Monday, June 18, 2018

√ Pengertian Evaluasi Kinerja Dan Ajaran Dalam Evaluasi Kinerja

A. Pengertian Penilaian Kinerja  
Penilaian merupakan hal penting yang harus dilakukan guru sehabis melaksanakan proses pembelajaran yang bertujuan biar guru mengetahui ketercapaian akseptor didik terhadap kompetensi tertentu. Salah satu bentuk penilaian yang bisa dipakai oleh guru ialah penilaian kinerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 700), kata “kinerja” mempunyai arti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Pengertian asesmen kinerja telah didefinisikan oleh beberapa tokoh. Salah satunya oleh Richard Sittings sebagaimana dikutip oleh Ataç (2012:10) “performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skillsand competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered”. Asesmen kinerja dipakai untuk menguji skill dan kompetensi pada demonstrasi
tertentu, yang mengaplikasikan skill dan pengetahuan. 

Performa mempunyai arti hal melakukan, hal menyelenggarakan, hal memainkan (dalam seni drama, musik, dan seni tari), penampilan. Beberapa jago mempunyai pendapat tersendiri mengenai penilain kinerja. Penilaian kinerja berdasarkan Zainul (2001:9) ialah penilaian yang mengharuskan akseptor didik memperlihatkan kinerjanya, bukan dengan menentukan salah satu dari alternatif tanggapan yang telah tersedia.  Penilaian kinerja penting dilakukan oleh guru lantaran bisa menilai pengetahuan dan juga keterampilan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Marzano (1994: 13) yang menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan variasi kiprah yang memperlihatkan kesempatan bagi akseptor didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan berpikir dalam banyak sekali konteks. 

Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh Slater (1993 : 1) bahwa penilaian kinerja dirancang untuk menilai kemampuan pengetahuan dan keterampilan akseptor didik. Nama lain dari penilaian kinerja ialah penilaian otentik dan penilaian alternatif. Hal ini disebabkan lantaran penilaian kinerja meminta akseptor didik untuk memperlihatkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi yang sebetulnya dan merupakan alternatif dari penilaian tradisional yang disajikan dalam bentuk paper and pencil test.  Asesmen kinerja dilakukan berdasarkan kinerja proses dan hasil kerja yang dilakukan oleh akseptor didik. Jadi, ketika memakai asesmen kinerja, guru dimungkinkan tidak hanya mengukur hasil belajar, namun juga proses pembelajaran. 

Sari (2010:3-4) menyatakan asesmen kinerja diwujudkanberdasarkan “empat asumsi” pokok, yaitu:(1) Penilaian kinerja yang didasarkan pada partisipasi aktif siswa;(2)Tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan kepingan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran;(3) Penilaian tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada suatu ketika dalam proses pembelajaran, tetapi lebih dari itu, penilaian juga dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri; (4) Dengan mengetahui lebih dahulu kriteria yang akan dipakai untuk mengukur dan menilai keberhasilan proses pembelajarannya, siswa akan terbuka dan aktif berupaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Dari beberapa pendapat para jago ihwal definisi penilaian kinerja, maka secara garis besar sanggup dikatakan bahwa penilaian kinerja ialah alat penilaian berupa tes perbuatan untuk menuntaskan kiprah dalam konteks kehidupan nyata, dimana penilaian tersebut meminta siswa untuk memperlihatkan kemampuannya secara eksklusif kepada guru baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan, bukan dengan menentukan tanggapan dari pilihan yang tersedia.
 
B. Kelebihan Dan Kekurangan Penilaian Kinerja  
Sebagai salah satu jenis penilaian alternatif dalam proses pembelajaran, maka penilaian kinerja mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dari penilaian kinerja disampikan oleh Wulan (2010 : 2- 3) yang dijabarkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja


Kelebihan penilaian kinerja 
a. Peserta didik diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan suatu proses
b. Proses yang didemonstrasikan akseptor didik sanggup diobservasi secara eksklusif oleh guru
c. Adanya proses penilaian yang lebih lengkap
d. Kriteria penilaian dan kiprah yang akan dikerjakan sanggup disepakati terlebih dahulu oleh guru bersama akseptor didik
e. Bisa menilai hasil pembelajaran dan keterampilan
f. Peserta didik mendapat motivasi yang besar
g. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan aplikasi situasi pada kehidupan aktual yang dialami akseptor didik.


Kekurangan penilaian kinerja 
a. Lebih membebani guru dari segi perjuangan dan waktu
b. Proses pertimbangan dan penskoran yang dilakukan masih bersifat subjektif
c. Memiliki tingkat reliabilitas yang cukup rendah bila dibandingkan dengan penilaian yang lain  (Wulan, 2010 :  2-3)
 
C. Kriteria Penilaian Kinerja  
Keputusan guru untuk memakai penilaian kinerja sebagai alat penilaian sebaiknya didasarkan atas beberapa kriteria. Kriteria dalam penilaian kinerja berdasarkan Popham (Iskandar, 2011: 1) meliputi:
a. Generability
Tugas dalam penilaian kinerja akan semakin baik bila sanggup digeneralisasikan dengan tugas-tugas yang lain.
b. Authenticity
Tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang akseptor didik alami dalam kehidupan sehari-hari.
c. Multiple
Tugas yang diberikan sanggup mengukur lebih dari satu jenis kemampuan yang dimiliki akseptor didik.
d. Teachability
Tugas yang diberikan sesuai dengan apa yang guru ajarkan kepada akseptor didik.
e. Fairness
Tugas dari guru harus adil untuk seluruh akseptor didik
f. Feasibility
Tugas dari guru harus sesuai dengan hambatan yang mungkin dialami akseptor didik dalam proses penyelesaian kiprah mencakup ruangan, peralatan, waktu dan biaya.
g. Scorability
Siswa yang menjalankan kiprah dari guru harus mendapat skor yang akurat dan sesuai dengan apa yang akseptor didik lakukan. 

D. Pedoman dalam Penilaian Kinerja  
Sebagai salah satu bentuk penilaian, penilaian kinerja mempunyai beberapa pedoman yang bisa membantu guru untuk mengetahui ketercapaian akseptor didik. Wulan (2010 : 3- 4) mengemukakan pendapatnya ihwal pedoman dalam penilaian kinerja yaitu:
1) dalam menuntaskan kiprah dari guru. 
2) Problem dan prosesnya bersifat otentik atau sesuai dengan bencana yang ditemukan pada kehidupan nyata;
3) bersifat integratif yang menuntut integrasi antara pengetahuan, konsep, sikap dan juga kebiasaan berfikir;
4) penilaian bersifat open ended yang bisa mendorong akseptor didik untuk mengajukan pertanyaan ketika menuntaskan tugas;
5) siswa tertarik dengan problem yang disajikan serta membutukan ketekunan siswa untuk menyelesaikannya;
6) adanya dorongan yang membantu akseptor didik untuk berfikir divergen dan bijaksana;
7) acara sanggup dilakukan akseptor didik dengan aman;
8) proses penilaian diubahsuaikan dengan gaya berguru akseptor didik yang beragam;
9) siswa sanggup berpikir secara individu ketika berada dalam kelompok kerja;
10) kinerja secara individu harus gampang untuk diamati walaupun akseptor didik berada dalam kelompok kerja;
11) mempunyai definisi dan petunjuk yang jelas;
12) akseptor didik mendapat feedback dari pengalaman yang bisa memperbaiki siklus akseptor didik pada proses yang selanjutnya;
13) akseptor didik mempunyai beberapa cara untuk mempresentasikan hasil dari produk akhir;
14) akseptor didik berhak untuk mengetahui kriteria yang terperinci dari kiprah yang akan dilakukan;
15) panduan penskoran harus gampang untuk menilai kemampuan akseptor didik dalam menuntaskan kiprah dari guru.
 

E. Tahapan Penilaian Kinerja  
Setelah mengetahui pedoman dari penilaian kinerja, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan penilaian. Slater (1993 : 4) menyatakan adanya tahapan yang perlu dilaksanakan dalam penilaian kinerja antara lain: 1) menentukan tujuan yang akan dicapai; 2) menentukan kiprah yang akan dinilai; 3) keterampilan yang didemonstrasikan akseptor didik sebelumnya didefinisikan dan disusun secara jelas; 4) menentukan rubrik dan indikator dari tingkatan kompetensi yang akan dinilai; 5) memberi informasi pada akseptor didik mengenai hal kinerja yang harus ditunjukkan; 6) akseptor didik diberi waktu untuk menuntaskan tugas; 7) guru harus mengamati kinerja akseptor didik; 8) hasil kinerja akseptor didik dicocokkan dengan standar kriteria yang telah disusun. 

F. Metode dalam Penilaian Kinerja
 

Pada ketika pelaksanaan penilaian kinerja terhadap akseptor didik, guru sanggup menentukan metode yang sempurna untuk dipakai sebagai materi dalam pengambilan data. Beberapa metode yang bisa dipakai dalam penilaian kinerja sesuai dengan pendapat dari Wulan (2010 : 4) yaitu observasi, wawancara, portopolio, penilaian essay, ujian praktek, penilaian proyek, kuesioner, daftar cek (checklist), penilaian oleh teman, paper, penilaian diskusi dan penilaian jurnal kerja ilmiah akseptor didik.

