Monday, April 23, 2018

√ Masalah First Travel Salah Siapa?

Halo kawan-kawan semua, bagaimana kabarnya hari ini?. Semoga sehat selalu ya. Kali ini saya akan mencoba menawarkan argumen perihal kasus yang sedang hot di Indonesia yaitu perihal First Travel. Kenapa saya mencoba mengulasnya, sebab berdasarkan saya sebagai guru ini masuk dalam salah satu bahan pelajaran sosiologi diantaranya legalisasi sosial. 

Sahabat sekalian kasus First Travel ini bermula dari dua pasangan sejoli yang mencoba mendaki hidup dari awalnya pas-pasan dan sekarang ingin menggapai puncak. Apakah dilarang seseorang berusaha keras semoga menggapai kesuksesan di dunia?. Boleh saja, tidak ada yang salah. Setiap insan berhak meniti karir, merubah nasib, memperbaiki diri. Akan tetapi salah satu problem yang sering hinggap di masyarakat kita ini yaitu bagaimana mengontrol AMBISI alias HAWA NAFSU.

First Travel intinya berniat baik, ingin membantu masyarakat untuk berangkat umroh dengan harga miring. Namun dibalik itu semua terselip ambisi langsung sehingga niat membantu orang lain menjadi rusak. Coba lihat harta kekayaan yang bos First Travel miliki (saya tidak usah sebutkan). Bagaimana rasanya konsumen yang tertipu melihat gaya hidup pasangan yang sedang diazab Tuhan ini?. Gambar: disini

Inilah ancaman dari ambisi yang melampaui batas. Kalaupun pemilik First Travel ini baik, niscaya ia tidak akan pamer harta kekayaan, jalan-jalan ke luar negeri di medsos. Ingat bahwa semakin anda kaya maka gaya hidup anda semakin sederhana. Bandingkan dengan Bill Gates dan Mark Zuckenberg misalnya.

Inilah salah satu penyakit sosial masyarakat Indonesia yang sekarang menghantui yaitu keserakahan. Hal ini sering saya jumpai pada orang yang dulunya miskin kemudian mendadak kaya. Saya juga punya teman yang menyerupai itu. Dan ketika saya tanya, ia selalu menjawab dengan arogansi tinggi. Seolah-olah dialah yang berkuasa mengubah takdirnya dari miskin menjadi kaya, padahal ada campur tangan Allah didalamnya. Orang yang menyerupai ini banyak yang lupa diri sehingga pada suatu masa akan diputarbalikan oleh Allah sebab lupa bersyukur.

Kasus First Travel juga nampaknya buah dari pengalaman masa kemudian dimana pasangan sejoli tersebut sering dihina, dilecehkan dll sehingga ingin membalas dengan kesuksesan. Prinsipnya baik, kesuksesan yaitu balasa dendam terbaik. Namun cara untuk membangun sebuah kesuksesannya yang sangat fatal. Saya tidak akan mengulas perihal metode Ponzi yang mereka gunakan dalam berbisnis umroh, sebab saya memang tidak suka bisnis model ini. Model bisnis ini terang sangat tidak cocok dan jangan dilakukan sebab hanya menguntungkan orang paling atas dan merugikan orang paling bawah. CATAT!.

Kembali lagi, bahwa ambisi, hawa nafsu, keserakahan menjadi musuh besar insan yang semenjak zaman nabi pun diperingatkan. Al Alquran pun berkat bahwa "dunia yaitu embel-embel yang menipu". Ingat kawan, dunia ini hanya sementara dan janganlah sia-siakan kehidupan sementara ini untuk menghancurkan hidup orang lain pula. Sebaik-baiknya insan yaitu yang bermanfaat bagi banyak orang lain disekitarnya. Uang sanggup tiba dan pergi namun sahabat, teman itulah yang menawarkan kehidupan ini lebih berwarna. Jika anda dikenal orang banyak sebagai orang baik, banyak membantu, jujur maka sudah niscaya anda akan dikenal sebagai orang kaya (kaya hati tentunya). Kalau soal harta, tidak usah dipikirkan sebab memang rezeki seseorang sudah diatur sesuai kadarnya masing-masing. 

Kita berdoa semoga problem ini segera simpulan dan para nasabah mendapatkan kembali dana yang sudah disetorkan atau diberangkatkan umroh oleh biro lain yang lebih terpercaya. Sekali lagi di abad sosialita ketika ini marilah kita sama-sama mengendalikan ambisi, hawa nafsu serakah dalam diri. Karena itulah musuh terkuat insan di dunia. Jika kita sudah dikuasi hawa nafsu maka kehidupan kita tinggal menunggu kehancuran saja.

Sumber http://www.gurugeografi.id


EmoticonEmoticon