Wednesday, September 19, 2018

√ Pengertian Dongeng Rakyat

PENGERTIAN CERITA RAKYAT
Cerita rakyat disebut juga Floklore (Cullinan dalam Mustakim,2009:51).Foklor berasal dari kata folk dan lore. Menurut Alan Dundes (dalam James Danandjaja, 1997:1) folk adalah sekelompok orang yang memilki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga sanggup dibedakan oleh kelompok-kelompok lainnya. Istilah lore merupakan Tradisi folk yang berarti sebagian kebudayan yang diwariskan secara bebuyutan secara verbal atau melalui contoh yang disertai gerak Isyarat atau alat bantu mengingat. Jika folk adalah mengingat ,lore adalah tradisinya. 

cerita rakyat ialah kebudayan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk goresan pena maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (James Danandjaja, 1997:2).

Berdasarkan definisi di atas, sanggup disimpulkan bahwa cerita rakyat merupakan sebagian dari kebudayaan rakyat yang disebarkan dan diwariskan secara bebuyutan dengan variasi yang berbeda-beda, baik verbal maupun tertulis dengan tujuan tertentu untuk menjadi suatu ciri khas kelompok masyarakat pendukungnya. 

A. Jenis-jenis Cerita rakyat
 
Menurut Mustakim(2008:52-56). Jenis dongeng rakyat dikelompokkan atas isi dongeng dan pada tokoh dongeng yang di tampilkan.Yang terbagi atas : 
1)  Fabel 
Fabel, ialah cerita yang pelakunya ialah hewan yang merupakan  symbol sikap manusia. Biasanya cerita itu mempunyai fatwa moral yang sangat eksplisit dan bahasa yang sederhana, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak. 

2)  Legenda 
Legenda, ialah cerita wacana insiden suatu kawasan atau sesuatu nama kawasan yang dianggap mempunyai makna bagi kehidupan manusia. 

3)  Mite 
Mite, ialah jenis dongeng yang tokoh-tokohnya dianggap keramat. 

4)  Sage 
Sage, ialah cerita rakyat yang menceritakan sejarah kesuksesan para tokoh-tokohnya 

Sementara William R. Bascom (dalam Danandjaja ,1984:50) membagi dongeng prosa menjadi tiga ibarat di bawah ini: 
1)  Mite 
Mite, ialah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para ilahi atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan ibarat yang kita kenal kini dan terjadi pada masa lampau. 
2)  Legenda 
Legenda ialah dongeng yang berdasarkan pengarangnya merupakan insiden –
peristiwa yang benar-benar ada dan nyata. Serta ditokohi manusia-manusia yang mempunyai
sifat luar biasa.  
3)  Dongeng 
Dongeng ialah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi, bersifat  khayal dan tidak terikat waktu maupun kawasan tokoh ceritanya ialah manusia, binatang, dan makhluk halus. 

Berdasarkan pendapat di atas sanggup simpulkan bahwa jenis – jenis cerita rakyat terdiri atas: fable ialah adalah Cerita yang Pelakunya ialah hewan yang merupakan  symbol sikap manusia. Biasanya dongeng itu mempunyai fatwa moral yang sangat eksplisit dan bahasa yang sederhana, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak. ,legenda ialah cerita wacana insiden suatu kawasan atau sesuatu nama kawasan insiden yang benar-benar ada dan faktual yang dianggap mempunyai makna bagi kehidupan manusia. Serta ditokohi manusia-manusia yang mempunyai sifat luar biasa, Mite ialah jenis cerita yang tokoh-tokohnya dianggap keramat, Sage ialah cerita rakyat yang menceritakan sejarah kesuksesan para tokoh-tokohnya. 

b. Unsur-unsur Cerita Rakyat 
Cerita rakyat terdiri atas unsur-unsur pembangun dongeng rakyat, antara lain: alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema dan amanat. Berikut pembahasan masing-masing unsur. 

1) Tokoh dan perwatakan 
Cullinan (dalam mustakim, 2008:101) menyampaikan bahwa tokoh dongeng ialah pelaku cerita. Hal senada juga diungkapkan oleh Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998:4) menyampaikan bahwa tokoh ialah individu rekaan yang mengalami insiden atau perlakuan dalam aneka macam insiden dalam cerita. Demikian  juga diungkapkan oleh Aminudin (dalam Siswanto 2008:142) yang menyatakan tokoh ialah pelaku yang mengemban insiden dalam dongeng rekaan sehingga insiden itu bisa menjalin suatu dongeng sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.

Tokoh-tokoh dalam dongeng perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat batinnya supaya watak juga dikenal oleh pembaca. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang sanggup berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, watak istiadatnya, dan sebagainya (Suharianto 2005:20).

Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh sanggup dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah tokoh yang banyak mengalami insiden dalam cerita. Tokoh utama dibedakan menjadi dua, yaitu.
a)   Tokoh utama protagonis ialah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau memberikan nilai-nilai positif.
b)  Tokoh utama antagonis ialah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau memberikan nilai-nilai negatif.

Tokoh bawahan ialah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh utama. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Tokoh andalan ialah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b) Tokoh komplemen ialah tokoh yang sedikit sekali memegang tugas dalam insiden cerita.
c) Tokoh lataran ialah tokoh yang menjadi potongan atau berfungsi sebagai latar dongeng saja. 

Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa tokoh ialah pelaku yang mengemban insiden dalam dongeng rekaan sehingga insiden itu bisa menjalin suatu cerita. Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan penciptaan gambaran tokoh yang membedakan dengan tokoh yang lain. 

2) Latar atau setting 
Cullinan (dalam mustakim, 2008:101) menyampaikan bahwa setting ialah waktu dan kawasan terjadinya cerita.  Hal senada juga diungkapkan oleh Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998:5)mengatakan bahwa latar ialah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya insiden dalam suatu karya sastra. Secara sederhana Suharianto (2005:22) menyampaikan latar disebut juga setting yaitu kawasan atau waktu terjadinya cerita.

Abrams (dalam Siswanto 2008:149) mengemukakan latar dongeng ialah kawasan umum (generale locale), waktu kesejarahan (historical time) dan kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagianbagian tempat.

Berdasarkan pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa latar ialah tempat, waktu dalam cerita, dan suasana terjadinya insiden dalam karya sastra.Dalam penelitian ini karya sastra yang dimaksud ialah cerita rakyat. 

3) Tema dan amanat 
Tema ialah pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Secara sederhana Stanton (dalam Septiningsih, dkk. 1998:5) menyebut bahwa tema ialah arti pusat yang terdapat dalam cerita. Hakikatnya tema ialah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun dongeng atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu (Suharianto 2005:17).

Tema ialah inspirasi yang mendasari suatu dongeng sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan korelasi antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya (Aminudin dalam Siswanto 2008:161).

Dari uraian pendapat wacana tema di atas, sanggup disimpulkan bahwa tema adalah  gagasan pokok yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya atau pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya karya sastra.

Tema suatu karya sastra sanggup tersurat dan sanggup pula tersirat. Jadi,tema tersebut sanggup eksklusif diketahui tanpa penghayatan atau melalui penghayatan. Amanat ialah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin  disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto 2008:162). Di dalam  karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat, di dalam karya sastra usang pada umumnya amanat tersurat. Jadi, amanat merupakan gagasan yang mendasari karya sastra baik tersirat maupun tersurat dalam karya sastra. 

4) Alur atau plot 
Luxemburg (dalam Septiningsih, dkk. 1998:4) menyampaikan bahwa alur ialah konstruksi mengenai sebuah formasi insiden yang secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Sedangkan berdasarkan Suharianto (2005:18) plot yakni cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan aturan alasannya akhir sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.

Alur ialah rangkaian cerita yang dibuat oleh tahapan-tahapan insiden sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu dongeng (Abrams dalam Siswanto 2008:159). Sudjiman (dalam Siswanto 2008:159) menyatakan bahwa alur ialah insiden yang diurutkan membangun tulang punggung cerita.
Adapun macam-macam alur terbagi atas: 
a)     Alur maju ialah jalinan insiden dari masa kemudian ke masa kini. 
b)     Alur mundur ialah jalinan insiden dari masa kini ke masa lalu. 
c)      Alur gabungan ialah gabungan dari alur maju dan alur mundur secara bersama-sama.

Dan secara umum alur terbagi kedalam bagian-bagian berikut: 
a) Pengenalan situasi yaitu memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan korelasi antar tokoh. 
b) Pengungkapan insiden yaitu mengungkap insiden yang mengakibatkan aneka macam masalah. 
c) Menuju adanya konflik yaitu terjadi peningkatan perhatian ataupun keterlibatan situasi yang mengakibatkan bertambahnya kesukaran tokoh. 
d) Klimaks yaitu pada potongan ini sanggup ditentukan perubahan nasib beberapa tokoh. 
e) Penyelesaian yaitu sebagai selesai dongeng dan berisi klarifikasi wacana nasib para tokohnya sehabis mengalami insiden puncak.

Dari beberapa pendapat wacana alur di atas, sanggup disimpulkan bahwa alur ialah peristiwa-peristiwa yang terjalin dengan urutan yang baik dan membentuk sebuah cerita. Dalam alur terdapat serangkaian insiden dari awal hingga akhir. 
 BACA JUGA :    PENGERTIAN CERITA FIKSI 
                        MANFAAT CERITA FIKSI 
#PENGERTIAN CERITA RAKYAT


Sumber http://www.rijal09.com


EmoticonEmoticon