Sunday, November 5, 2017

√ Memahami Unsur-Unsur Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan, siapa yang tidak suka dengan kata tersebut. Setiap insan niscaya menginginkan hidupnya senang di dunia dan di akhirat. Namun apakah semua insan memahami makna dari kebahagiaan itu sendiri?. Nabi Muhammad SAW bersabda "orang yang sanggup tidur nyenyak d peraduannya, badannya sehat, punya masakan untuk hari itu, seakan-akan dia telah mendapat dunia dan segala kenikmatannya". (HR. Tirmidzi).

Sabda diatas itu bermakna jikalau kebutuhan makan, daerah tinggal dan keamanan telah tercukupi maka anda telah mendapat kebahagiaan sempurna. Tapi kebanyakan orang tidak menyadari, ditinya tidak pernah mersakan kebahagiaan dan kebaikan itu. Manusia sibuk menilai dan membandingkan dirinya dengan orang lain. Mengapa aku belum punya mobil, mengapa orang lain sanggup mampu honor puluhan juta, mengapa orang lain sanggup liburan ke luar negeri dan lainnya?. Ini ialah hal yang melampaui batas kebahagiaan.

Lebih terperinci lagi, Allah SWT berfirman "Dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu," (Qs. Al Maidah: 3). Mungkin kita bertanya, nikmat apa yang telah disempurnakan Allah dan Rasulnya?. Apakah nikmat itu materi, nikmat sandang pangan berlebih, harta, istana, emas atau apa?. Tentu saja bukan nikmat itu semua. Sebab Rasul sendiri tidak pernah mempunyai itu semua.

Rasul tinggal di rumah sangat sederhana, terbuat dari tanah liata, berlantai tanah dan beratap pelepah kurma. Nabi SAW juga pernah mengikat perut dengan kerikil untuk menahan lapar. Tak hanya itu, ia juga pernah tidur beralas pelepah kurma sampai meninggalkan bekas di pipi. Nabi juga pernah menggadaikan baju perangnya kepada orang Yahudi untuk mendapkan 30 'sha gandum. Nabi SAW juga pernah berkeliling selama 3 hari mencari makan untuk sekedar mendapat kurma kering.

Lalu hari ini kita bagaimana?. Kebahagiaan selalu dilihat dari bahan padahal alam abadi ialah daerah kita kembali dan dunia ini akan kita tinggalnya dengan sekejap. "Maka hari selesai itu lebih baik bagimu dari pemulaan. Dan kelas Tuhan-mu niscaya menunjukkan karunia-Nya kepadamu kemudian (hati) kau menjadi puas". (QS. Dhuha 4-5).

Jadi kebahagiaan itu intinya bersumber dari hati dan pikiran. Banyak sekali insan yang punya harta namun ternyata ia punya sakit kronis dan tidak sanggup apa-apa. Uang tidak sanggup lagi mengobati penyakitnya. Namun ada orang yang tidak punya bahan namun ia tetap sehat, sanggup beraktifitas, beribadah dan lainnya. Inilah sejatinya kebahagiaan, yaitu sanggup beribadah kepada Allah dan sesama manusia. Janganlah kita terlena dengan kehidupan dunia alasannya ialah kehidupan ini ialah fana dan tipuan belaka. Mari kita ciptakan kebahagiaan mulai dari hati, pikiran dan jiwa supaya hidup kita tenang dan selalu dilindungi Allah SWT.

Sumber http://www.gurugeografi.id


EmoticonEmoticon