Thursday, July 6, 2017

√ Ibarat Apa Saktinya Angka 24 ?

Pagunpos.Com. Saktinya Angka 24. Pasti Anda merasa abnormal kenapa kali ini saya menuliskan artikel ihwal saktinya angka '24'. Kenapa angka '24' itu sakti? Dan apa maksud dari angka '24' itu? Bagi setiap tenaga pendidik dan kependidikan niscaya mengetahui secara niscaya ihwal angka '24'. Angka '24' merupakan beban mengajar yang harus dipenuhi oleh setiap insan di forum pendidikan. Saking saktinya angka '24' ini menjadi momok tersendiri bagi hampir seluruh guru. Apalagi semakin besar golongan seorang tenaga pedidikan semakin besar pula beban dan tanggungjawabnya. Okey, tidak perlu berlama-lama lagi, saya akan membongkar saktinya angka '24'.
Misteri Angka 24 itu sakti alasannya ialah menjadi kiprah dan beban mengajar yang dibebankan kepada setiap guru di forum pendidikan. Jika seorang guru tidak mempunyai beban mengajar '24' jam dalam seminggu maka, guru tersebut tidak akan mendapat tunjangan atau sertifikasi. Gunanya angka '24' ini sebagai prasyarat untuk mendapat tunjangan dan sertifikasi.

Kenapa angka '24' menjadi contoh dalam mendapat tunjangan atau sertifikasi? Karena hal ini menyangkut hak dan tanggungjawab seorang guru. Jika ia bekerja secara maksimal (dalam artian 24 jam minimal dan maksimal 40 jam) maka, ia pantas mendapat reward (hadiah) dengan pinjaman tunjangan atau sertifikasi sebagai haknya dalam menjalankan tugas.

Namun, ada kerancuan yang saya temukan terhadap angka '24' ini. Angka '24' ini seolah-olah telah menjadi contoh bagi tiap forum pendidikan yang ada di Indonesia. Padahal, banyak guru yang bukan hanya mengajar '24' jam bahkan lebih di pelosok desa namun tidak pernah mendapat tunjangan dan sertifikasi. Seolah-olah sertifikasi ini hanya berlaku bagi sekolah di perkotaan saja. Sedangkan sekolah yang berada jauh di mata tidak mendapat perhatian lebih. Seandainya jikalau ada perhatian lebih mengenai sertifikasi kepada para guru di pedesaan, mungkin tunjangan yang mereka dapatkan seharusnya lebih banyak dari tunjangan yang didapatkan oleh guru-guru diperkotaan.

Bahkan di tempat Nusa Tenggara Timur (NTT) masih ada seorang guru perempuan yang bahkan mengajar bukan hanya 24 jam perminggu, bahkan melebihi 24 jam perminggunya. Namun, tidak juga kunjung mendapat perhatian lebih oleh pemeritah. Bahkan mereka hanya digaji 50 ribu sebulan. Namanya ialah Asnat Bell. Ia ialah seorang guru yang mengajar di sebuah desa pedalaman Timor-NTT, tepatnya pada sebuah SD GMIT di salah satu kecamatan Amanuban. Beliau mengajar 7 jam perhari. Jika dikalikan dalam seminggu 7 x 7 = 49 jam perminggu dengan honor perbulannya hanya Rp.50.000. Asnat Bell sudah mengabdi selama 7 tahun dan bekerja pool honor nol.

Lantas, di manakah letak saktinya angka '24' itu? Pasti Anda sudah bisa menebak sendiri masih pantaskah angka itu dianggap sakti mandraguna yang kebanyakan ditakutkan oleh hampir sebagian guru. Berapa yang harus dibayarkan pemerintah kepada Asnat Bell jikalau ia telah mengajarkan lebih dari angka '24' jam. Jika dilihat dari sisi keadilan, dia tentunya sudah sanggup menikmati tunjangan insentif yang kini sudah dinikmati oleh guru-guru perkotaan yang terkadang masing kurang cukup atas tunjangan tersebut. Inilah mirisnya sistem kita di Indonesia ini. Hanya bisa melihat dari satu sisi dan menapikan sisi lainnya. Semoga pemerintah kedepannya lebih memperhatikan lagi mengenai nasib guru-guru honorer yang betul-betul berdedikasi tinggi terhadap kecerdasan anak bangsa di pedasaan. Dan terpenting ialah tidak menyakini suatu angka sebagai keberuntungan alasannya ialah intinya semua angka sama. 

Sumber http://www.pagunpost.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)