Saturday, June 23, 2018

√ Taksonomi Bloom Usang Dan Hasil Revisi

A. Taksonomi Bloom Lama

Dalam sebuah taksonomi, satu kontinum itu terdiri atas beberapa kategori. Dalam taksonomi Bloom yang usang hanya mempunyai satu dimensi yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation), sedangkan taksonomi Bloom yang telah direvisi mempunyai dua dimensi yakni dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dalam dimensi proses kognitif terdiri atas enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
 
Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkat–tingkat kognisi yang kompleks. Misalnya memahami  dianggap merupakan tingkat kognisi yang lebih komplek ketimbang mengingat (Anderson, et al. 2001). Adapun dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang konkret (Faktual) hingga yang ajaib (Metakognitif). Kategori-kategori Konseptual dan Prosedural mempunyai tingkat keabstrakan, contohnya pengetahuan prosedural lebih konkret ketimbang pengetahuan konseptual yang paling ajaib (Anderson, et al. 2001).
Tabel 2.1  Perbedaan taksonomi Bloom yang usang dan yang baru

Tingkatan Ranah Kognitif                 Versi lama                        Versi Baru
C1
Knowledge
Remember
C2
Understand
Understand
C3
Apply
Apply
C4
Analyze
Analyze
C5
Synthesis
Evaluate
C6
Evaluate
Create

Berikut akan dijelaskan dua dimensi dari Taksonomi Bloom yang usang diantaranya menyerupai berikut:

Taksonomi Bloom yang lama
 

a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan administrasi kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.

b. Pemahaman (Comprehension)

Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama.

c. Aplikasi (Application)Di tingkat ini, seseorang mempunyai kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi isu perihal penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan bisa merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.

d. Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan bisa menganalisis isu yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan isu ke dalam belahan yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan bisa mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akhir dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan bisa memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan bisa menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan bisa mengenali data atau isu yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas bisa memperlihatkan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi menurut pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

f. Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memperlihatkan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan memakai kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus bisa menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan menurut efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya.

B. Hasil Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para jago psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom semoga sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut gres dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:

a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan fundamental terletak pada level 5 dan 6
(Utari, 2016). Perubahan- perubahan tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut:

Dimensi proses kognitif
 

a. Mengingat (C1)
Kategori Mengingat yaitu mengambil pengetahuan yang diperlukan dari memori jangka panjang seorang siswa. Dua proses kognitif yang berkaitan dengan kategori ini yaitu menyadari atau recoqnizing dan mengingat kembali atau recalling. Jenis pengetahuan yang relevan dengan kategori ini yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif, serta kombinasi-kombinasi yang mungkin dari beberapa pengetahuan ini (Anderson, & Kratwhol; 2001).

b. Memahami (C2)

Seorang penerima didik dikatakan memahami kalau mereka sanggup mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran baik dalam bentuk lisan, tertulis dan grafik (gambar) yang disampaikan melalui pengajaran, penyajian dalam buku, maupun penyajian melalui layar komputer. Peserta didik sanggup memahami kalau mereka menghubungkan pengetahuan gres yang sedang mereka pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka miliki. Lebih tepatnya, pengetahuan gres yang sedang mereka pelajari itu di padukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep–konsep di otak seumpama blok–blok bangunan yang di dalamnya berisi skema–skema dan kerangka–kerangka kognitif. maka pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) merupakan dasar dari proses memahami. Proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori Memahami meliputi proses menginterpretasikan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menduga, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson, et al. 2001).

c. Mengaplikasikan (C3)

Kategori mengaplikasikan ini sangat dekat kaitannya dengan pengetahuan prosedural atau procedural knowledge. Soal latihan atau exercises merupakan jenis kiprah yang mekanisme penyelesaiannya telah diketahui siswa, sehingga siswa sanggup menggunakannya secara rutin. Suatu duduk masalah merupakan jenis kiprah yang penyelesaiannya belum diketahui siswa, sehingga mereka harus menemukan mekanisme yang sempurna untuk memecahkan permasalahan tersebut (Anderson, et al. 2001).

d. Menganalisis (C4)

Yang termasuk dalam kategori menganalisis yaitu proses mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan memilih hubungan antara belahan -bagian tersebut dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses membedakan (differentiating), mengorganisasi (organizing), dan menghubungkan (attribute). (Anderson, et al. 2001).

e. Mengevaluasi (C5)

Kategori mengevaluasi diartikan sebagai tindakan membuat suatu penilaian (judgement) yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria yang paling sering dipakai yaitu kualitas, efektivitas, dan konsistensi. Kriteria–kriteria ini ditentukan sendiri oleh siswa. Standar yang bisa dipakai bisa berupa standar kuantitatif maupun standar kualitatif. Standar-standar tersebut kemudian diterapkan pada kriteria-kriteria yang dipilih tadi. Kategori mengevaluasi meliputi sejumlah proses kognitif, yaitu menilik (checking), dan mengkritik (critiquing). Proses menilik atau checking merupakan proses membuat penilaian terhadap suatu kriteria internal, sementara proses mengkritik atau critiquing merupakan proses membuat penilaian yang didasarkan pada kriteria-kriteria eksternal (Anderson, et al. 2001).

f. Mencipta (C6)

Proses menyusun sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan pengajaran yang termasuk kedalam kategori mencipta ini yaitu mengajarkan pada para siswa semoga bisa membuat suatu produk gres dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau belahan jadi suatu pola atau struktur yang belum pernah ada atau tidak pernah diprediksi sebelumnya. Proses-proses kognitif yang termasuk kedalam kategori ini biasanya juga dikoordinasikan dengan pengalaman berguru yang sudah dimiliki oleh para siswa sebelumnya. Meskipun kategori membuat ini mengharuskan adanya suatu pola pikir kreatif dari pihak siswa, pola pikir kreatif tersebut tidak sepenuhnya terbebas dari tuntutan-tuntutan atau batasan-batasan yang telah ditentukan dalam suatu pengajaran pelajaran atau batasan-batasan yang terjadi dalam situasi tertentu (Anderson, et al. 2001).

Dimensi Pengetahuan
 

1. Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual yaitu pengetahuan perihal elemen – elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk menuntaskan masalah–masalah dalam disiplin ilmu tersebut (Anderson, et al. 2001).Pengetahuan faktual terdiri atas 2 jenis pengetahuan perihal terminologi dan pengetahuan perihal detail–detail dan elemen–elemen yang spesifik. Pengetahuan perihal terminologi meliputi pengetahuan perihal label dan simbol verbal dan nonverbal. Pengetahuan perihal detail–detail dan elemen–elemen yang spesifik merupakan pengetahuan perihal peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.

2. Pengetahuan konseptual

Hubungan–hubungan antar elemen dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen–elemennya berfungsi secara bersama–sama (Anderson, et al. 2001: 41).Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan perihal kategori, klasifikasi, prinsip dan generalisasi serta pengetahuan perihal teori, model, dan struktur (Anderson, et al. 2001: 71).

3. Pengetahuan prosedural

Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan perihal cara “melakukan sesuatu” (Anderson, et al. 2001: 77).  Menurut Alexander, Schallert, & Hare, 1991; Anderson, 1993; dejong & Ferguson – Hessler, 1996; Dochy & Alexander, (1995) dalam Anderson, et al. (2001: 77), pengetahuan ini meliputi perihal keterampilan, algoritma, teknik, dan metode, yang semuanya di sebut sebagai mekanisme (Ramalisa, et al. 2014: 30). Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan perihal urutan kaidah-kaidah, prosedur-prosedur yang dipakai untuk menuntaskan soal-soal matematika.

Salah satu ciri pengetahuan prosedural yaitu adanya urutan langkah yang akan ditempuh yaitu setelah suatu langkah akan diikuti langkah berikutnya. Pemahaman konsep yang tidak didukung oleh pengetahuan prosedural akan menjadikan siswa mempunyai intuisi yang baik perihal suatu konsep tetapi tidak bisa menuntaskan suatu duduk masalah ( Matunisma, 2012).

4. Pengetahuan metakognisi

Pengetahuan metakognisi yaitu pengetahuan perihal kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri–sendiri (Anderson, et al. 2001: 82).Metakognisi merupakan istilah yang diperkenalkan Flavell tahun 1976. Flavell, (Murni, 2010) menyatakan bahwa metakognisi merupakan kesadaran seseorang perihal proses kognitifnya dan kemandiriannya untuk mencapai tujuan tertentu.

Misalnya siswa Sekolah Menengah Pertama mempelajari materi bilangan bulat, ia perlu menyadari pengetahuan yang dimilikinya perihal konsep dan sifat-sifat operasi hitung bilangan lingkaran yang telah dipelajarinya dari SD, mengetahui dan memahami mekanisme operasi hitung bilangan lingkaran yang dilakukannya dan menyadari kemampuan yang dimilikinya untuk menuntaskan duduk masalah terkait bilangan bulat.

Pengetahuan metakognitif memuat pengetahuan deklaratif (declarativeknowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan kondisional (conditional knowledge) (OLRC News, 2004). Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan perihal diri sendiri sebagai pebelajar serta pengetahuan perihal strategi, keterampilan dan sumber-sumber berguru yang dibutuhkannya untuk keperluan belajar.

Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan perihal bagaimana memakai segala sesuatu yang telah diketahui dalam pengetahuan deklaratif dalam kegiatan belajarnya.Pengetahuan kondisional yaitu pengetahuan perihal bilamana memakai suatuprosedur, keterampilan, atau taktik dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu mekanisme berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu mekanisme lebih baik daripada prosedur-prosedur yang lain. Oleh alasannya yaitu itu pengetahuan metakognitif dianggap sebagai berpikir tingkat tinggi lantaran melibatkan fungsi direktur yang lebih mengkoordinasikan sikap pembelajaran.

Misalnya siswa diberikan sebuah soal pemecahan duduk masalah terkait bilangan lingkaran yang bertujuan siswa bisa menemukan konsep KPK (kelipatan komplotan terkecil) sebagai berikut. Sebuah kendaraan beroda empat mengganti busi setelah berjalan 5.000 km, mengganti platina setelah berjalan 7.500 km, dan mengganti ban setelah berjalan 12.000 km. Setelah berjalan berapa kilometerkah kendaraan itu membutuhkan penggantian busi, platina, dan ban secara bersama-sama?

Dengan mencermati soal ini, pengetahuan deklaratif sanggup terlihat pada ketika mengajukan pertanyaan pada diri sendiri perihal apakah siswa telah mengenal unsur-unsur yang disebutkan dalam soal beserta taktik yang sanggup digunakannya untuk memperoleh tanggapan yaitu dengan memilih kelipatan dari setiap bilangan yang diketahui. Siswa memilih KPK dari tiga bilangan tersebut sebagai wujud dari pengetahuan prosedural.Siswa harus sanggup beralasan mengapa KPK yang dicari dari tiga bilangan tersebut, ini termasuk pengetahuan kondisional.

Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon