Thursday, November 14, 2019

√ Makalah Kegiatan Tahunan Dan Kegiatan Semester


BAB I
PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang
Tugas seorang pengajar bukan hanya memberikan materi pelajaran di dalam kelas dengan baik. Tetapi seorang pengajar juga bertanggung jawab untuk membina siswa-siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari, sehingga mereka betul-betul bisa memecahkan masalah yang diberikan guru. Guru dipandang sebagai distributor modernisasi dalam segala bidang. Usaha utama yang sanggup dilakukan oleh guru yaitu melalui jadwal pendidikan bagi para siswa. Guru mempunyai visi tertentu perihal apa yang harus diperbuat bagi anak didiknya, mengapa ia melaksanakan perbuatan tersebut, dan bagaimana cara ia melakukannya dengan sebaik-baiknya. Pola-pola berpikir demikian memerlukan contoh dasar instruksional menurut pendekatan sistem.
Pada dasarnya guru pun sanggup secara kreatif mencobakan serta membuatkan model dan taktik pembelajaran tersendiri yang khas dan sesuai dengan kondisi positif di kawasan kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru. Rekayasa proses pembelajaran sanggup didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya, pendekatan dan taktik pembelajaran untuk siswa berilmu harus berbeda dengan kegiatan siswa berkemampuan sedang atau kurang, walaupun untuk memahami konsep yang sama, lantaran siswa mempunyai keuinikan masing-masing. Hal ini memperlihatkan bahwa pemahaman guru terhadap pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Belajar mengajar yaitu suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan mencar ilmu mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi mencar ilmu mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun sanggup dicapai tanpa menemukan hambatan yang berarti. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah bolos dari jadwal kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan mencar ilmu belajar anak. Masalah lalin juga yang juga selalu guru gunakan yaitu masalah pendekatan. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melaksanakan pendekatan tertentu terhadap semua anak didik.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru pun salah satunya adadlah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Maka dari itu sangat penting sekali teori pengelolaan kelas itu, terutama sebagai guru yang memang harus selalu memperhatikan hal penting itu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan mencar ilmu ?
2.      Apa saja yang termasuk jenis dan situasi mencar ilmu ?
3.      Bagaimana langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran ?
4.      Apa saja pendekatan dan metode pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah ?

C.     Tujuan Pembelajaran
Agar para pembaca sanggup memahami apa-apa saja yang perlu diperhatikan bagi seorang guru ketika melangsungkan kegiatan belajar, juga memahami beberapa metode yang sanggup membantu kegiatan mencar ilmu berlangsung.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kegiatan Belajar
Aktivitas siswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses mencar ilmu mengajar, lantaran acara merupakan pergerakan secara terjadwal yang dilakukan siswa. Tanpa acara maka proses pembelajaran tidak akan efektif dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Menurut Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi”, Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.[1] Belajar sebagai proses sanggup dikatakan sebagai kegiatan seseorang yang dilakukan dengan sengaja melalui adaptasi tingkah laris dirinya dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupannya.[2] Menurut Winarno (1983) bahwa: pembelajaran yaitu proses berlangsungnya kegiatan mencar ilmu dan membelajarkan siswa dikelas.
Jadi, mencar ilmu bisa saja diartikan sebagai sebuah proses dimana seseorang sanggup memperoleh keterampilan, sikap, dan kecakapan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan secara sengaja dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Belajar dalam kelas juga bisa kita pahami sebagai suatu interaksi guru dan siswa dalam rangka memberikan materi pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud diatas yaitu kegiatan-kegiatan yang mendukung berjalannya belajar, ibarat bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan kegiatan lainnya.
Dalam buku yang berjudul “Ilmu Pendidikan” disebutkan bahwa mencar ilmu sanggup dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, mencar ilmu didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laris dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan mencar ilmu sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya yang diakibatkan oleh pengalaman.[3]
Dalam proses mencar ilmu akan menghasilkan perubahan tingkah laris lantaran dalam proses tersebut terdapat interaksi dengan sesama dan melaksanakan kegiatan-kegiatan lain yang akan merubah tingkah laris seseorang. Maka, mencar ilmu sanggup dikatakan berhasil apabila adanyan perubahan tingkah laris dalam diri seseorang. Perubahan tersebut bukan saja menyangkut kepribadian seseorang, tetapi juga menyangkut keterampilan, pengetahuan, maupun kebiasaan seseorang tersebut. Dengan demikian perubahan tingkah laris lantaran adanya pengalaman. Dan perlu diketahui bahwa mencar ilmu bukan saja mengingat sesuatu, tetapi bagaimana kita mengalami sesuatu yang disebut sebagai pengalaman.
