Benarkah Program SM3T Merupakan Solusi Tepat Untuk Mengatasi Problematika Pendidikan Yang Ada Diberbagai Pelosok Negeri ?
SM3T merupakan salah satu kegiatan yang didirikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi problematika pendidikan yang ada di seluruh pelosok negeri dan sekaligus menjadi balasan atas realita yang mengatakan adanya ketimpangan yang cukup besar antara kodisi pendidikan yang ada di kota dengan kondisi pendidikan yang ada di pelosok negeri.
Program SM3T lahir sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap hak-hak para generasi-generasi penerus bangsa yang ada diberbagai pelosok negeri untuk memperoleh pendidikan yang layak. Perekrutan calon penerima SM3T juga terbilang ketat, banyak tahapan yang mesti dilalui calon penerima SM3T untuk bisa memenuhi kriteria yang ideal sebagai bakal kandidat penerima SM3T. Tahapan tersebut mulai dari tes kompetensi, tes wawancara serta training fisik. Serta kode bagaimana berbaur dan bersikap di kawasan yang akan menjadi lokasi 3T.
Dan muncullah pertanyaan apakah benar SM3T telah menjadi solusi yang kasatmata terhadap persoalan pendidikan yang ada di kawasan pelosok negeri ? Sejauh mana sumbangsi kegiatan SM3T terhadap pembangunan sumber daya insan indonesia melalui bidang pendidikan ?
Jika memandang SM3T sebagai suatu kegiatan maka bisa dikatakan kegiatan SM3T telah berhasil menjadi solusi yang kasatmata bagi pendidikan indonesia khususnya kawasan yang berada di pelsok negeri namun bila memandang SM3T secara parsial maka sudah bisa dipastikan kegiatan SM3T masih memerlukan penyerpunaan dalam hal manajemen.

Setiap kegiatan memang akan selalu dihadapkan pada tantangan yang akan menguji konsistensi kegiatan tersebut termasuk kegiatan SM3T. Kaprikornus permasalahan apa yang menjadi PR bagi para pemerintah dalam membenahi kegiatan SM3T kedepannya?
Sejatinya yang menjadi sumber permasalahan bukan pada Program SM3T nya melainkan masalahnya ada pada beberapa oknum penerima SM3T yang masih belum mempunyai kesepakatan dalam menjalankan tugasnya di kawasan 3T.
Beberapa gosip beredar menyebutkan bahwa sebagian oknum penerima SM3T belum menjalankan tugasnya sepenuhnya, ada yang hanya berada 6 bulan di kawasan 3T kemudian menentukan untuk meninggalkan lokasi dan bergabung diposko pusat/induk di kabupaten kota, ada yang justru ditempatkan di sekolah yang jumlah gurunya sudah cukup sehingga penerima SM3T tidak bisa maksimal dalam menjalankan tugasnya dan sebagian hanya mengajar beberapa hari saja dalam seminggu serta sekelumit permasalahan lainnya.
Realita tersebut menjadi PR besar bagi peyelenggara kegiatan SM3T, pemerintah diperlukan lebih jeli dalam mendeteksi daerah-daerah yang betul-betul membutuhkan sumbangsi dari kegiatan SM3T serta lebih selektif dalam menentukan calon penerima SM3T alasannya kita tidak ingin kegiatan yang menjadi salah satu kebanggan tidak bisa maksimal dalam menjawab tantangan pendidikan di indonesia.
Namun terlapas dari persoalan tersebut kegiatan SM3T dinilai telah berhasil menjadi lokomotif perubahan dan hadir memberi impian lebih bagi generasi penerus bangsa. Maju bersama mencerdaskan bangsa (MBMI).
Sumber http://www.rijal09.com
EmoticonEmoticon