SUARAPGRI - Muncul desakan dari honorer K2 (kategori dua) semoga Unifah Rosyidi mundur dari jabatannya sebagai ketum PB PGRI (Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia).
Unifah Rosyidi terlihat santai menanggapi desakan tersebut. Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu bertekad akan tetap memperjuangkan nasib guru honorer.
"Didemo sekalipun saya akan terima mereka. Saya tidak akan ngumpet, Gedung PGRI ini terbuka untuk honorer," tutur Unifah kepada JPNN, Rabu (24/10).
Unifah ingin mindset guru honorer K2 dan non kategori diubah. Memperjuangkan nasib tidak harus dengan agresi demo dan mogok mengajar. Itu sebabnya, beliau menolak keras agresi tersebut.
Dalam Twitter ke-18 di akun @unifahr dan @pbpgri_official pada 23 Oktober, Unifah Rosyidi menuliskan alasan lainnya sampai beliau menolak demo dan mogok ngajar. Itu semata-mata demi honorer. Dalam perjanjian kerja disebutkan harus bekerja terus menerus tanpa terputus.
Pasal ini sanggup dijadikan alasan jikalau mogok sekian hari dianggap meninggalkan kiprah dan diganti orang lain. “Apa gak nyesek? Pikir ialah pelita hati," pungkasnya.
Dia juga kembali menuliskan, masih ada sejumlah pertimbangan yang semata-mata demi memartabatkan honorer.
"Juga demi kebaikan penerima didik yang tidak sempat saya tulis lantaran waktu telah dini hari dan mengantuk," sambungnya kepada JPNN.
Unifah juga kembali melanjutkan, apapun tantangannya, tidak akan mengubah komitmennya membela guru honorer. Baginya separuh hidupnya didedikasikan untuk seluruh guru baik PNS maupun honorer.
"Jangan kan cuman jabatan, jiwa saya pun dipertaruhkan demi sebuah impian memartabatkan guru, memajukan bangsa dan negaraku. Selama saya setia pada impian yang saya yakini kebenarannya dalam usaha PGRI, InsyaAllah saya akan terus berjuang. Adios," tutup Unifah di akun Twitter-nya pada poin ke-20.
(sumber: jpnn.com)
Sumber http://egoswot.blogspot.comUnifah Rosyidi terlihat santai menanggapi desakan tersebut. Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu bertekad akan tetap memperjuangkan nasib guru honorer.
"Didemo sekalipun saya akan terima mereka. Saya tidak akan ngumpet, Gedung PGRI ini terbuka untuk honorer," tutur Unifah kepada JPNN, Rabu (24/10).
Unifah ingin mindset guru honorer K2 dan non kategori diubah. Memperjuangkan nasib tidak harus dengan agresi demo dan mogok mengajar. Itu sebabnya, beliau menolak keras agresi tersebut.
Dalam Twitter ke-18 di akun @unifahr dan @pbpgri_official pada 23 Oktober, Unifah Rosyidi menuliskan alasan lainnya sampai beliau menolak demo dan mogok ngajar. Itu semata-mata demi honorer. Dalam perjanjian kerja disebutkan harus bekerja terus menerus tanpa terputus.
Pasal ini sanggup dijadikan alasan jikalau mogok sekian hari dianggap meninggalkan kiprah dan diganti orang lain. “Apa gak nyesek? Pikir ialah pelita hati," pungkasnya.
Dia juga kembali menuliskan, masih ada sejumlah pertimbangan yang semata-mata demi memartabatkan honorer.
"Juga demi kebaikan penerima didik yang tidak sempat saya tulis lantaran waktu telah dini hari dan mengantuk," sambungnya kepada JPNN.
Unifah juga kembali melanjutkan, apapun tantangannya, tidak akan mengubah komitmennya membela guru honorer. Baginya separuh hidupnya didedikasikan untuk seluruh guru baik PNS maupun honorer.
"Jangan kan cuman jabatan, jiwa saya pun dipertaruhkan demi sebuah impian memartabatkan guru, memajukan bangsa dan negaraku. Selama saya setia pada impian yang saya yakini kebenarannya dalam usaha PGRI, InsyaAllah saya akan terus berjuang. Adios," tutup Unifah di akun Twitter-nya pada poin ke-20.
(sumber: jpnn.com)
EmoticonEmoticon