Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD_ Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan semoga siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta mempunyai sikap ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pertolongan pengalaman eksklusif untuk mencari tahu dan berbuat sehingga bisa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tau yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian, pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi yang disimpulkan berdasarkan hasil obervasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan wektu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan acara yang tidak gampang untuk dilaksanakan.
Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan dan kreativitas yang cukup semoga agar pembelajaran sanggup terselenggarakan secara efektif dan efisien. Salah satu aspek kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu wacana pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran.
Anda telah tentu mempunyai pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA di SD. Berapa macam pendekatan yang anda gunakan? Bagaimana anda memilih pendekatan tersebut? Apa alasan memiih pendekatan tersebut? Salah kiprah pendekatan dalam suatu pembelajaran yaitu untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
Pendekatan yang sanggup dipakai dalam pembelajaran IPA antara lain yaitu pendekatan lingkungan, sain-lingkungan-teknologi-masyarakat, konseptual, faktual, nilai, pemecahan masalah, inovasi ( discovery ), inkuiri, keterampilan proses, komputer, sejarah, dan deduktif/induktif. Berikut yaitu beberapa pendekatan yang sanggup dipakai dalam pembelajaran IPA.
9 Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD
1. Pendekatan Lingkungkan
Pendekatan lingkungan yaitu mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa memakai dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi insan dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan memakai lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan sikap peduli dan mengasihi lingkungan, dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.
2. PendekatanSain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan klarifikasi untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang terkait dengan pembiasaan insan terhadap lingkungan. Masyaraka tmerupakan lingkungan insan tempa tterjadinya acara IPA, acara ilmiah, dan acara teknologi.
Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi sumbangan terhadap perkebangan teknologi baru. Teknologi gres tersebut akan mempengaruhi acara ilmiah dan penentuan permasalahan yang diteliti serta cara yang dipakai untuk memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang dipakai ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara berfikir manusia, dan lingkungan hidup secara umum.
Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang bahwa
siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman dengan
skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakuakan oleh skemata siswa yang
tepat dan bermanfaat baginya. Dalam pendidikan IPA ini, siswa bisa memperoleh
pengalaman secara fisik dan memperoleh pengalaman mengenai konsep dan model dalam
IPA.
Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini yaitu semoga siswa mempunyai pemahaman wacana aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan, dan masyarakat yang pergunakan bagi perkembangan kognitif, memakai pemahaman sains dan teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial (masyarakat) siswa.
Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang sanggup diterapkan yaitu (1) Curah pendapat wacana suatu/topic, (2) mendifinisikan pertanyaan/fenomena tertentu, (3) curapen sanggup wacana sumberi informasi, (4) memakai sumber untuk mendapatkan informasi, (5) melaksanakan analisis, sintesis, evaluasi, dan membuat sesuatu, dan (6) melaksanakan tindakan nyata (Lutz, 1996 dalam HerawatiSusilo, 1998).
3. pendekatan faktual
berdasarkan funk.dkk.(1979), pendekatan faktual yaitu merupakan suatu cara menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil inovasi IPA kepada siswa dimana pada final suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi wacana hal-hal penting wacana IPA.
Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti pendekatan ini yaitu dengan membaca, memberikan pendapat hebat dari buku, demonstrasi, latihan(drill), dan memperlihatkan tes. Kadang-kadang pendekatan ini menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan citra wacana sifat IPA sendiri. Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan meminimalkan citra wacana pentingnya proses IPA dalam menghasilkan produk IPA tersebut.
Biasanya siswa tidak mengingat wacana fakta dalam waktu yang lama. Apabila hanya memperlihatkan pelajaran wacana fakta maka siswa akan medapat kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi. Siswa tidak mendapatkan sajian wacana citra menyeluruh wacana sifat IPA yang sebetulnya lebih menarik dan menyenangkan.
4. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memperlihatkan pandangan terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak sanggup diingat terlalu lama, mungkin mengajarkan konsep dibutuhkan akan memperlihatkan hasil yang lebih baik. Konsep yaitu suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta.
Agar sanggup memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melaksanakan manipulasi atau- pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta kedalam suatu model atau penjelaan wacana sifat alam semesta. Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk
atau hasil IPA tidak mengajarkan wacana proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru terlebih dahulu akan memikirkan wacana materi IPA apa yang akan diajarkan sebelum ia memutuskan wacana bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana mengorganisasikan konsep seorang siswa melaksanakan observasi dan menyimpan pengetahuannya banyak tingkatan konseptual.
Siswa akan mengidentifikasikan suatu objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali, menkonseptualisasikan ( misalkan berdasarkan proses atau karateristik objek). Konsep-konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan pengamatan dan fakta maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.
Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut denah konsep. Konsep IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock untuk membangun pengalaman mencar ilmu siswa, yang sanggup dipakai untuk menjelaskan banyak pengamatan dan fakta, namun mempersentasikan suatu konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.
Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan denah konsep yang yang diterima secara universal dikenal sebagai prinsip atau aturan IPA. Pada umumya, para hebat mengembangkan kurikulum berdasarkan inspirasi besar, berupa denah konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh lantaran pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada siswa yang dibutuhkan sanggup mempelajari semua fakta IPA.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan pemecahan persoalan (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang penting. Setiap persoalan mempunyai suatu daya positif atau daya pendorong yang cenderung menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau penghambat yang berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut.
Oleh lantaran itu dalam pemecahan persoalan perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong positif yang sanggup dipakai dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan persoalan sanggup diterapkan aneka macam metode yang bertolak dari suatu permasalahan.
Guru sanggup merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah, kemudian meminta
siswa menerapkan prinsip pemecahan persoalan tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa.
Alternatif lainnya yaitu guru hanya sanggup membimbing siswa merumuskan dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan kepadanya. Seorang guru sanggup pula mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan. Permasalahan sanggup berupa permasalah konvergen, yaitu permasalahan dengan mempunyai satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan mempunyai beberapa kemungkinan cara pemecahan.
Keterampilan memecahkan persoalan merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, mempunyai kemampuan tinggi, tangap terhadap aneka macam kondisi dan situasi yang dihadapinya, dan mempunyai kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih siswa yaitu mengupayakan semoga siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data, menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.
6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai yaitu cara mengajarkan IPA dengan memakai pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara atau daerah.
Pada final instuksional siswa dibutuhkan sanggup memahami dan menerapkan prilaku wacana nilai yang menyangkut keselarasan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau kesempurnaan yang dicita-cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik dan jelek bagi kehidupan dan alam: keuntungan/ manfaat dan kerugian bagi manusia, lingkungan dan alam semesta: negatif dan positif bagi insan secara jasmani dan rohani serta sosial dan piritual: dan sebagainya.
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA dan klarifikasi wacana proses IPA serta prilaku yang dibutuhkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara eksklusif wacana proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
7. pendekatan inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian balasan melalui serankaian acara intelektual. Secara umum acara yang dilakukan yaitu merencanakan, mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998).
Dengan demikian, disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis rasional panggilan sehingga mendapatkan suatu inovasi atau, dengan eksperimen . pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemammpuan berpikir sikap dan keterampilan proses. Siswa perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau cara gres dalam menghadapi permasalahan yang harus dipecahkan.
Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran sanggup dikategorikan menggunkan pendekatan inkuiri apabila sisiwa perlu menggali lebih dalam wacana informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman gres dan pemecahan persoalan dimaksudkan untuk mencari balasan atau generelisai yang original bagi siswa.
Alasan memakai pendekatan inkuiri yaitu membangkitkan rasa ingin tahu sisiwa, melibatkan siswa dalam acara yang memerlukaan keterrampilan kognitif tingkat tinggi, memperlihatkan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siwa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melaksanakan acara IPA.
Tidak semua guru yang memakai pendekatan inkuiri tersebut sanggup berhasil baik dalam melaksanakan pembelajaran, oleh lantaran itu pendekatan ini tidak benar-benar diterima secara umu namun sebetulnya ketidaksuksesan sanggup dihindari apabila memperhatikan hal berikut : (1) guru harus benar-benar memahami materi, (2) guru sanggup mendapatkan kiprah guru dari pemimpin tidak eksklusif dan terintergrasi,(3) guru harus menguasai keterampilan gres dan sukar ( guru harus mencar ilmu membuat pertanyaan yang abik dan secara selektif memberi penguatan terhadap balasan siswa), (4) guru harus memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu harus bebrbuat apa terhadap lingkungan inkuiri gres dan asing.
Selanjutnya disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan inkuri,yaitu, rasional discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri kategori rasional , guru mengarahkan siswa untuk membuat suatun generasirasi dengan memakai rasional. Pada umumnya guru bertanya dan member penguatan terhadap jawban yang diberikan siswa hingga suatu generasisasi yang dinginkan tercapai.
Terkait dengan materi yang yang meliputi pada bukun teks sesudah siswa sanggup memecahkan permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep, konten IPA diajarkan kepada siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks dan member kiprah bacaan-bacaan terkait. Prosedur tersebut menyajikan pembelajaran yang menyangkut proses dan konten dengan memakai satu buku teks.
8. Pendekatan keterampilan proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose yaitu cara mengajrkan IPA dengan mengarjakan mengembangkan keterampilan prose yang biasa dipakai pada ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Keterampilan proses yang umum diajarkan yaitu mengorvasi, memberikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melaksanakan percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan proses dibahsa pada model tersendiri.
9. Pendekatan sejarah
Pendekatan sejarah yaitu cara mengarjakan IPA dengan menyajikan aneka macam inovasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan wacana perkembangan temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang umum dipakai untuk pendekatan ini yaitu dengan membaca buku teks atau menjelaskan.
Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-temuan IPA bukan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tersebut, namun tidak banyak-banyak melibatkan siswa dengan bagaiman prose konkret yang dilaluinya.
Sumber http://www.rijal09.com
EmoticonEmoticon