Dari beberapa metode diatas, metode yang sering dipakai dalam penilaian kinerja ialah checklist dan skala penilaian. Metode checklist kurang adil bagi akseptor didik lantaran hanya ada pilihan penilaian berupa “ya“ dan “tidak” tanpa adanya pilihan yang berbobot menengah. Pilihan “ya” diberikan bila kemampuan yang dilakukan akseptor didik teramati oleh guru, sedangkan pilihan “tidak” diberikan bila kemampuan yang dilakukan akseptor didik tidak teramati oleh guru. Oleh lantaran itu, metode yang cocok untuk dipakai dalam penilaian kinerja ialah skala penilaian. Skala penilaian mempunyai skala rentang dengan kategori lebih dari satu, sehingga memungkinkan guru memperlihatkan nilai tengah pada kemampuan yang ditunjukkan akseptor didik. Skala penilaian dilengkapi dengan rubrik yang berisi deskripsi dari kemampuan masing-masing kategori guna memudahkan proses penilaian. 

G. Pengembangan Instrumen Penilaian Kinerja.
 

Pengembangan instrumen dari penilaian kinerja dapat disusun untuk mengetahui penguasaan siswa dari segi proses maupun produk. Subali (2010 : 17-19) beropini bahwa hal-hal yang harus diperhatikan ketika menyebarkan instrumen ini ialah sesuaikan dahulu dengan kinerja ataupun produk yang akan dinilai. Selanjutnya guru harus menentukan teknik penilaian yang akan digunakan. Guru sanggup memakai tes identifikasi, tes simulasi dan uji petik kerja untuk menilai proses akseptor didik, sedangkan tes tertulis dan penugasan produk tiga dimensi bisa dipakai guru untuk menilai produk dari akseptor didik. Hal penting yang harus dilakukan guru dalam pengembangan instrumen ialah menyusun rubrik/ pedoman penskoran. Dalam penyusunan rubrik ini, guru harus menentukan aspek dari jenis kinerja dan produk yang akan dinilai, menentukan model skala yang akan dipakai serta menciptakan rubrik penskoran yang disertai dengan kategori keberhasilan yang telah dicapai akseptor didik.

H. Komponen dalam Penilaian Kinerja
 

Penilaian kinerja memiliki komponen penting yang bisa mendukung keterlaksanaan penilaian kinerja. Komponen penting itu berupa task atau tugas, format penilaian dan pedoman penilaian (Slater, 1993: 2). Task merupakan bentuk kiprah yang dirancang untuk menilai kemampuan akseptor didik (Zainul, 2001: 11). Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan task berdasarkan pendapat Zainul (2001: 14) yaitu guru harus memperhatikan dalamnya materi yang akan diberikan, kesesuaian antara hubungan kinerja dengan kiprah penilaian, kemampuan kognitif, sosial dan afektif akseptor didik serta keterkaitan kiprah penilaian dengan keterampilan yang diharapkan. 

Komponen selanjutnya dalam penilaian kinerja ialah pedoman penilaian. Pedoman penilaian ini berbentuk rubrik yang dijadikan sebagai contoh penilai dalam menilai kiprah yang dikerjakan oleh akseptor didik. Format penilaian merupakan cara penilaian (scoring guide) yang dipakai untuk menilai kemampuan akseptor didik. Cara ini bisa dipakai secara holistik (holistic scoring) dimana derma satu skor oleh penilai sehabis melaksanakan penilaian keseluruhan dari hasil kinerja akseptor didik, maupun analitik (analytic scoring) dimana derma skor dilakukan pada banyak sekali aspek dari kinerja yang dinilai (Iskandar, 2011). Pada penelitian ini, peneliti memakai metode analitik dalam bentuk skala penilaian untuk menilai kemampuan dari akseptor didik.

I. Penilaian Kinerja untuk Menilai Keterampilan Proses Sains.
 

Penilaian kinerja merupakan salah satu penilaian alternatif yang dipakai guru dalam menilai kemampuan akseptor didik yang difokuskan pada dua aspek pokok yaitu mengobservasi proses ketika unjuk keterampilan secara eksklusif serta penilaian dari produk yang dihasilkan dari akseptor didik. Penilaian kinerja bisa dipakai untuk menilai keterampilan proses sains akseptor didik (Stiggins 1994; Marzano dkk, 1994). Hal ini juga didukung oleh Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa menilai kompetensi keterampilan siswa bisa dilakukan melalui penilaian kinerja yang menuntut akseptor didik mendemonstrasikan kompetensi tertentu. 

Ciri dari penilaian kinerja ialah bisa melaksanakan penilaian secara eksklusif dan otentik ketika mengobservasi kinerja yang dilakukan akseptor didik baik dalam bentuk proses kognitif, pernyataan oral maupun produk dari akseptor didik. Selain itu, penilaian kinerja juga bisa dipakai untuk mengases kebiasaan berpikir (habit of mind), cara bekerja dan sikap nilai akseptor didik dalam kehidupan nyata. Oleh lantaran itu, penilaian kinerja merupakan penilaian yang sempurna untuk menilai keterampilan proses sains akseptor didik.
Pengertian Penilaian Kinerja dan Pedoman Dalam Penilaian Kinerja

Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon