Monday, July 2, 2018

√ Administrasi Kekalahan: Mengasihi Kemenangan, Membenci Kekalahan?

Manajemen Kekalahan: Mencintai kemenangan, membenci kekalahan?
Rupanya, sudah semenjak usang umat insan ini hidup dengan perilaku "mencintai kemenangan, membenci kekalahan". Banyak andal yang menulis banyak sekali hal wacana bagaimana meraih kemenangan, tetapi sangat sedikit yang membahas wacana bagaimana menghadapi kekalahan. Akibatnya dalam kehidupan ini banyak orang yang siap menang, tidak siap.kalah. Ini cukup gila berdasarkan saya, alasannya faktanya dalam hidup ini lebih banyak masalah kekalahan dibanding kemenangan.


Sekolah sebagai kawasan menempa masa depan, rupanya juga cenderung menganut faham ini. Melalui agenda serba juara, sekolah ikut memperkuat keyakinan bahwa menang itu anugerah, kalah itu musibah, juara kelas itu terpuji, tidak juara itu tercela, berprestasi itu membanggakan, tidak berprestasi itu memalukan. Di dunia kerja juga serupa. Tidak ada kawasan kerja yang bolos dari acara sikut-sikutan, lebih-lebih di bidang politik. Semuanya mau menang, naik pangkat, main libas, jikalau perlu semua pekerjaan ingin ia yang kerjakan, sambil meyakinkan ke orang lain 'kalau bukan saya yang kerjakan, bakalan jeblok hasilnya'. Tidak ada yang mau kalah, semua ingin jadi pemenang, semua ingin jadi penguasa. Dan jujur, inilah wajah Indonesia dikala ini. 

Sesungguhnya tidak ada yang melarang insan mengejar kemenangan. Kemenangan menyerupai padi bagi petani, mirip ikan buat nelayan. Kemenangan ialah pembangkit energi yang menciptakan kehidupan berputar. Kemenangan ialah pemberi semangat semoga insan tidak kelelahan.Tapi jangan lupa, ada saatnya kita juga harus siap mendapatkan kekalahan. Sehingga bila tiba putaran waktunya untuk kalah, kita tidak limbung, putus asa, menyalahkan lingkungan, menghujat aturan, menyerang pemenang, kalap. Banyak yang siap menang, tetapi sedikit yang siap kalah.

Mereka yang bijak akan berguru melatih diri untuk tersenyum di depan kemenangan sekaligus kekalahan. Berjuang, berusaha, bekerja, berdoa tetap dilakukan. Namun bila hadiahnya kekalahan, senyuman tetap menghiasi perjalanan. 

Meraih medali kemenangan itu indah dan terhormat.Tapi tersenyum di depan kekalahan, itu hebat, hanya sanggup dilakukan oleh orang yang bijak melihat kekalahan lebih memuliakan perjalanan hidup dibanding kemenangan. Karena bagi mereka, dikala mengalami kekalahan, insan sedang dilatih, diuji dan dilembutkan hatinya.

Kesabaran, rendah hati, ketulusan, keikhlasan ialah nilai-nilai yang sedang dihadiahkan oleh kekalahan, persis di dikala pemenang sedang berpesta merayakan kemenangan. Mereka yang bijak akan menyampaikan kalah itu juga indah. Toh semuanya hanya tiba dan pergi, kemenangan, kekalahan, keberuntungan, kesialan.

Dalam setiap konstruksi makna terjadi interaksi dinamis antara kenyataan apa adanya dengan kebiasaan seseorang mengerti dan memahami. Mereka yang biasa memahami sesuatu dalam perspektif tidak puas, serba kurang dan menuntut selalu lebih, akan melihat kehidupan yang tidak menyenangkan di mana-mana. Sebaliknya, mereka yang berhasil melatih diri untuk selalu bersyukur, nrimo dan tulus akan lebih banyak melihat wajah indah kehidupan.
Membiarkan kemarahan dan ketidakpuasan mendikte pemahaman kita, hanya akan memperpanjang daftar panjang penderitaan yang sudah panjang. Bila pikiran sempit dan rumit (fanatisme sempit, picik, simpel menghakimi) maka kehidupan menjadi simpel marah, tersinggung dan sakit hati. Tapi bila pikiran luas dan bijak, maka kehidupan menjadi simpel bersyukur dan berterima kasih. 

Apa yang sering disebut menang-kalah, sukses-gagal dan bahkan hidup-mati, hanyalah wajah-wajah putaran waktu. Seperti ketika waktu menyampaikan sekitar jam enam pagi berarti waktunya matahari terbit, bila jam enam sore berarti waktunya matahari tenggelam. Memaksa semoga jam enam pagi matahari karam hanya akan menghadirkan kekecewaan mendalam. 

Kaya tentu saja berkah, namun sedikit ruang-ruang latihan di sana. Miskin memang dihindari banyak orang, namun kemiskinan menghadirkan daya paksa yang tinggi untuk senantiasa rendah hati. Menang memang membanggakan, namun godaan ego dan kecongkakannya besar sekali. Kalah memang tidak diinginkan nyaris semua orang, tetapi kekalahan ialah guru kesabaran.

Untuk kalian yang sedang dalam kekalahan, kalah bersaing, kalah berprestasi, kalah berkarir, siapkan hati untuk meyakini ini bukan kiamat, bukan simpulan segalanya. Yakinlah akan penyertaan Tuhan untuk mengantarkan kita hingga giliran jadi pemenang pada saatnya nanti. Atau Tuhan akan menggantikan kemenangan lain yang lebih baik. 

Jika perjuangan dan doa sudah dilakukan yang terbaik, kemudian apa yang merisaukanmu lagi?

Penulis: Bapak Agus susilohadi

Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon