkomunikasi, serta kemampuan menulis karya ilmiah. Melalui OPSI, diperlukan sanggup membuatkan budaya meneliti di kalangan siswa dan menjaring peneliti muda yang bisa diikutsertakan dalam acara penelitian di kancah dunia. Hingga ketika ini, tahun 2018 merupakan tahun ke-sepuluh pelaksanaan OPSI bagi Direktorat Pembinaan SMA. Pada tahun 2009 hingga dengan tahun 2013 OPSI diselenggarakan di Provinsi DKI Jakarta, di tahun 2014 OPSI diselenggarakan di Provinsi D.I Yogyakarta. Pada tahun 2015 OPSI dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur sedangkan di tahun 2016 OPSI kembali digelar di Provinsi DKI Jakarta kemudian pada tahun 2017 OPSI kembali dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2018 OPSI akan diselenggarakan di Provinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam tiga bidang perlombaan yaitu 1) Matematika, Sains, dan Teknologi (MST); 2) Fisika Terapan dan Rekayasa (FTR); dan 3) Ilmu Sosial dan Humaniora (ISH). Dengan mengusung tema #MENELITIITUSERU, OPSI ingin mengubah mindset siswa yang beranggapan bahwa meneliti yakni sebuah pekerjaan panjang, serius, sulit, serta membosankan menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangan dan easy to do. OPSI sudah jadi agenda tahunan DITPSD dan PSMA sekaligus menjadi ajang seleksi bagi karya penelitian unggul yang akan diikutsertakan dalam ajang lomba penelitian tingkat internasional sebagimana yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.
Sejak dilaksanakan dari tahun 1977 OPSI yang kala itu berjulukan LPIR konsisten untuk terus menyelenggarankan perlombaan dan sukses menjadi ajang penelitian ilmiah yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa Sekolah Menengan Atas di Indonesia. Setidaknya rata-rata seribu karya penelitian dikirimkan oleh siswa Sekolah Menengan Atas dari Sabang hingga Merauke dalam ajang OPSI. Selain itu OPSI juga konsisten memelakukan penilaian dan peningkatan kualitas penyelenggaraannya. Menilik dari dongeng tiga tahun lalu, OPSI 2015 mendapatkan 790 naskah penelitian dimana terpilih sebanyak 88 naskah, yang terdiri dari 58 naskah untuk kelompok IPA dan 30 naskah untuk kelompok IPS. Adapun jumlah finalis OPSI 2015 beserta anggota berjumlah 168 orang dengan jumlah guru pendamping mencapai 58 orang guru.
Karya terbaik yang pemenang OPSI tentu saja akan diikutsertakan dalam ajang penelitian internasional. Sejak tahun 2010 sejumlah prestasi yang diperoleh berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional, diantaranya yaitu : 1) International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 dengan total 12 medali yang terdiri atas 7 medali emas, 1 medali perak, dan 4 medali perunggu; 2) Mostratec 2012 yang memperoleh 1 medali perak; 3) International Science Project Olympiade (ISPrO) 2013 dengan perolehan 5 medali emas, 4 medali perak, dan 4 medali perunggu.; dan 4) ISPrO 2014 dengan perolehan 6 medali emas dan 4 medali perak. Selain itu dua siswa SMAN 2 Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yaitu Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma Putri dengan karya ilmiahnya berupa kulkas tanpa freon berhasil mengalahkan 1.700 akseptor lain hanya dengan modal kurang dari Rp100.000,00 pada sebuah ajang bergengsi dunia bertajuk Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang diselenggarakan di Los Angel, Amerika Serikat pada tahun 2013.
Sumber http://www.infolombasiswa.com
EmoticonEmoticon