Tuesday, June 26, 2018

√ 10 Model Pembelajaran Ipa Di Sd

10 Model Pembelajaran IPA Di SD_ Model pembelajaran yakni suatu pola berguru yang diterapkan oleh guru mulai dari awal pembelajaran hingga simpulan pembelajaran. penerapan model pembelajaran di SD agar pola atau struktur pembelajaran lebih terarah dan tak melenceng dari tujuan pembelajaran. ada begitu banyak model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam mendidik dan mengajar siswanya termasuk siswa sekolah dasar (SD).

Model pembelajaran di SD ada begitu banyak namun tidak semua model pembelajaran cocok atau sempurna diterapakan pada setiap mata pelajaran alasannya yakni ada model pembelajaran yang memang hanya cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran tertantu. sehingga guru dalam menentukan model pembelajaran tertentu harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan diajarkan.
Salah satu mata pelajaran yang mempunyai banyak model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada dikala pembelajaran berlangsung yakni mata pelajaran IPA. mata pelajaran IPA lebih mengarah kepada kondisi kehidupan sehari-hari siswa atau kondisi lingkungan sekitar siswa sehingga dalam menentukan model pembelajaran IPA di SD harus yang lebih menonjolkan aspek realistik bukan bersifat abstrak.

Model pembelajaran IPA di SD juga mempunyai aneka macam pendekatan dalam memberikan tujuan pembelajaran sehingga guru dituntut untuk bisa lebih selektif dalam menentukan model pembelajaran IPA yang sesuai dengan tema pelajaran yang akan diajarkan, alasannya yakni selain akan lebih relevan juga akan lebih berpotensi dalam tercapainya tujuan pembelajaran IPA di SD.

Jadi model pembelajaran apa saja yang cocok untuk mata pelajaran IPA di SD secara umum? berikut ulasan singkat 10 Model-model Pembelajaran IPA Di SD

10 Model Pembelajaran IPA Di SD

1. Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
Pengertian Model Pembelajaran  Somatic Auditory Visula Intelectual (SAVI) berdasarkan Dewiyani (2012) sanggup diuraikan sebagai berikut : 1) Somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan berguru maka sanggup diartikan berguru dengan indera peraba, kinestetik, simpel melibatkan fisik dan memakai serta mengerakkan badan ketika berguru atau bergerak dan berbuat. Menurut Dave Meier pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. langkah-langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visual  Intelectual (SAVI) memiliki empat tahap yaitu : 1) Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan yakni menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman berguru yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. 2) Kedua, penyampaian Tujuan tahapan ini yakni membentuk pembelajar menentukan materi berguru yang gres dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok semua gaya belajar. 3) Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini yakni membantu pembelajar mengintagrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketempilan gres dengan aneka macam cara. 4) Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membentuk pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan gres mereka pada pekerjaan, sehingga hasil berguru akan menempel dan terus meningkat. 

2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual yakni konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia faktual siswa. Dan juga mendorong siswa membuat kekerabatan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran Kontekstual yakni konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia faktual siswa. Dan juga mendorong siswa membuat kekerabatan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Landasan filosofi CTL adalah :
a. konstruktivisme artinya filosofi belajar yang menekankan bahwa berguru tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh.

b. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20 yaitu filosofi belajar yang menekankan kepada pengembangan minat dan pengalaman siswa

3. Model Pembelajaran Kolaboratif
Ciri-ciri dari Model Pembelajaran Kolaboratif  yaitu adanya kerja sama dua orang atau lebihmemecahkan masalah bersama, sertamencapai tujuan tertentu
Bentuk-Bentuk Belajar Collaborative
a. Student Teams Achievement Divisions (Stad):
- Sajian Guru
- Diskusi Kelompok siswa
- Tes/Kuis/Silang tanya antar kelompok
- Penguatan Guru

b. Student Teams Achievement Devision (STAD)
Mencakup lima langkah pokok:
-  Presentasi guru,perhatian cermat siswa, membantu quis
-  Tim (kelompok):
a. Fungsi utama :membantu anggota mengerjakan quis dengan baik
b. Anggota mengerjakan SST yang terbaik untuk tim
-  Presentasi Guru satu atau dua pereode
-  Satu atau dua periode praktek kelompok,ada quis individual
-  Siswa tidak diijinkan saling bantu

4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif yakni pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi berguru untuk mencapai tujuan belajar. Konsep Pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga tercipta masyarakat berguru sehingga memungkinkan siswa untuk tidak hanya berguru dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Teknik Pembelajaran Kooperatif
a. Metode STAD (Student Teams Achievement Division) 
untuk mengajarkan    kepada siswa baik ekspresi maupun tertulis.
Berikut adalah langkah-langkah metode STAD :
1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
2. Tiap anggota memakai lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai materi didik melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
3. Tiap ahad atau 2 ahad guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.

b. Metode Jigsaw, yaitu dengan kelompok ahli
Metode ini dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah- langkah dari metode ini yakni sebagai berikut:
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.
2. Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
3. Setiap kelompok mempunyai kiprah dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.
4. Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota gres mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai materi yang pernah di pelajari.
6. Pemberian skor diberikan / dilakukan menyerupai dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

c. Metode TGT ( Teams Games Tournament)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yakni salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang gampang diterapkan, melibatkan acara seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan kiprah siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas berguru dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa sanggup berguru lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1.Pembelajaran terpusat pada siswa
2. Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3. Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk sanggup menuntaskan persoalan)
4. Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5. Dalam kompetisi diterapkan system point
6. Dalam kompetisi diadaptasi dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8. Dalam proteksi bimbingan guru mengacu pada jurnal
9. Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

5. Model Pembelajaran Quantum Teaching
Proses pembelajaran quantum teaching pada dasarnya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan.
Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum
a. Berpangkal pada psikologi kognitif
b. Bersifat Humanistis bukan positivistis-empiris
c. Siswa sebagai pebelajar menjadi sentra perhatian.
d. Lebih bersifat pada konstruktivistis
e. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
f.  Sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
g. Sangat menekankan kealamiyahan dan kewajaran proses pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik yakni pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi guna mencapai kompetensi tertentu. Tema yakni suatu bidang yang luas, yang menjadi fokus pembahasan dalam pembelajaran. Topik yakni kepingan dari tema / sub tema. Keunggulan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran lebih gampang memahami apa & mengapa mereka belajar
b. Hubungan antara konten & proses lebih jelas
c. Mempercepat transfer konsep lintas bidang studi
d. Belajar secara mendalam dan meluas
e. Penggunaan waktu efektif
f. Mengembangkan perilaku positif

7. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model Pembelajaran Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran dimana seseorang aktif membangun pengetahuannya sendiri
Landasan Teori :
a. Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar
b. Hasil berguru sanggup ditampilkan dengan aneka macam cara.
Langkah-langkah dari model pembelajaran ini adalah:
a. Orientasi, Penggalian Idea,
b. Restrukturisasi Idea,
c. Aplikasi Idea,
d. Reviu,
e. Membandingkan

8. Model pembelajaran berbasis pengalaman (Experiential Learning)
Model Experiential Learning adalah suatu model proses berguru mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar menyebarkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil berguru itu sendiri. Tujuan dari model ini yakni untuk mensugesti siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif siswa, 2) mengubah perilaku siswa, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berafiliasi dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, alasannya yakni apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.

Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu; 1) tahapan pengalaman nyata, 2) tahap observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4) tahap implementasi. Keempat tahap tersebut oleh David Kolb (1984).

9. Model pembelajaran siklus berguru (Learning Cycle)
Siklus berguru ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka memperbaiki kurikulum sains SCIS  ( Science Curriculum Improvement Study) dengan tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery, namun kemudian dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration phase, concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian dikembangkan lagi dan remaja ini lebih dikenal dengan model siklus berguru sains 4-E ( 4-E science learning cycle ), dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase, expansion phase, evaluation phase (Carin 1993:87)

Fase atau Langkah-Langkah Siklus BelajarFase-fase siklus berguru sains  (the science learning cycle)  dengan klarifikasi fase-fasenya  sebagai berikut :

Fase  I. Exploration (penyelidikan)

Pada fase ini para siswa berguru melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan, gagasan-gagasan mereka dan hubungan-hubungan dengan materi gres diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal semoga memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya, menyebarkan minat, menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara cermat sehingga target berguru itu memakai konsep dan gagasan yang mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman para siswa terhadap target pelajaran. Menurut Bybee bahwa, kiprah guru disini dihentikan memberitahukan atau pertanda konsep.

Fase  II. Explanation (Pengenalan)

Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk menyebarkan mental. Tujuan dari fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep sederhana, terang dan pribadi yang berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan aneka macam seni administrasi para siswa disini harus terfokus pada pokok inovasi konsep-konsep yang fundamental secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru sebagai fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara sederhana, terang dan langsung.

Fase  III.Expansion (Perluasan)

Pada fase ini para siswa  menyebarkan konsep-konsep yang gres dipelajari untuk diterapkan pada contoh-contoh lain, digunakan sebagai ilustrasi konsep pada dasarnya sanggup membantu para siswa mengembangkan  gagasan-gagasan mereka dalam kehidupannya.

Fase  IV. Evaluation (Evaluasi)

Pada fase ini ingin mengetahui klarifikasi para siswa terhadap siklus pembelajaran ini. Evaluasi sanggup berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk menggiring pemahaman konsep juga perkembangan keterampilan proses. Evaluasi bukan hanya pada simpulan bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas menurut  Carin dan Martin tujuan paedagoginya yakni sama. 

10. Model pembelajaran mind mapping
Mind mapping atau peta pikiran yakni suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang sanggup digunakan pada situasi, kondisi tertentu, menyerupai dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.(Svantesson, 2004 : 1).
Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapp
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau memakai metode mind mapping adalah :
>Kertas kosong tak bergaris.
>Pena atau spidol berwarna-warni.
>Otak dan imajinasi.
> Buku sumber sebagai salah satu sumber bagi siswa.

Demikianlah 10 Model Pembelajaran IPA Di SD

Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon