Thursday, February 1, 2018

√ Landasan, Karakteristik, Prinsip Pembelajaran Tematik


Landasan, Karakteristik, Prinsip Pembelajaran Tematik

A. Hakikat Pembelajaran  Tematik Terpadu
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk membuat pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan perantara pembelajaran.
Berikut beberapa pengertian pembelajaran tematik terpadu berdasarkan para mahir yaitu :
1. Menurut Poerwadarminta (dalam Abdul Majid, 2014:80) pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup mengatakan pengalaman bermakna kepada murid. Tema yaitu pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
2. Menurut Hadisubroto (dalam  Trianto, 2010:57) pembelajaran terpadu yaitu pembelajarana yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara impulsif atau direncangakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan bermacam-macam pengalaman berguru anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Menurut Abdul Majid (2014:80) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik.

Menurut Abdul Majid (2014:85) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai sentra yang dipakai untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup mengatakan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, mengatakan kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Pembelajaran tematik adalahpembelajaran terpadu yang memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup mengatakan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema yaitu pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep berguru dan pembelajaran bermakna, kegiatan pembelajaran anak kelas awal SD/MI  sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

B. Landasan Pembelajaran Tematik 
Landasan filosofi dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu :
1.progresivisme,
2. konstruktivisme, dan
3. humanisme.

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, kontribusi sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman pribadi siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan yaitu hasil konstruksi atau bentuk  oleh manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.

Pengetahuan tidak sanggup ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan akseptor didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan dibutuhkan terutama dalam memilih isi/materi pembelajaran tematik dengan tahap perkembangan akseptor didik. Psikologi berguru mengatakan konstribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa mempelajarinya.

Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan banyak sekali kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut yaitu UU No. 23 Tahun 2002 pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) UU No. 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional pecahan V pasal 1-b menyatakan bahwa setiap akseptor didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses berguru secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa sanggup memperoleh pengalaman pribadi dan terlatih untuk sanggup menemukan sendiri banyak sekali pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman pribadi siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh  Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep berguru sambil melaksanakan seuatu (learning by doing). Oleh lantaran itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman berguru yang akan mempengaruhi kebermaknaan berguru siswa. Pengalaman berguru yang memperlihatkan kaitan unsur-unsur konseptual mengakibatkan proses pembelajaran lebih efektif.

Kaitan koseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, lantaran sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

C. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain :
1. Pengalaman dan kegiatan berguru sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3. Kegiatan berguru akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil berguru sanggup bertahan lebih lama;
4. Membantu berbagi keterampilan berpikir siswa;
5. Menyajikan kegiatan berguru yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
6. Mengembangkan keterampilan sosial siswa menyerupai kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu :
1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan,  karena tumpang tindih materi sanggup dikurangi bahkan dihilangkan;
2. Siswa bisa melihat hubungan-hubungan yang bermakna alasannya isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;
3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah;
4. Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Menurut Depdiknas (2006), sebagai model pembelajaran di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain berpusat pada siswa, mengatakan pengalaman langsung, pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari banyak sekali matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan memakai prinsip berguru sambil bermain dan menyenangkan.

1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan berguru modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu mengatakan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melaksanakan acara belajar.


2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik sanggup mengatakan pengalaman pribadi kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman pribadi ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang faktual (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antra matapelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling bersahabat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari banyak sekali matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari banyak sekali matapelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa siswa bisa memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini dibutuhkan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru sanggup mengaitkan materi didik dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip berguru sambil bermain dan menyenangkan

D.Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik berdasarkan Triatno  (2009) sanggup diklasifikasikan menjadi :
1. prinsip penggalian tema,
2. prinsip pengelolaan pembelajaran,
3. prinsip evaluasi, dan
4. prinsip reaksi.

1. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam  pembelajaran tematik. Artinya tema-tema saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi sasaran utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun gampang sanggup dipakai untuk memadukan banyak matapelajaran.
b. Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji  harus  memberikan bekal siswa untuk berguru selanjutnya.
c. Tema harus diubahsuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d. Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta impian masyarakat (atas relevansi).
g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran sanggup optimal apabila guru bisa menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus bisa  menempatkan diri sebagai fasilitator dan perantara dalam proses pembelajaran.
a. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses berguru mengajar;
b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus terang dalam setiap kiprah yang menuntut adanya kerjasama kelompok;
c. Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

3. Prinsip Evaluasi
Evaluasi intinya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Dalam melaksanakan pembelajaran tematik, dibutuhkan beberapa langkah-langkah positif, yaitu :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penilaian diri (self evaluation/self assessment) di samping bentuk penilaian lainnya;
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan berguru yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

4. Prinsip Reaksi
Guru harus bereaksi terhadap agresi siswa dalam semua insiden serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal inui dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai.

Daftar Pustaka
Masnur Muslich. (2008) KTSP Pembelajaran berbabasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta:Bumi aksara.
Trianto. (2009). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT Prestasi Pustakakarya.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan.
Ujang Sukandi. (2003). Belajar Aktif & Terpadu. Surabaya : Duta Graha Pustaka
Udin Syaefudin dkk. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung : UPI Press.

Di susun oleh:
Kelompok 1
DELIYANTI YULATSRI (031601232)
AYU HI. ABDULLAH (031601242)
IRMA (031601115)
SAHIRUDDIN (031601241)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2018

Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon