Cara Analisis Butir Soal_ Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal sanggup diperoleh gosip wacana kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Baca juga:
Tiga problem yang berafiliasi dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan rujukan tanggapan soal atau pengecoh (Arikunto, 2010). namun terkadang sebagian guru belum memahami kariteria derma skor kepada soal-soal yang berdasarkan kategori kesukaran, daya pembeda dan rujukan tanggapan soal, kesannya soal mudah, sedang dan sulit diberi standar skor yang sama.
Oleh karena itu memahami cara anilisis butir soal menjadi hal yang mesti dikuasai oleh setiap guru supaya derma soal dan skor tidak terkesang asal-asalan. jadi bagaimana cara analisis butis soal berdasarkan engkategoriannya? berikut ulasan cara analisis butir soal.
3 Cara Analisis Butir Soal
3 Cara Analisis Butir Soal
1. Berdasarkan Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulty level) suatu butir soal didefinisikan sebagai proporsi atau persentase subjek yang menjawab butir tes tertentu dengan benar. Sedangkan angka yang memperlihatkan sukar atau mudahnya suatu butir soal dinamakan indeks kesukaran yang dilambangkan dengan p, nilai p ini terletak antara 0 dan 1. Berbicara wacana karakteristik butir soal berdasarkan teori klasik, maka yang perlu kita pahami dan perhatikan yaitu adanya butir soal dan penerima tes (testee). Bisa saja terjadi bahwa suatu butir tes dianggap gampang oleh kelompok siswa kelas A misalnya, tetapi pada kelompok siswa kelas B butir tes tersebut dianggap sulit. Jadi, berdasarkan teori ini, analisis tingkat kesukaran soal tidak lepas dari butir soal dan testee. Biasanya, testee sanggup digolongkan menjadi beberapa kelompok, misalnya, kelompok testee yang mempunyai skor tinggi, skor sedang, dan skor rendah (jika kita bermaksud membagi mereka dalam tiga kelompok). Tetapi kalau kita bermaksud menbagi mereka dalam dua kelompok, maka ada kelompok testee yang mempunyai skor tinggi dan mempunyai skor rendah. Begitu juga dengan butir soal, ada butir soal yang sanggup dijawab oleh semua testee, ada juga butir soal yang dijawab oleh sebagian, dan ada yang tidak sanggup dijawab oleh semua testee (Mansyur, dkk., 2009). Lebih lanjut berdasarkan Sukiman (2012) kriteria yang dipakai untuk menentukan jenis tingkat kesukaran soal ialah sebagai berikut: Tabel 2.2 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Indeks Tingkat kesukaran | Kategori |
0,00 – 0,30 | Soal tergolong sukar |
0,31 – 0,70 | Soal tergolong sedang |
0,71 – 1,00 | Soal tergolong mudah |
Sumber: Sukiman, 2012
2. Berdasarkan Daya Pembeda
Daya pembeda soal ialah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang terbelakang (berkemampuan rendah). Menurut Sukiman (2012) memperlihatkan kriteria daya beda soal sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Indeks Daya Beda Soal
Indeks Daya Beda | Kategori |
Tanda negatif | Tidak ada daya beda |
< 0,20 | Daya beda lemah |
0,20 – 0,39 | Daya beda cukup |
0,40 – 0,69 | Daya beda baik |
0,70 – 1,00 | Daya beda baik sekali |
Sumber: Sukiman, 2012
3. Berdasarkan Pola Jawaban Soal (Distractor / Pengecoh)
Dari rujukan tanggapan soal sanggup ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) sanggup dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Sesuatu distraktor sanggup diperlakukan dengan 3 cara, yaitu: (1) diterima, alasannya ialah sudah baik, (2) ditolak alasannya ialah tidak baik, (3) ditulis kembali, alasannya ialah kurang baik. Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal ialah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih sanggup diperbaiki, sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang (Arikunto, 2010). Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada siswa yang terkecoh menentukan (Purwanto, 2013).
Dari rujukan tanggapan soal sanggup ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) sanggup dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Sesuatu distraktor sanggup diperlakukan dengan 3 cara, yaitu: (1) diterima, alasannya ialah sudah baik, (2) ditolak alasannya ialah tidak baik, (3) ditulis kembali, alasannya ialah kurang baik. Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal ialah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih sanggup diperbaiki, sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang (Arikunto, 2010). Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada siswa yang terkecoh menentukan (Purwanto, 2013).
Demikianlah artikel tentang 3 Cara Analisis Butir Soal yang bisa ibu atau bapak guru coba praktikan supaya kualitas soal yang dibentuk bisa maksimal dan bisa mengukur kemampuan siswa dengan tepat .
Sumber http://www.rijal09.com
EmoticonEmoticon