Adanya perubahan dalam contoh sikap inilah yang pertanda telah terjadinya belajar. Makin banyaknya kemampuan yang diperoleh seseorang, maka akan makin banyak pula perubahan yang telah dialami olehnya. Semua perubahan tersebut merupakan suatu hasil belajar dan dan mengakibatkan insan berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Belajar pun bisa saja terjadi dalam interaksi dengan lingkungan sekitar, dengan orang lain.
Dari uraian-uraian diatas sanggup disimpulkan, bahwa “belajar” ialah suatu acara mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.[4] Perubahan itu sanggup berupa suatu hasil yang gres atau bisa pula sebagai penyempurnaan atas hasil yang telah diperolehnya. Kita pun memahami bahwa mencar ilmu menghasilkan perubahan, perubahan tersebut bisa saja berupa hal-hal yang bersifat internal, juga meliputi hal-hal yang bersifat eksternal.
Oemar Hamalik beropini bahwa mencar ilmu yaitu perubahan tingkah laris yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman belajar.[5] Hasil mencar ilmu tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laris terhadap seseorang, yang sanggup diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

A.    Jenis dan Situasi Kegiatan Belajar
Menciptakan situasi kelas yang menyenangkan, aman untuk kegiatan mencar ilmu mengajar di kelas serta bermakna bagi siswa merupakan keinginan untuk kiprah guru sebagai seorang manager di kelasnya. Sebagai seorang manager, ia harus bisa mengatur situasi dan membuat iklim mencar ilmu yang menunjang di kelasnya. Namun, dalam membuat proses belajar-mengajar yang efektif, guru akan mengalami kendala. Salah satu masalah dalam pengelolaan kelas yaitu masalah disiplin kelas. Guru sebagai seorang manager, harus bisa memelihara disiplin kelas biar proses pembelajaran berjalan efektif. Berikut kondisi dan situasi belajar:
1.      Kondisi Fisik
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai efek positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran yang menyenangkan, yaitu:
a.       Ruang kawasan berlangsungnya pembelajaran, ruang hendaknya sanggup menawarkan keluasan gerak, komunikasi, pandang dan pendengaran. Juga sebaiknya kawasan pembelajaran dilengkapi dengan peralatan yang menunjang kegiatan belajar.
b.      Pengaturan kawasan duduk, tentu saja hal ini akan mempengaruhi kelancaran proses belajar-mengajar biar lebih variatif, tidak bosan dan menyenangkan.
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya, haruslah cukup menjamin kesehatan siswa untuk mencar ilmu di kelas yang nyaman. Jendela harus cukup nesar biar cahaya matahari dan udara sehat sanggup masuk ke kelas. Siswa harus melihat goresan pena dengan jelas, baik pada papan tulis maupun buku bacaan.
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang, hendaknya disimpan pada kawasan khusus yang gampang dicapai kalau segera diharapkan dalam proses pembelajaran. Tentu saja pemeliharaan barang merupakan hal yang sangat penting, barang perlu dipelihaa secara terus menerus.
2.      Kondisi Sosio Emosional
Kondisi ini mempunyai efek yang cukup besar terhadap proses belajar-mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio emosional meliputi hal berikut:
a.       Tipe kepemimpinan, tipe ini akan menawarkan efek yang besar terhadap sikap siswa di kelas. Tipe kepemimpinan demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan mempercayai. Sebaliknya tipe otoriter, siswa akan bersikap apatis, sub missive bahkan agresif.
b.      Sikap guru, dalam menghadapi siswa yang melanggar hukum sekolah hendaknya sabar, tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laris siswa akan sanggup diperbaiki.
c.       Suara guru, hendaknya guru mengatur bunyi dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelas. Suara yang relatif rendah tetapi cukup terperinci dan volume bunyi yang penuh dan kedengarannya rilek akan mendorong siswa untuk memperhatikan.
d.      Pembinaan hubungan baik, dengan terciptanya training hubungan yang baik antara guru dan siswa, diharapkan siswa mempunyai sikap yang senantiasa gembira, penuh gairah, dan semangat dalam kegiatan mencar ilmu yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
3.      Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin secara organisasional akan sanggup mencegah masalah manajemen kelas. Kegiatan rutin tersebut yaitu pergantian pelajaran, guru berhalangan hadir, upacara bendera, disamping kegiatan lain contohnya ekstrakulikuler maupun kokulikuler.
