PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK
Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi perihal hasil mencar ilmu akseptor didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau prestasi akseptor didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait (Hart, dalam Muslich, 2011:2). Dengan demikian, berbeda dengan istilah penilaian (evaluation) yang kita pahami selama ini, yaitu proses pemberian penafsiran dan keputusan atas suatu informasi. Selanjutnya, asesmen ialah proses pengumpulan banyak sekali data yang bisa memperlihatkan citra perkembangan mencar ilmu siswa atau mahasiswa (Salam dan Hamzah Upu, 2005:1). Gambaran perkembangan mencar ilmu akseptor didik perlu diketahui oleh guru atau dosen biar mereka bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan baik dan benar. Oleh lantaran itu, asesmen tidak dilakukan pada tamat periode melainkan dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Karena asesmen menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan konkret yang dikerjakan oleh siswa pada dikala melaksanakan proses pembelajaran. Sejalan dengan banyak sekali pendapat yang telah dikemukakan di atas maka (Surapranata. S & Hatta. M, 2006:3) beropini bahwa penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan menciptakan pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi perihal akseptor didik.
Program mencar ilmu akseptor didik sanggup dinilai dengan melihat perkembangan hasil pribadi dan prestasi akseptor didik dan sekaligus sanggup dibandingkan akseptor didik lain dalam kelompoknya. Oleh lantaran itu, asesmen berfungsi membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran di dalam kegiatan mencar ilmu mengajar, maka kegiatan asesmen membutuhkan informasi bervariasi dari setiap individu atau kelompok akseptor didik serta guru. Sehingga, suatu asesmen dinyatakan autentik bilamana asesmen itu melibatkan akseptor didik pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting, serta bermakna (Hart, dalam Widodo, 2009:67). Lebih lanjut (Johnson, 2002) menyatakan bahwa asesmen autentik mendorong akseptor didik untuk memakai pengetahuan ilmiah pada suatu konteks riil untuk suatu maksud yang jelas.
Sejalan dengan pendapat di atas Grant (1990) dalam Widodo (2009:68) mengemukakan bahwa suatu asesmen dikatakan autentik jikalau asesmen itu memeriksa/menguji secara pribadi perbuatan atau prestasi akseptor didik berkaitan kiprah intelektual yang layak. Jadi, penilaian autentik (authentic assessment) sebetulnya ialah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan banyak sekali metode penilaian. Menurut (Nurhadi dalam Sudirman, 2010:10) penilaian autentik (authentik assessment) ialah penilaian yang sebetulnya melalui proses pengumpulan banyak sekali data yang bisa memperlihatkan citra perkembangan mencar ilmu siswa perlu diketahui oleh guru biar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.
Dengan demikiaan, suatu asesmen dikatakan “autentik” apabila:
1. Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai;
2. Penilaian yang melibatkan akseptor didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna;
3. Penlaian yang bisa menantang akseptor didik menerapkan informasi/keterampilan akademik pada situasi konkret dan untuk maksud yang jelas;
4. Penilaian yang bisa mengukur perbuatan atau penampilan yang sebetulnya atas kompetensi pada suatu mata pelajaran;
5. Penilaian yang bisa mengukur penguasaan akseptor didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;
6. Penilaian yang menguji atau menyidik kemampuan kolektif akseptor didik dalam rangka mengevaluasi secara sempurna apa yang telah dipelajarinya;
7. Penilaian yang menguji atau menyidik secara pribadi perbuatan/ perstasi akseptor didik berkaitan dengan kiprah intelektual yang layak; dan
8. Penilaian yang melibatkan akseptor didik untuk mendemostrasikan apa yang mereka katahui dalam suatu konteks kehidupan konkret
Karena asesmen menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan konkret yang dikerjakan oleh siswa pada dikala melaksanakan proses pembelajaran. Sejalan dengan banyak sekali pendapat yang telah dikemukakan di atas maka (Surapranata. S & Hatta. M, 2006:3) beropini bahwa penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan menciptakan pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi perihal akseptor didik.
Program mencar ilmu akseptor didik sanggup dinilai dengan melihat perkembangan hasil pribadi dan prestasi akseptor didik dan sekaligus sanggup dibandingkan akseptor didik lain dalam kelompoknya. Oleh lantaran itu, asesmen berfungsi membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran di dalam kegiatan mencar ilmu mengajar, maka kegiatan asesmen membutuhkan informasi bervariasi dari setiap individu atau kelompok akseptor didik serta guru. Sehingga, suatu asesmen dinyatakan autentik bilamana asesmen itu melibatkan akseptor didik pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting, serta bermakna (Hart, dalam Widodo, 2009:67). Lebih lanjut (Johnson, 2002) menyatakan bahwa asesmen autentik mendorong akseptor didik untuk memakai pengetahuan ilmiah pada suatu konteks riil untuk suatu maksud yang jelas.
Sejalan dengan pendapat di atas Grant (1990) dalam Widodo (2009:68) mengemukakan bahwa suatu asesmen dikatakan autentik jikalau asesmen itu memeriksa/menguji secara pribadi perbuatan atau prestasi akseptor didik berkaitan kiprah intelektual yang layak. Jadi, penilaian autentik (authentic assessment) sebetulnya ialah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan banyak sekali metode penilaian. Menurut (Nurhadi dalam Sudirman, 2010:10) penilaian autentik (authentik assessment) ialah penilaian yang sebetulnya melalui proses pengumpulan banyak sekali data yang bisa memperlihatkan citra perkembangan mencar ilmu siswa perlu diketahui oleh guru biar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.
Dengan demikiaan, suatu asesmen dikatakan “autentik” apabila:
1. Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai;
2. Penilaian yang melibatkan akseptor didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna;
3. Penlaian yang bisa menantang akseptor didik menerapkan informasi/keterampilan akademik pada situasi konkret dan untuk maksud yang jelas;
4. Penilaian yang bisa mengukur perbuatan atau penampilan yang sebetulnya atas kompetensi pada suatu mata pelajaran;
5. Penilaian yang bisa mengukur penguasaan akseptor didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;
6. Penilaian yang menguji atau menyidik kemampuan kolektif akseptor didik dalam rangka mengevaluasi secara sempurna apa yang telah dipelajarinya;
7. Penilaian yang menguji atau menyidik secara pribadi perbuatan/ perstasi akseptor didik berkaitan dengan kiprah intelektual yang layak; dan
8. Penilaian yang melibatkan akseptor didik untuk mendemostrasikan apa yang mereka katahui dalam suatu konteks kehidupan konkret
A. Implementasi (penilaian autentik) dalam pembelajaran
1. Penilaian Kinerja
Danielson (1997:1) mendefinisikan penilaian unjuk kerja sebagai berikut:
“Performance assessment means any assessment of student learning that requires the evaluation of student writing, products, or behavior. That is, it includes all assessment with the exeption of multiple choice, matching, true/false testing, or problems with a single correct answer.” Penilaian unjuk kerja ialah penilaian mencar ilmu siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau perilaku kecuali bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau balasan singkat.
Penilaian unjuk kerja mempunyai kelebihan yang sanggup mengungkap potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk goresan pena maupun lisan. Marhaeni (2008:12) mengklasifikasikan bahwa terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu kiprah kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja ialah suatu kiprah yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor menurut impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor menurut beberapa unsur mayoritas dari suatu performansi. 2.Penilaian Diri
Asesmen diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakikat penilaian diri dengan hasil mencar ilmu siswa. Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia mempunyai kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Bila asesmen dipandang sebagai pecahan tak terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari memberi tes menjadi membantu siswa memahami tujuan pengalaman mencar ilmu dan kriteria keberhasilan. Oleh lantaran itu dalam penilaian diri terdapat tiga proses regulasi diri, yaitu:
1.Siswa melaksanakan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang relevan dengan tujuan dan standar keberhasilan
2. Siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang akan dicapai
3. Siswa melaksanakan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati keberhasilan/kemajuan sebagai materi refleksi diri.
Penilaian unjuk kerja mempunyai kelebihan yang sanggup mengungkap potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk goresan pena maupun lisan. Marhaeni (2008:12) mengklasifikasikan bahwa terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu kiprah kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja ialah suatu kiprah yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor menurut impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor menurut beberapa unsur mayoritas dari suatu performansi. 2.Penilaian Diri
Asesmen diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakikat penilaian diri dengan hasil mencar ilmu siswa. Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia mempunyai kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Bila asesmen dipandang sebagai pecahan tak terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari memberi tes menjadi membantu siswa memahami tujuan pengalaman mencar ilmu dan kriteria keberhasilan. Oleh lantaran itu dalam penilaian diri terdapat tiga proses regulasi diri, yaitu:
1.Siswa melaksanakan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang relevan dengan tujuan dan standar keberhasilan
2. Siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang akan dicapai
3. Siswa melaksanakan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati keberhasilan/kemajuan sebagai materi refleksi diri.
Salvia dan Ysseldike dalam Marhaeni (2008:19) beropini bahwa: “Refleksi dan asesmen diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan akseptor didik tersebut memang merupakan hal yang berkhasiat bagi diri dan kehidupannya.” Jadi, penilaian diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab terhadap mencar ilmu mereka sendiri. Mereka diberi kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman yang mereka rasakan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Reys, Suydam, Linguist, & Smith (1989) menyampaikan bahwa: “Siswa merupakan penilai yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan mereka sendiri. Oleh lantaran itu, guru sanggup memulai proses penilaian diri dengan memberi kesempatan siswa untuk melaksanakan validasi pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban hasil pekerjaan mereka.” Siswa perlu menyidik pekerjaan mereka dan memikirkan perihal apa yang terbaik untuk dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk menuntun siswa dalam memahami proses penilaian diri, guru perlu melengkapi mereka dengan lembaran self-assessment. 3. Penilaian Esai
Asesmen esai menghendaki akseptor didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti akseptor didik tidak menentukan jawaban, akan tetapi memperlihatkan balasan dengan kata-katanya sendiri secara bebas. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk asesmen autentik. Kelemahan asesmen esai ialah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan penyebab kurang objektifnya dalam memperlihatkan skor dan terbatasnya reliabilitas tes. Namun hal ini sanggup diminalkan melalui penggunaan rubrik penilaian, dan penilai ganda (inter-rater) (Muslich, 2011:73). Berikut disajikan pola pedoman penilaian/rubrik untuk setiap tugas/soal esai (disebut dengan benchmark).
Kriteria Penilaian | Deskriptor | Skor (1-10) | Bobot | |
1. | Kualitas argumentasi | Mengambil posisi secara jelas, argumentasi rasional, memakai fakta pendukung secara proporsional | 5 | |
2. | Keruntutan wangsit (koherensi) | Pengungkapan secara logis, relasi antar fakta dan konsep dibangun terangkai dengan baik, memakai ungkapan penyambung dan transisi secara tepat | 3 | |
3. | Penggunaan bahasa | Lugas, gampang dimengerti, kalimat-kalimat gramatikal, kaya, dan variatif | 2 | |
Sumber: Marhaeni (2008:30) |
4.Penilaian Portofolio
Portofolio ialah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence) yang memperlihatkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Wyatt & Looper (2002) dalam Muslich (2011:74) menyebutkan, menurut tujuannya sebuah portofolio sanggup berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase portfolio. Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh lantaran itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan kegiatan tersebut sanggup dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio ialah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaika sanggup lebih dari satu. Showcase portfolio ialah portofolio yang lebih dipakai untuk tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu. Asesmen portofolio ialah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena:
1. Dapat meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik secara bersama-sama,
2. Berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan
3. Dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan akseptor didik secara individual.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok, yaitu: (1) sampel karya akseptor didik, (2) penilaian diri, dan (3) kriteria penilaian yang terperinci dan terbuka.
1. Karya akseptor didik memperlihatkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut sanggup berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi pengajar, maupun preferensi akseptor didik.
2. Evaluasi diri dalam asesmen portofolio, O’malley & Valdez Pierce (1994) dalam Muslich (2011:75) menyampaikan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’. Hal ini disebabkan lantaran melalui penilaian diri akseptor didik sanggup membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui penilaian diri akseptor didik sanggup melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian akseptor didik lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.
3. Kriteria penilaian yang terperinci dan terbuka, bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’ pengajar atau tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada akseptor didik secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini meliputi mekanisme dan standar penilaian.
5. Penilaian Projek
Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) ialah pemeriksaan mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, siswa menerima kesempatan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya. Pelaksanaan projek sanggup dianalogikan dengan sebuah cerita, yaitu mempunyai fase awal, pertengahan, dan tamat projek. Asesmen projek sanggup dipakai untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan dari siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian projek setidaknya ada (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Kemampuan pengelolaan, kemampuan akseptor didik dalam menentukan topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2. Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran
3. Keaslian, projek yang dilakukan akseptor didik harus merupakan hasil karyanya dengan mempertimbangkan donasi guru berupa petunjuk dan tunjangan terhadap projek akseptor didik.
Untuk melaksanakan asesmen-asesmen autentik di atas, sanggup dilakukan dengan banyak sekali teknik dan instrumen. Yang penting, teknik dan instrumen tersebut sanggup menampilkan autentisitas pembelajaran dan hasil mencar ilmu siswa
B. Manfaat Penerapan Penilaian Autentik (Authentic Assessment) terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran banyak siswa yang lemah dalam kompetensi yang dibutuhkan. Banyak yang hanya terfokus pada nilai ujian saja, tidak mempunyai ability maupun skill. Hal ini disebabkan lantaran selama ini fokus perhatian dari semua ujian hanya melihat kemampuan siswa dalam mengerjakan tes pada waktu itu saja. Sehingga hal ini tentu mengurangi makna pengajaran dan pembelajaran. Sementara itu instrumen yang dipakai dalam penyelenggaraan UAN hanya berupa tes pilihan ganda (multiple choice). Sedangkan tipe tes tersebut tidak sanggup dipakai untuk melihat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa secara menyeluruh.
Oleh lantaran itu, sangatlah dibutuhkan penilaian autentik. Penerapan penilaian autentik akan memperlihatkan banyak manfaat dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Di antaranya, penilaian autentik sanggup membantu siswa menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi konkret untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002) dalam Sudirman (2010:25), penilaian autentik memperlihatkan kesempatan luas bagi siswa untuk memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari selama proses mencar ilmu mengajar. Selain itu, penilaian autentik sanggup mempermudah cara mengakses bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar. Dalam konteks ini, dibutuhkan penilaian autentik sanggup dipakai bukan saja untuk memperbaiki pendidikan, tetapi juga bermanfaat bagi siswa, guru, dan keluarga.
Oleh lantaran itu, dengan adanya penilaian autentik siswa sanggup menjadi partisipan aktif dalam aktifitas penilaian, mengingat instrumen yang dipakai tidak terbatas pada tes saja yang mungkin kerap memperlihatkan tekanan tertentu kepada siswa secara psikologis dan merasa cemas terhadap hasil tes yang sanggup menurunkan atau meningkatkan penghargaan terhadap diri mereka. Sehingga secara tidak pribadi penilaian autentik sanggup meningkatkan kompetensi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud akan menyebarkan alat penilaian autentik yang secara spesifik dalam penelitian ini terdiri atas tiga penilaian alternatif, yaitu: (1) Penilaian Kinerja (Performance Assessment), (2) Penilaian Portofolio (Portfolio Assessment), dan (3) Penilaian Diri (Self Assessment).
Artikel: #PENGERTIANPENILAIANAUTENTIK
Sumber http://www.rijal09.com
EmoticonEmoticon