Karakteristik Peserta Didik - Tugas utama guru dalam pembelajaran yakni mengantarkan penerima didik pada prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya. Oleh sebab penerima didik yang menjadi subjek yang akan difasilitasinya, maka hal pertama yang perlu dipahami yakni bagaimanakah karakteristik penerima didik yang diasuhnya tersebut. Dalam permendiknas nomor 16 tahun 2007 wacana kompetensi guru, kemampuan mengenal karakteristik penerima didik dalam banyak sekali aspek menjadi kompetesni pertama yang harus dikuasai guru. Dengan kompetensi lainnya yaitu pengembangan potensi penerima didik dlam banyak sekali aspek melalui pembelajaran ibarat yang dijelaskan dalam kompetensi keenam.
info mengenai karakteristik penerima didik dalam banyak sekali aspek menjadi satu pola dalam memilih kedalam dan keluasan materi sehingga sesuai dengan perkembangan penerima didik. Berdasarkan pemahaman tersebut pula guru bisa mengeksplorasi banyak sekali upaya, baik dalam bentuk media, materi ajar, dan metode pembelajaran untuk memfasilitasi penerima didik sehingga hal tersebut sesuai dengan perkembangan karakteristik penerima didik termasuk gaya belajarnya.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan penerima didik untuk mencapai tujuan pendidikan dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi pendidikan berfungsi untuk mengembangakn seluruh potensi kecakapan dan karakteristik penerima didik diantaranya, yaitu karakteristik fisik motorik, intelektual, sosial, emosional, budbahasa dan spiritual.
Interaksi antara pendidik dan penerima didik erupakan relasi timbal balik dan saling mempengaruhi. Agar para pendidik sanggup berinteraksi dengan baik dengan penerima didik, maka pendidik perlu mempunyai pemahaman siapa yang menjadi penerima didiknya. Pemahaman yang memadai terhadap potensi, kecakapan, dan karakteristik penerima didik akan berkontribusi dalam bentuk perlakuan, tindakan-tindakan yang bijaksana, sempurna sesuai kondisi dan situasi.
1. Pengertian Individu
Dalam konteks pendidikan penerima didik harus dipandang sebagai pribadi yang utuh, yaitu sebagai satu kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai satu kesatuan jasmani dan rohani, serta sebagai mahluk Tuhan. Dengan melihat sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut pada hakekatnya setiap insan tidak sanggup dibagi, tidak sanggup dipisahkan dan bersifat unik (Sunarto, 2002:2).
2. Keragaman Karakteristik Individu
Usia anak SD berada dalam selesai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia enam hingga 12 tahun (Yusuf, 2014:23). Individu yang melaksanakan acara berguru yakni penerima didik, oleh sebab itu dalam proses dan acara berguru tidak sanggup melepaskan penerima didik dari karakteristik, kemampuan dan sikap individualnya. Keragaman karakteristik sanggup dilihat secara fisik, kepribadian dan sikap ibarat berbicara, bertindak, mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dsb. Dari banyak sekali keragaman karakteristik penerima didik yang paling penting dipahami oleh guru yakni keragaman dalam kecakapan (ability) dan kepribadian (Makmun, 2009:53).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Keragaman Individual
Karakteristik atau ciri-ciri individual yakni keseluruhan sikap dan kemampuan individu sebagai hasil pembawaan dan lingkungan. Pembawaan yang bersifat alamiah (nature) yakni karakteristik individu yang dibawa semenjak lahir (diwariskan dari keturunan),sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan) yakni faktor-faktor lingkungan yang mensugesti individu semenjak dari masa pembuahan hingga selanjutnya. Nature dan nurture ini merupakan faktor yang mensugesti keragaman individual. (Desmita, 2014:56).
4. Makna Perkembangan Individu
Pertumbuhan dan perkembangan yakni dua istilah yang berbeda tetapi tidak bangun sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan alamiah secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Menurut Libert, Paulus, dan Strauss (Sunarto, 2002: 39) bahwa perkembangan yakni proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksinya dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih mencerminkan perubahan psikologis. Kematangan yakni perubahan yang terjadi pada masa-masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan dan merupakan kesiapan awal dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya (Makmun, 2009: 79).
Belajar atau pendidikan dan latihan yakni perubahan sikap sebagai hasil perjuangan yang disengaja oleh individu, sedangkan kematangan dan pertumbuhan yakni perubahan yang berlangsung secara alamiah. Pada batas-batas tertentu perkembangan sanggup dipercepat melalui proses belajar.
5. Tahapan Perkembangan
Para andal psikologi sependapat bahwa terdapat urutan yang teratur dalam perkembangan yang tergantung pada pematangan organisme sewaktu berinteraksi dengan lingkungan. Banyak pendapat andal mengenai tahapan perkembangan, namun berkaitan dengan pembelajaran (pendidikan) berdasarkan Yusuf (2014 : 23) dipakai pentahapan yang bersifat eklektik.
Pemahaman tahapan perkembangan yang sanggup dipakai oleh pendidik meliputi: (1) apa yang harus diberikan kepada penerima didik pada masa perkembangan tertentu? (2) Bagaimana caranya mengajar atau menyajikan pengalaman berguru kepada penerima didik pada masa-masa tertentu?. Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Umur 6 – 7 tahun umumnya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa ini secara relatif belum dewasa lebih gampang dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa keserasian bersekolah dibagi menjadi dua fase, yaitu ibarat berikut ini.
1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6/7 tahun hingga 9/10 tahun. Menurut Yusuf (2014:24) beberapa sifat belum dewasa masa ini yakni sebagai berikut ini.
- Ada relasi positif yang tinggi antara kondisi jasmani dengan prestasi, contohnya bila jasmaninya sehat maka banyak mendapatkan prestasi.
- Sikap mematuhikepada peraturan-peraturan permainan tradisional
- Terdapat kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri)
- Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain
- Apabila tidak sanggup menuntaskan suatu soal, maka anak akan mengabaikannya sebab soal itu dianggap tidak penting.
- Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0 tahun) anak menginkan nilai (nilai rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak.
- a) Memiliki minat terhadap kehidupan simpel sehari-hari yang konkret.
- b) Sangat realistik, ingin mengetahui, dan ingin belajar
- c) Menjelang selesai masa ini sudah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, berdasarkan para andal aliran teori faktor hal ini ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor atau bakatbakat khusus.
- d) Sampai sekitar umur 11,0 tahun anak memerlukan guru atau orang-orang sampaumur lainnya untuk menuntaskan kiprah dan memenuhi keinginannya. Setelah ini berakhir, umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya
- e) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang sempurna mengenai prestasi berguru di sekolah.
- f) Anak-anak pada umur ini bahagia membentuk kelompok sebaya umumnya supaya sanggup bermain bersama-sama. Umumnya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional yang sudah ada, mereka menciptakan peraturan sendiri.
- a) Diarahkan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak poeral ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya yakni si kuat, si jujur, si juara, dan sebagainya.
- b) Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya;misalnya, mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Anak-anak masa ini membutuhkan kelompok-kelompok sebaya. Dorongan bersaing pada mereka besar sekali, sebab itu masa ini sering diberi ciri sebagai masa kompetisi sosial.
Demikian info wacana karakteristik dan pengembangan penerima didik di sekolah dasar. Untuk info lebih lanjut wacana kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian beserta cabang-cabangnya disertai uraian dan pembahasan yang lengkap silakan kunjungi blog dasarguru.com. KLIK DI SINI
Sumber http://www.sanjayaops.com
EmoticonEmoticon