A. Kompetensi IPA
1. Dimensi Aplikasi
Ukuran yang digunakan dalam mengukur ilmu fisika yang ada dikehidupan sehari-hari mau yang bukan. Seperti, fisika listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari,seperti berapa banyak tenaga yang dikeluarkan atau digunakan untuk menghidupkan lampu atau semacam alat-alat rumah tangga. Fisika magnet yang digunakan untuk menghitung besaran tarik menarik dalam pengunaan magnet antara kutub selatan dan utara.
2. Dimensi Penguasaan dan Pemilikan Konsep-konsep IPA
Dimensi ini mengungkapkan bahwa ukuran yang digunakan dalam pekerjaan yang membutuhkan pembinaan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus serta keterampilan mengklarifikasi (memperjelas) masalah, mengajukan dugaan (hipotesis), memilih yang harus diamati, mengurutkan objek (benda, zat, makhluk hidup, atau energi), menyusun format pencatatan data, mencari persamaan dan perbedaan, menafsirkan, menyusun pembahasan, dan Keterampilan-keterampilan berpikir tersebut akan tersusun dalam acara mengkaji hubungan sebab-akibat, korelasi, pengelompokkan (generalisasi dan klasifikasi), Berta pengujian zat yang terkandung dalam suatu bahan.
Keterampilan berpikir ialah kemahiran seseorang dalam menghasilkan suatu pemikiran yang baik dan tepat. Potlot ditangan orang yang tidak terampil menggambar tidak akan menghasilkan gambar yang bagus, sebaliknya jikalau berada di tangan orang yang terampil menggambar, akan menghasilkan gambar yang bagus. Jika ingin terampil menggambar, siswa harus berlatih menggambar terus-menerus, sehingga is sanggup terampil menggambar. Sama menyerupai keterampilan menggambar, katerampilan berpikir perlu dilatihkan pada siswa, biar siswa terampil berpikirnya. Teknik berpikir ialah cara berpikir yang sudah bersifat teknis (berupa dasarnya Baja, sanggup diterapkan dan dikembangkan sendiri).
Keterampilan berpikir memerlukan kemampuan memakai teknik berpikir yang sesuai dengan disiplin ilmu yang digunakan, lantaran itu dalam modul ini dibahas keterampilan dan teknik berpikir. Perlu dipahami bahwa peningkatan keterampilan berpikir perlu dilakukan oleh siswa melalui latihan terus-menerus dengan memakai teknik berpikir, lantaran itu, guru tidak akan sanggup meningkatkan keterampilan berpikir siswa dengan baik, jikalau teknik berpikir dalam IPA tidak dikuasai guru.
3. Dimensi Nilai dan Sikap
Nilai (value), ialah suatu standar sikap yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi serpihan dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar sikap siswa dalam melaksanakan proses berpikir menyerupai keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih saying, dan lain sebagainya.
Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang tiba dari luar, contohnya perasaan bahagia atau tidak bahagia terhadap munculnya hukum baru; reaksi terhadap diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi ataupun kurikulum tingkat satuan pendidikan dan lain sebagainya.
Sikap kuat terhadap acara dan keberhasilan proses belajar. Sikap sanggup memilih apakah seseorang akan sanggup berguru dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, tahan usang berguru atau tidak, bahagia mempelajari pelajaran yang dihadapinya atau tidak, dan banyak lagi yang lain. Diantara sikap yang dimaksud disini ialah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya berlangsung acara belajar.
4. Kecakapan Proses IPA
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan memakai lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, lidah dan pendengar. Apabila siswa mendapat kemampuan melaksanakan pengamatan dengan memakai beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya memakai indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan memakai alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera mana yang sempurna digunakan untuk melaksanakan pengamatan suatu objek.