4.      Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi manajemen teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran. Kegiatan yang termasuk hal ini yaitu ruang bimbingan siswa, kawasan baca, maupun kawasan pribadi siswa.
jenis–jenis acara dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut:
1.      Kegiatan–kegiatan visual , Membaca, melihat gambar–gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2.      Kegiatan–kegiatan verbal (oral), Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3.      Kegiatan–kegiatan mendengarkan, Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4.      Kegiatan–kegiatan menulis, Menulis cerita, menulis laporan, mengusut karangan, bahan–bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.      Kegiatan–kegiatan menggambar, Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6.      Kegiatan–kegiatan metrik , Melakukan percobaan, menentukan alat–alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun.
7.      Kegiatan–kegiatan mental, Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor–faktor, melihat hubungan–hubungan dan membuat keputusan.
8.      Kegiatan–kegiatan emosional, Minat, membedakan, berani, hening dan lain–lain.

B.     Langkah-Langkah Ilmiah Dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran  pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan memakai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik dalam pembelajaran, yaitu memakai pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data, menyajikan data, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan.
Adapun langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran sebagai berikut:
1.      Mengamati
Metode ini mempunyai keunggulan tertentu, ibarat menyajikan media objek secara nyata, penerima didik bahagia dan tertantang, dan gampang pelaksanaannya. Tentu saja hal ini butuh persiapan yang cukup usang dan matang, biaya, dan tenaga yang relatif banyak. Kegiatan mengamati ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:
a.       Menentukan objek apa yang akan diamati.
b.      Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang akan diamati.
c.       Menentukan secara terperinci data-data apa yang perlu diobservasi.
d.      Menentukan dimana kawasan pengamatan.
e.       Menentukan secara terperinci bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data biar berjalan mudah.
f.       Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil pengamatan.

2.      Menanya
Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik yaitu menanya. Dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru menumbuhkan suasana pembelajaran yang bersahabat dan menyenangkan. Dalam mengajukan pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan. Karena pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan tanggapan yang berkualitas pula.
3.      Mencoba
Hasil mencar ilmu yang positif akan diperoleh penerima didik yaitu dengan melaksanakan percobaan. Agar melaksanakan percobaan sanggup berjalan lancar maka guru harus melakukan: (1) tujuan melaksanakan percobaan yang akan dilaksanakan murid (2)  guru bersama murid mempersiapkan perlangkapan yang akan dipakai (3) perlu memperhitungkan kawasan dan waktu (4) guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) guru membicarakan masalah yang akan menjadi percobaan (6) membagi kertas kerja kepada murid (7) murid melaksanakan percobaan dengan bimbingan guru (8) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya.
4.      Mengolah Informasi
Proses pembelajaran akan berhasil secara efektif bila terjadi interaksi eksklusif antara pendidik dengan penerima didik. Pola interaksi itu dilakukan melalui stimulus dan respon. Kemampuan penerima didik dalam memalsukan respon menjadi pengungkit utama acara belajarnya. Dengan cara ini penerima didik akan melaksanakan peniruan atas apa yang positif diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas. Ada dua cara melaksanakan asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan contoh ini siswa sanggup mengolah informasi dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan memakai logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaannya.
5.      Mengkomunikasikan
Langkah pembelajaran yang kelima yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru untuk mendapat tanggapan. Langkah ini menawarkan laba kepada siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar. Lebih dari 2400 tahun kemudian Confucius menyatakan: apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya lakukan saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya.[6] Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan penerima didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran.
Pembelajaran menuju tiga ranah tujuannya yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Model pembelajaran yang dipandang sanggup mengantarkan penerima didik mencapai tujuan pembelajarannya yaitu model pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran berpusat pada siswa yaitu pembelajaran yang memakai pendekatan ilmiah.
Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah disebut dengan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan dengan lima langkah pembelajaran yaitu tahap mengamati, bertanya, mencoba, melaksanakan asosiasi, dan mengkomunikasikan. Kelima tahapan ini dipandang bisa memberikan penerima didik mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan melakukan.
C.    Pendekatan dan Metode Pembelajaran Sesuai Dengan Pendekatan Ilmiah
Metode yaitu cara yang dipakai untuk mengimplementasikan planning yang sudah disusun dalam kegiatan positif biar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan mengajar seorang guru juga tergantung pada cara memakai metode pembelajaran. Berikut beberapa metode pembelajaran yang sanggup dipakai untuk mengimplementasikan taktik pembelajaran:


1.      Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu metode yang dipakai dalam membuatkan proses pembelajaran melalui cara penuturan. Metode ini sangatlah baik apabila dipersiapkan dengan sangat baik oleh guru, apalagi bila ditambahkan dengan alat-alat atau media. Adapula yang harus diperhatikan dalam metode ini yakni isi ceramah  biar gampang diterima dan dipahami oleh siswa. Metode ini berbentuk klarifikasi konsep, prinsip, dan fakta serta ditutup oleh tanya jawab. Namun metode ceramah ini juga mempunyai keterbasan sebagai berikut:
a.       Keberhasilan siswa tidak terukur,
b.      Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur,
c.       Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah,
d.      Materi kurang terfokus,
e.       Pembicaraan sering melantur.
2.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode ini sanggup diterapkan dengan syarat mempunyai keahlian dalam mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan. Tentu saja metode ini sanggup membantu siswa mencari tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan. Tetapi, metode demonstrasi tidak efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktifitas dimana siswa sanggup ikut bereksperimen dan menjadikan acara itu pengalaman pribadi.
3.      Metode Tanya Jawab
Metode ini dinilai sebagai sebuah metode yang sempurna apabila pelaksanaannya ditujukkan untuk meninjau ulang pelajaran dan mengarahkan pengamatan dan pemikiran siswa. Metode ini pun sanggup memperoleh sambutan yang lebih aktif apabila dibandingan dengan metode ceramah yang bersifat menolong dan menawarkan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Adapun kelemahannya yaitu bahwa tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan.
4.      Metode Penampilan
Metode ini berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa dibawah bimbingan dari dekat oleh pengajar. Guru pun harus menawarkan klarifikasi yang cukup kepada siswa selama praktik dan melaksanakan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai. Tetapi metode ini membutuhkan waktu yang sangat lama, kemudian juga membutuhkan akomodasi dan tenaga pengajar yang lebih banyak.
5.      Metode Diskusi
Berupa interaksi antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, atau menggali permasalahan tertentu. Dengan metode ini, siswa dibiasakan untuk beragumentasi dan berfikir secara rasional. Tetapi, metode ini juga menyita waktu yang sangat usang dan mempersyaratkan siswa mempunyai latar belakang yang cukup perihal topik yang dibahas.
6.      Metode Studi Mandiri
Berbentuk pelaksanaan kiprah membaca tanpa bimbingan khusus. Metode studi berdikari ini sanggup dipakai apabila siswa bisa menentukkan sendiri tujuannya dan sanggup memperoleh sumber-sumber yang diharapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
7.      Metode Pembelajaran Terprogram
Menggunakan materi pengajaran yang disiapkan secara khusus. Isi pengajaran didalamnya harus dipecahkan menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera. Tetapi metode ini membuat siswa kurang dalam berinteraksi sosial.
8.      Metode Latihan Bersama Teman
Memanfaatkan siswa yang telah lulus untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih, dan pembimbing seseorang siswa yang lain. Ia pun sanggup menentukan metode pembelajaran yang disukainya untuk melatih temannya tersebut. Saat sobat berhasil, ia akan bertindak sebagai instruktur bagi seorang sobat yang lain. Namun, tentu saja metode ini harus sering kita kontrol untuk memastikan keberhasilannya.
9.      Metode Simulasi
Dengan menampilkan simbol-simbol yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Tetapi, biaya pengembangannya serta akomodasi dan alat-alatnya pun sulit didapatkan serta mahal harga pemeliharaannya.
