Tuesday, July 3, 2018

√ Pentingnya Critical Thinking Dalam Pembelajaran Dan Kehidupan

Critical thinking atau berpikir kritis yakni istilah yang sering kita denfar dikala ini terutama di dunia pendidikan. Namun apakah semua orang belum memahami benar perihal arti dan cara memakai konsep tersebut. Postingan ini akan sedikit perihal apa itu critical thinking dan mengapa sebagian orang masih mengabaikan perihal konsep tersebut.

Berpikir kritis sanggup diartikan sebagai menciptakan sebuah evaluasi yang logis, beralasan dan  dipikirkan dengan baik. Ini merupakan cara berpikir dimana anda tidak hanya mendapatkan semua argumen dan kesimpulan yang dijelaskan kepada anda, namun anda mempunyai perilaku untuk menciptakan argumen dan kesimpulan yang berbeda.

Hal ini menciptakan impian untuk mencari bukti pendukung terhadap suatu argumen atau kesimpulan tertentu. Orang yang memakai critical thinking yakni orang yang menyampaikan hal-hal berikut: "Bagaimana kau tahu perihal itu?", "Apakah itu kesimpulan hasil dari pembuktian atau perasaan saja?" dan "Apakah ada alternatif kemungkinan kalau ada informasi baru?".

Secara umum, berpikir kritis terbagi menjadi tiga keterampilan berikut:
- Curiosity atau keingintahuan, merupakan impian untuk mempelajari lebih banyak informasi dan mencari bukti dan terbuka terhadap gagasan baru.
- Skepticism atau skeptis, merupakan perilaku tidak gampang mempercayai semua informasi yang tiba kepada anda. Sikap ini merupakan benteng budi budi biar ketika informasi diterima ia menciptakan pertanyaan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
- Humility atau kerendahan hati, merupakan kemampuan untuk mngakui bahwa pendapat dan gagasan anda salah dikala ditampilkan bukti gres yang menunjukan gagasan anda memang salah.

Menggunakan Critical Thinking
Banyak orang memutuskan untuk melaksanakan perubahan dalam kehidupan sehari-hari menurut anekdot atau kisah dari pengalaman orang. Contoh katakanlah bahwa bibi anda memberitahu bahwa beliau mengonsumsi tambahan vitamin C setiap hari. Selain itu beliau menyampaikan kepada anda bahwa pagi kemarin beliau terlambat bekerja dan lupa tidak membawa vitamin C, kemudian siangnya ia demam. 

Lantas bibi kini mengonsumsi vitamin C setiap hari alasannya yakni kalau tidak maka ia akan sakit. Banyak orang yang mendengar kisah ini mengambil kesimpulan bahwa "untuk menghindari sakit maka saya harus konsumsi vitamin C setiap hari"

Meskipun jenis logika tadi sangat umum namun itu jauh dari konsep berpikir kritis. Jika anda menyelidiki anekdot ini lebih hati-hati, anda harus mengerti mengapa?. Pertama, kita tidak tahu darimana ide vitamin C sanggup menghentikan penyakit?. Mengapa bibi memutuskan untuk mengonsumsi vitamin C daripada vitamin D atau vitaminnya?.

Terus, tidak pernah ada indikasi bahwa ada kaitan pribadi antara tidak mengonsumsi vitamin C dengan sakit flu. Mungkin ada banyak variabel lain yang terlibat yang tidak ada kaitannya dengan vitamin C.

Mungkin saja beliau sudah mulai menderita flu hari itu atau mungkin ia terpapar virus dikala ia naik bis atau lainnya. Semua kemungkinan bisa terjadi dan dari sekedar kisah saja kita tidak mendapatkan cukup informasi valid untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang jitu.

Katakanlah bahwa skeptisme ini mengilhami keingintahuan anda. Lagipula, tidak adil kalau mengabaikan banyak sekali gagasan baru. Hasil dari skeptisme tadi anda akan mencari artikel mengenai kaitan antara vitamin C dan pencegahan flu. Setelah membaca beberapa laporan kau menemukan bahwa vitamin C sebagai pencegah flu telah terbukti namun hasilnya tidak konsisten dan berbeda pada setiap orang. Kesimpulannya vitamin C dibutuhkan untuk menjaga fungsi badan secara keseluruhan namun tidak bertanggungjwab untuk mencegah orang terkena flu atau mengobati flu pada seseorang.
Critical thinking atau berpikir kritis yakni istilah yang sering kita denfar dikala ini ter √ Pentingnya Critical Thinking Dalam Pembelajaran dan Kehidupan
Pendidikan yakni proses berfikir
Dampak Rendahnya Critical Thinking
Saat ini di Indonesia, ribuan bahkan jutaan informasi gres bermunculnan di media umum setiap hari. Informasi tersebut tentu ada yang benar bahkan ada yang tidak. Namun alasannya yakni critical thinking sebagian orang masih rendah, maka mereka menelan bulat-bulan informasi tersebut kemudian men-share kepada orang lain, balasannya ini menjadi pesan berantai negatif terstruktur dan masif. 

Inilah yang merusak contoh pikir dan kehidupan masyarakat kita dikala ini. Isu SARA merebak di masyarakat dengan cepat. Seseorang seolah paham perihal sesuatu dikala mendapatkan satu informasi dari orang yang dianggap mahir padahal belum tentu kebenarannya. Inilah yang menjadi problema masyarakat kita dan harus diputus biar tidak merusak bangsa Indonesia. 

Sekolah sebagai forum pendidikan harus menawarkan kemampuan berpikir kritis dari mulai anak-anak. Sekarang bukan jamannya anak mendapatkan mentah-mentah informasi dari guru dan guru bukan selalu orang yang benar. Guru harus terbuka juga terhadap pertanyaan dan pemikiran siswa. Guru harus menawarkan pemahaman kepada siswa perihal pentingya critical thinking di masa globalisasi dikala ini. Jika zaman dahulu, sekolah tidak menawarkan pemahaman perihal critical thinking maka rantai tersebut harus diputus mulai dari sekarang. Semua guru dan forum pendidikan berkewajiban menciptakan siswa bisa berpikir kritis terhadap suatu masalah biar masa informasi dikala ini tidak menjadi senjata yang dengan gampang bisa menghancurkan sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Gambar: www.qaspire.com

Sumber http://www.gurugeografi.id


EmoticonEmoticon