2. Pengukuran
Kata "pengukuran" berasal dari kata Yunani "metron" yang berarti proporsi yang terbatas. Dalam teori representasi, pengukuran didefinisikan sebagai "angka hubungan dengan tubuh yang bukan angka”. Pengukuran ialah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga sanggup diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, menyerupai tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Sebuah pengukuran menjawab pertanyaan umum, "berapa banyak?", Seperti dalam berapa kilometer, atau millimeter.
Seperti pengukuran intinya ialah perihal penghitungan, pengukuran dilakukan dalam jumlah dan kuantitatif, dibandingkan dengan lain pengamatan yang mungkin dibentuk dalam kata-kata dan kualitatif. Istilah pengukuran juga sanggup digunakan untuk mengacu ke hasil spesifik yang diperoleh dari proses pengukuran.
3. Menggolongkan
Klaslifikasi ialah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadiankejadian. Keterampilan pembagian terstruktur mengenai sanggup dikuasai bila siswa telah sanggup melaksanakan dua keterampilan berikut ini.
- Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng sanggup diamati dari sekelompok objek yang sanggup digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
- Menyusun pembagian terstruktur mengenai dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek.
Klasifikasi mempunyai kegunaan untuk melatih siswa menawarkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya.
4. Menyimpulkan
Inferensi ialah sebuah pernyataan yang dibentuk menurut fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya memakai teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa berguru merumuskan sendiri inferensinya.
5. Prediksi / meramalkan
Prediksi ialah ramalan perihal insiden yang sanggup diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi perihal hubungan antara beberapa insiden yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian menurut data pada dikala pengamatan dilakukan.
6. Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti memberikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara verbal maupun tulisan. Dalam goresan pena bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, biar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.
7. Perumusan Hipotesa
Hipotesis biasanya dibentuk pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan perihal imbas yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan duduk kasus yang akan diteliti (Nur, 1996). Hipotesis sanggup dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif menurut data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis sanggup juga dipandang sebagai tanggapan sementara dari rumusan masalah.
8. Merancang Penelitian
Eksperimen sanggup didefinisikan sebagai acara terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu duduk kasus atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jikalau variable yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara terang dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesishipotesis yang bekerjasama dengan konsep-konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.
Keterampilan proses dasar merupakan suatu fondasi untuk melatih keterampilan proses terpadu yang lebih kompleks. Seluruh keterampilan proses ini diharapkan pada dikala berupaya untuk mencatatkan duduk kasus ilmiah. Keterampilan proses terpadu khususnya diharapkan dikala malakukan eksperimen untuk memecahkan masalah.
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang gampang difahami contohnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis gres diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk tumpuan atau beberapa kecenderungan.
DAFTAR PUSTAKA
Michael and Guy, (1997) Thinking Chemistry, GCSE Edition Great Britain, Oxford, Scotprint Ltd.
Mohamad Noor (1996) "Teori dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA" Jakarta , DEPDIKBUD, PAIIA
Monk, Martin (1991) "Developing Process Skill with Pencil and Paper tasks" disajikan dalam Indonesian PKG Science Instructor, short course, King's College London.
Poppy, (2005) " IPA" Kelas XI, Bandung , ROSDA
Ratna Wilis Dahar (1996) "Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta "
Suprapti dan Sudariman ( 2002). “ Ragam Metode Mengajar”, Jakarta , LAN
American Association for the Advancement of Science (1969) "Science AProcess Approach" USA , AAAS / Xerox Corporation
BSNP Depdiknas (2006), Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi, Jakarta
Inner London Educational Authority (1980) "Science in Process", London ,HEB / ILLA
Mohamad Noor (1996) "Teori dan Pendekatan Keterampilan Proses dalamPembelajaran IPA" Jakarta , DEPDIKBUD, PAIIA
Monk, Martin (1991) "Developing Process Skill with Pencil and Paper tasks" disajikan dalam Indonesian PKG Science Instructor, short course, King's College London.
Ratna Wilis Dahar (1996) "Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta "
Sumber http://www.terasfisika.com
EmoticonEmoticon