Friday, February 2, 2018

√ Model Pembelajaran Discovery Learning, Motivasi Siswa, Layanan Anak Berbakat, Profil Kompetensi Guru, Standar Kompetensi Lulusan, Mata Kuliah Perspektif Pendidikan Di Sd

 Jelaskan teori mengenai model pembelajaran menemukan atau discovery learning √ Model Pembelajaran Discovery Learning, Motivasi Siswa, Layanan Anak Berbakat, Profil Kompetensi Guru, Standar Kompetensi Lulusan, Mata Kuliah Perspektif Pendidikan di SD


Soal:

1. Jelaskan teori mengenai model pembelajaran menemukan atau discovery learning!

2. Jelaskan teori wacana motivasi berguru siswa dan contoh-contohnya!

3. Jelaskan banyak sekali layanan untuk anak yang berbakat!

4. Jelaskan teori wacana profil kompetensi guru!

5. Tuliskan standar kompetensi lulusan dan karakteristik mata pelajaran. kemudian tuliskan teori wacana pengembangan kurikulum dan bandingkan struktur kurikulum antara KTSP dengan kurikulum 2013. Juga Tuliskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum!


Jawaban:

1. Metode pembelajaran menemukan atau discovery learning yakni metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa sanggup menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melaksanakan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Metode discovery diartikan sebagai mekanisme mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum hingga pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, acara itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa bisa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memperlihatkan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, biar anak sanggup berguru sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

Tiga ciri utama berguru menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan kasus untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan gres dan pengetahuan yang sudah ada.

Salah satu jago yang mengemukakan wacana berguru menemukan ini yakni Jerome S. Bruner. Bruner menyatakan bahwa inti berguru yakni bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan berguru berlangsung tidaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari (discovery learning). Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka bisa memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Discovery Learning menekankan kepada apa yang disebut Bruner dengan cara hipotesis dalam pembelajaran yang menantang metode yang bersifat mendidik lainnya. Dengan kata lain metode discovery learning mendorong siswa untuk bertanya dan merumuskan tanggapan sementara mereka serta menarik kesimpulan terhadap prinsip umum dari teladan praktik atau pengalaman yang dilakukannya.

Bagus Takwin dalam tulisannya “belajar menemukan kesalahan” menyampaikan bahwa anak sanggup diajarkan untuk menemukan kesalahan-kesalahan dari insiden sehari-hari dengan memakai gambar. Contoh: anak ditunjukkan benda tertentu yang kurang lengkap kemudian mereka diminta untuk menemukan 5 kesalahan dari gambar tersebut. Contoh lainnya yakni ditunjukkan gambar orang yang sedang membuang sampah, kemudian ejekan pertanyaan wacana apa yang salah dengan orang dalam gambar itu, mengapa hal tersebut salah dan bagaimana seharusnya. Untuk stimulus yang lebih kompleks sanggup dipakai rangkaian gambar yang memuat beberapa kesalahan, kemudian anak diminta menemukan kesalahan dalam rangkaian gambar tersebut. Contoh: tunjukkan serangkaian gambar yang memuat dua atau lebih anak yang sedang berkelahi, kemudian ejekan pertanyaan kepada mereka apa yang salah dari sikap bawah umur dalam rangkaian gambar itu, atau sanggup juga memakai rangkaian gambar kecelakaan, contohnya gambar orang yang mengalami kecelakaan ukiran sepeda. Jawaban-jawaban anak sanggup menjadi materi diskusi yang sanggup merangsang anak untuk berpikir kritis.

Selain kegiatan diatas, guru juga sanggup menerapkan metode percobaan (experimental method) yaitu metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan untuk melaksanakan percobaan sendiri. berdasarkan Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar kemudian melihat dan melaksanakan percobaan sendiri. Misalnya, anak berguru wacana tanaman pisang, pendidik tidak hanya menjelaskan wacana pisang tapi juga yang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan berguru dari alam, anak sanggup mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini sanggup dilakukan mulai umur 4 hingga 12 tahun.

Kegiatan lain yang sanggup melatih anak untuk berguru menemukan suatu konsep gres yakni dengan melaksanakan percobaan “Buah Sebagai Sumber Energi Listrik”, buah yang mempunyai zat asam ibarat tomat, asam, belimbing bisa menjadi media berguru materi sumber energi listrik. Media yang memanfaatkan buah-buahan sanggup menarik perhatian dan antusias tinggi siswa untuk mempelajari sumber energi listrik pada bidang studi IPA.

Bahan untuk eksperimen yakni memakai buah yang mengandung zat asam sebagai sumber energi listrik, kawat tembaga dan potongan kecil aluminium yang dirangkai. Teknik yang divariasikan pada kegiatan berguru dengan memanfaatkan media buah sebagai sumber energi listrik yaitu sebagai berikut:

a. pemahaman materi awal siswa dikenalkan buah yang mengandung zat asam sebagai energi listrik.

b. anak mendiagnosa buah yang mengandung zat asam.

c. menyusun buah secara paralel selanjutnya pada buah ditancapkan potongan kecil aluminium dan diatas aluminium terlilit kawat tembaga dan pada ujung kawat tembaga terdapat kecil ini berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya energi yang dihasilkan oleh buah tomat jeruk dan asam ketika mekanisme eksperimen dilaksanakan diperoleh hasil bahwa doa itu menyala anak.

d. anak mendiskusikan hasil eksperimen secara berkelompok 5 anak menyimpulkan hasil eksperimen bahwa buah yang mengandung zat asam bisa menjadi sumber energi listrik.


2. Pengertian motivasi berawal dari kata “motif” yang sanggup diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Dari kata motif tersebutlah, maka motivasi diartikan sebagai daya penggerak. Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai dengan munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan terhadap tujuan oleh McDonald mengandung tiga aspek penting, yaitu:

a. Motivasi yakni hal yang mengawali kegiatan perubahan energi pada seseorang, sehingga yang terlihat yakni yang menyangkut kegiatan fisik;

b. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa;

c. Motivasi bahwasanya merupakan respon dari suatu agresi yaitu tujuan. Sedangkan tujuan sendiri sangat menyangkut dengan soal kebutuhan.

Dalam konteks kegiatan pembelajaran di kelas, apabila Anda menemukan siswa yang tidak melaksanakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Mungkin sebabnya lantaran sakit atau siswa tidak suka melakukannya, ada kasus di luar sekolah, dan sebagainya. Hal ini mengambarkan tidak terjadinya perubahan energi dari siswa Anda lantaran tidak mempunyai tujuan atau kebutuhan berguru sebagai guru perlu mencari tahu Apa sebabnya dan mencari cara untuk mendorong siswa biar mau melaksanakan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan biar tumbuh motivasi pada dirinya untuk belajar.

Selanjutnya wacana motivasi berkaitan pula dengan kebutuhan. Seseorang akan melaksanakan sesuatu lantaran didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul lantaran ada keadaan yang tidak seimbang atau tidak harmonis yang menuntut suatu kepuasan. Jika siswa sudah mendapatkan keseimbangan dan terpenuhi pemuasannya berarti tercapailah kebutuhan yang diinginkan. Apabila ada rasa tidak puas maka diharapkan motivasi yang tepat. Jika kebutuhan telah dipenuhi dan dipuaskan maka acara akan berkurang dan sesuai dengan dinamika manusia, akan timbul kebutuhan baru. Teori wacana motivasi lahir dan berkembang dengan tingkatan tingkatannya. Dalam hal ini ada beberapa teori wacana motivasi yang selalu terkait ngan kasus kebutuhan yaitu (teori Abraham Maslow), yaitu:

a. Satu kebutuhan fisiologis ibarat haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat;

b. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir;

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok masyarakat;

d. Kebutuhan akan penghargaan ibarat dihargai lantaran kemampuan, kebutuhan untuk diakui kenaikan status atau pangkat pada diri seseorang;

e. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni menyebarkan talenta dengan perjuangan mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.

Setiap tingkat kebutuhan yang tertinggi sanggup terpenuhi kalau kebutuhan yang dibawahnya sudah sanggup terpenuhi pula. Apabila kita menginginkan siswa kita berguru dengan tekun, maka harus terpenuhi dahulu kebutuhan fisiologis nya, kebutuhan akan kenyamanan, kebutuhan untuk diakui, Dengan demikian, konsep motivasi sanggup kita jemahkan sebagai sesuatu yang melatarbelakangi kegiatan yang dilakukan seseorang. Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi, biar kegiatan berguru pada diri siswa sanggup bermanfaat dan berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut.

a. Motivasi sebagai motor pencetus dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;

b. Motivasi sanggup memperlihatkan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;

c. Motivasi sanggup menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan. Misalnya, siswa yang mempunyai keinginan mendapatkan nilai 100 ketika ulangan akan menentukan berguru dengan baik daripada menonton program kesayangannya di TV;

d. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk perjuangan mencapai prestasi. Dengan perjuangan yang tekun dan didasari oleh motivasi, akan membuat seseorang berguru dan melahirkan prestasi yang baik.

Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang membagi motivasi menjadi beberapa macam. Namun di sini kita hanya akan mengkaji motivasi intrinsik dan ekstrinsik saja.

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik yakni motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, lantaran biasanya dalam diri orang tersebut sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Sebagai contohnya yakni seorang siswa yang melaksanakan kegiatan berguru lantaran ingin menambah ilmu, nilai, atau keterampilan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Contoh dari motivasi ekstrinsik ibarat contohnya seseorang akan berguru hingga keesokan harinya akan sanggup mengerjakan soal dengan baik dan menerima nilai 100, dengan cita-cita akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Siswa tersebut berguru bukan untuk menambah ilmu, tetapi mempunyai motif biar menerima hadiah. Oleh lantaran itu motivasi ekstrinsik sanggup dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam acara berguru dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan acara belajar. Sesungguhnya, motivasi ekstrinsik bukan berarti sesuatu hal yang tidak penting dan jelek Sebab sanggup saja ada faktor-faktor dalam proses pembelajaran yang membuat siswa kurang tertarik, sehingga dibutuhkan motivasi ekstrinsik.

Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik dan ekstrinsik mempunyai peranan dalam membuat siswa kita belajar. Oleh lantaran itu, kita sebagai guru perlu secara hati-hati menentukan motivasi yang tepat bagi kegiatan berguru siswa lantaran sanggup saja derma motivasi yang tidak tepat sanggup menghipnotis perkembangan berguru ke arah negatif. Di bawah ini akan diuraikan beberapa bentuk dan cara yang sanggup menumbuhkan motivasi dalam kegiatan berguru di sekolah.

a. Memberi Nilai

Pemberian nilai sanggup diwujudkan dengan simbol berupa angka, huruf, atau rangkaian kata. Angka yang baik atau rangkaian kata contohnya “BAIK” merupakan motivasi yang sangat besar lengan berkuasa bagi siswa. Banyak siswa berguru dengan keras untuk mengejar mendapatkan nilai setinggi mungkin. Namun, kita sebagai guru harus memahami bahwa tidak semua pencapaian angka merupakan hasil berguru yang sesungguhnya. Oleh lantaran itu, guru harus mencari cara untuk mengaitkan angka yang diberikan untuk merespon hasil berguru siswa dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa.

b. Hadiah

Kadangkala derma hadiah sanggup menjadi motivasi bagi siswa untuk melaksanakan atau mengulang sikap yang memperoleh hadiah tersebut. Misalnya siswa yang sanggup melaksanakan kiprah menggambar dengan baik, diberi hadiah oleh gurunya dengan cita-cita biar siswa tersebut sanggup menggambar dengan baik bahkan lebih tepat lagi. Namun adakala tidak selalu demikian. Jika siswa kurang menyenangi atau berminat dengan kegiatan menggambar biarpun diberi hadiah mungkin saja siswa tersebut tidak sanggup menghasilkan gambar ibarat yang diinginkan.

c. Saingan/kompetisi

Kompetisi yang terbuka dan sehat sanggup menjadi alat pendorong bagi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Persaingan yang dilakukan secara kelompok atau individual diantara siswa sanggup memacu motivasi untuk berusaha mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi. Pola persaingan sudah biasa dipakai dalam bidang industri, contohnya antara beberapa perusahaan yang sejenis (misalnya produk makanan siap saji). Mereka berlomba-lomba dari sisi pemasaran, mencari seni administrasi biar produknya laris dan banyak dikonsumsi masyarakat. Selain itu, selalu dilakukan perubahan perubahan dengan penemuan pada aspek rasa atau kemasan. Semua itu dilakukan dalam rangka kompetisi yang sehat biar masyarakat percaya dan puas. Demikian pula dengan kompetisi yang dikembangkan di antara para siswa biar mereka memperlihatkan sikap terbaik mereka. Strategi guru untuk membuat kompetisi perlu dipikirkan secara matang contohnya melalui pembelajaran yang dikemas dalam perlombaan-perlombaan.

d. Ego Involvement

Menumbuhkan dan membangkitkan kesadaran dalam diri siswa untuk mendapatkan tantangan lantaran hal tersebut sanggup menghipnotis harga diri siswa. Para siswa harus berusaha dan bekerja keras biar harga dirinya tetap terpelihara dengan cara contohnya menuntaskan seluruh kiprah berguru yang dibebankan kepada mereka. Guru sanggup pula mengutarakan implikasi dari tidak diselesaikannya kiprah berguru yang diberikan kepada siswa yang menyangkut simbol kebanggaan dan harga diri mereka.

e. Memberi Ulangan

Sudah menjadi kebiasaan apabila seorang guru mengumumkan akan adanya ulangan, maka siswa akan lebih fokus untuk belajar. Ulangan sanggup dijadikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan volume ajarnya. Namun demikian, derma ulangan setiap hari sanggup membuat siswa semakin tidak tertarik dengan kegiatan berguru lantaran dianggap hal rutin yang membosankan.

f. Mengetahui Hasil

Yang dimaksud mengetahui hasil yakni siswa diberitahu hasil dari kiprah atau pekerjaan yang telah dilakukannya. Dengan diberi tahu hasilnya, siswa terpadu untuk meningkatkan lagi pekerjaannya atau mempertahankan apabila sudah baik. Hasil sanggup berupa nilai atau kalimat kebanggaan atau karya siswa yang dipajang.

g. Pujian

Pujian diberikan apabila siswa sanggup menuntaskan kiprah yang sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Pujian merupakan bentuk derma penguatan sekaligus alat motivasi yang baik. Oleh lantaran itu, derma kebanggaan harus dilakukan dengan tepat sehingga sanggup tercipta suasana berguru yang menyenangkan mempertinggi semangat belajar, dan membangkitkan harga diri siswa.

h. Hukuman

Pemberian eksekusi secara bijak dan tidak secara fisik sanggup menjadi alat motivasi bagi siswa biar berbuat lebih baik. Untuk itu seyogyanya guru memahami dengan baik prinsip-prinsip derma hukuman.

i. Hasrat untuk Belajar

Hal ini merupakan bentuk motivasi intrinsik, yaitu motivasi dari diri siswa sendiri. Artinya, siswa memang sudah mempunyai minat dan keinginan untuk berguru sehingga sudah niscaya jadinya akan lebih baik daripada ada unsur pemaksaan dari pihak luar.

j. Minat

Untuk membangkitkan minat belajar, guru sanggup membangkitkan adanya kebutuhan akan belajar, dimekarkan problem dari pengalaman yang lampau dan menghubungkannya dengan kegiatan berguru yang akan dilakukan siswa. Minat berguru juga sanggup dibangkitkan dengan memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta memakai banyak sekali macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang Diakui

Tahapan acara yang dilakukan guru ibarat penyampaian tujuan secara terang pada kegiatan pembuka kelas merupakan sesuatu yang sanggup menjadi motivasi bagi siswa biar bersemangat untuk belajar. Misalnya, pada suatu waktu guru akan membahas kasus konsep air dalam lingkungan bersama siswa, di awal pembelajaran guru sanggup memberikan dahulu tujuan siswa Mengapa mereka perlu berguru wacana air dalam lingkungan dan perlu dikemukakan pula sasaran yang harus dicapai siswa di selesai pembelajaran wacana konsep air dan lingkungan. Dengan demikian siswa akan timbul semangat berguru lantaran merasa ilmu yang akan mereka pelajari bermanfaat.


3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperlihatkan pelayanan anak berbakat di sekolah dasar.

a. Identifikasi anak berbakat

Menurut Kirk (1986) untuk mengetahui keberadaan anak berbakat, sanggup dilihat dari beberapa hal berikut.

1) Kelancaran (kemampuan menjawab pertanyaan)

2) Kelenturan (kemampuan untuk memperlihatkan banyak sekali macam tanggapan atau beralih dari satu macam respon ke respon lain)

3) Kemurniaan (kemampuan memperlihatkan respons yang unik dan layak)

b. Layanan anak berbakat

Dalam memperlihatkan layanan terhadap anak berbakat di sekolah dasar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.

Anak berbakat akan sanggup mewujudkan potensi yang dimiliki apabila menerima layanan dan bimbingan yang baik sesuai dengan kebutuhan anak, ada dua macam layanan sebagai pilihan dalam memperlihatkan layanan kepada anak berbakat meliputi:

1) Adaptasi lingkungan

Gallagher, dan kawan-kawan (1983) menyatakan bahwa 6 hal yang sanggup dilakukan.

a) Kelas pengayaan

Anak kelas 3 yang kemampuan matematika di atas rata-rata sanggup mengikuti pelajaran matematika di kelas yang lebih tinggi.

b) Guru konsultan

Anak ditempatkan di kelas biasa, sekali-sekali didatangkan guru konsultan untuk membantu guru kelas dalam menangani anak berbakat.

c) Ruangan sumber belajar

Anak berbakat berguru di kelas biasa dan mengunjungi ruang Sumber kira-kira 1 hingga 2 jam sehari untuk mempelajari pelajaran khusus yang menjadi keunggulan nya dengan guru yang sudah dilatih secara khusus.

d) Studi mandiri

Siswa menentukan proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwenang.

e) Kelas khusus

Anak berbakat tetap berada dalam lingkungan sekolah biasa, mereka ditempatkan dalam suatu ruangan khusus dengan memakai kurikulum khusus yang telah dimodifikasi. Dalam waktu istirahat, upacara atau pada pelajaran lain anak tersebut masih sanggup bersama dengan anak lain yang normal.


4. Kompetensi yakni tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahwa ia memang kompeten dalam bidang tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya sanggup ditunjukkan oleh seseorang kalau ia mempunyai ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai serta sikap yang memungkinkan ia memperlihatkan tindakan tersebut secara cerdas.

Kompetensi guru SD terdapat dalam dua dokumen resmi. Pertama, dalam dokumen standar kompetensi guru kelas SD MI lulusan S1 PGSD (SKGK-SD/MI) yang diterbitkan oleh Dirjen Dikti pada tahun 2006 dan kedua, dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 wacana standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Kompetensi guru SD/MI

a. Memahami karakteristik anak usia SD/MI dalam penggalan kelompok usia tertentu kelas awal dan kelas lanjut

b. Memahami karakteristik anak usia SD yang membutuhkan penanganan secara khusus

c. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk memutuskan kebutuhan berguru anak usia SD/MI dalam konteks kebhinekaan budaya.

d. Memahami cara berguru dan kesulitan berguru anak usia SD/MI dalam penggalan kelompok sosial tertentu kelas awal dan kelas lanjut.

e. Mampu menyebarkan potensi akseptor didik anak usia SD/MI.

f. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan bahasa Indonesia yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI.

g. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan matematika yang mendukung pembelajaran Matematika di SD/MI.

h. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mendukung pembelajaran IPA

i. Menguasai substansi dan menduduki dasar keilmuan ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang mendukung pembelajaran IPS di SD

j. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mendukung pembelajaran PKn di SD/MI

k. Menguasai materi latih lima mata pelajaran (bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn) dalam kurikulum SD

l. Mampu melaksanakan kegiatan untuk menyebarkan substansi dan metodologi dasar keilmuan lima mata pelajaran SD

m. Menguasai dasar-dasar materi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan untuk pendidikan akseptor didik SD.

n. Menguasai prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang mendidik.


5. Prinsip-prinsip dasar dalam menyebarkan kurikulum:

a. Relevansi

b. Prinsip efektivitas

c. Prinsip efisiensi

d. Prinsip fleksibilitas

e. Prinsip berkesinambungan

Standar kompetensi lulusan dan karakteristik mata pelajaran di SD

a. Menjalankan pedoman agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak.

b. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

d. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya

e. Menggunakan informasi wacana lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif

f. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru

g. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya.

h. Menunjukkan kemampuan memecahkan kasus sederhana dalam kehidupan sehari-hari

i. Menunjukkan kemampuan mengenali tanda-tanda alam dan sosial di lingkungan sekitar.

j. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

Prinsip pengembangan kurikulum:

a. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan akseptor didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu. Kurikulum yang dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik akseptor didik, kondisi daerah, jenjang, jenis pendidikan, serta menghargai dan tanpa membedakan agama, suku budaya, watak istiadat, status sosial ekonomi dan gender. Selain itu kurikulum yang dikembangkan memperlihatkan keterpaduan antara substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri serta keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antara substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga kurikulum memperlihatkan pengalaman berguru yang mendorong akseptor didik untuk mengikuti manfaatkan secara tepat ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh baik dalam hal dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan atau pelajaran yang direncanakan serta berkesinambungan antara semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan insan seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com


EmoticonEmoticon