10.  Metode Pemecahan Masalah
Metode ini merangsang berfikir dan memakai wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Metode ini sanggup dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula, tetapi metode ini perlu diawasi lantaran akan menimbulkan putus asa dikarenakan belum menemukan solusinya.

11.  Metode Studi Kasus
Berbentuk klarifikasi perihal masalah, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahannya. Metode ini juga sanggup dipakai untuk membuatkan cara berfikir kritis dan menemukan topik yang gres dipecahkan.
12.  Metode Insiden
Hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap perihal suatu kejadian. Mereka harus mencari data aksesori untuk menuntaskan kiprah yang telah diberikan tetang insiden tersebut. Metode ini mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan metode lain, siswa mencar ilmu menyelami permasalahan, kemudian mereka berusaha untuk memecahkan permasalahana tersebut, dalam hal ini menumbuhkembangkan cara berfikir siswa sebagaimana yang dikehendaki dalam studi mandiri.
13.  Metode Praktikum
Dapat dilakukan kepada siswa sesudah guru menawarkan arahan dan isyarat untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya sesudah hasil apa yang telah dicapai.
14.  Metode Proyek
Menguunakan proteksi kiprah kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti. Kemudian siswa diminta membuat laporan dari kiprah yang mereka kerjakan kedalam bentuk makalah. Hal ini bertujuan untuk membentuk analisis masing-masing siswa.
15.  Metode Bermain Peran
Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa. Melakukan kiprah masing-masing sesuai dengantokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi satu sama lain,. Metode ini sanggup dipakai dalam mempraktik isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi.metode ini juga menuntut guru biar mencermati kekurangan dari kiprah yang diperagakan oleh siswa.
16.  Metode Seminar
Merupakan kegiatan mencar ilmu kelompok siswa untuk membahas topik. Masing-masing anggota dituntut untuk ikut berperan aktif dan kepada mereka dibebankan tanggungjawab untuk mendapat solusi dari masalah yang didapatkan. Seminar merupakan pembahasan yang sifatnya alamiah, itulah sebabnya seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan dan keputusan yang merupakan hasilnkesepakatan semua peserta.
17.  Metode Simposium
Metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam banyak sekali kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh jago dalam bidangnya sesudah itu penerima sanggup memberikan pertanyaan dan lainnya kepada pembicara. Bentuk contoh simposim sanggup dikelompokkamn kedalam beberapa aspek.
18.  Metode Tutorial
Metode ini merupakan cara memberikan materi pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa sanggup mengkonsultasikan perihal masalah-masalah dan kemajuan yang ditemuinya.
19.  Metode Deduktif
Merupakan proteksi klarifikasi perihal prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya. Guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemui para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi. Tentu saja pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan dan pembicaraan yang baik.
20.  Metode Induktif
Dimulai dengan proteksi banyak sekali kasus, fakta, atau alasannya yaitu yang mencerminkan suatu konsep. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.[7]
Adapun beberapa metode lain yang terdapat dalam buku “Ilmu Pendidikan” yaitu sebagai berikut:
1.      Learning start with Question
Belajar sesuatu yang gres akan lebih efektif apabila isswa tersebut aktif dan terus bertanya dibandingkan bila mereka hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Karena ini salah satu cara untuk merangsang rasa keingintahuan siswa sebelum proses pengajaran dimulai. Metode ini membantu siswa untuk memahami dan menemukan inti dari materi kajian tersebut.
2.      Reading Guide
Apabila waktu yang tersedia sangat terbatas, metode ini dapatlah diterapkan. Para siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas dengan menawarkan kisi-kisi panduan.
3.      Jigsaw
Metode ini sanggup diterapkan apabila materi yang akan dipelajari sanggup dibagi menjadi beberapa bagian. Hal ini sanggup melibatkan seluruh siswa dalam kelas dan sekaligus sanggup melatih siswa untuk sanggup mengajarkan sesuatu kepada orang lain.
4.      Small Group Discussion
Metode ini dimaksudkan untuk membangun kerjasama individu dalam kelompok, dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu dalam kelompok.
5.      Poster Comment
Metode ini bertujuan untuk menstimulus dan meningkatkan kreatifitas siswa terhadap suatu permasalahan. Siswa didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara verbal perihal suatu poster.[8]
Sebenarnya masih banyak metode-metode pembelajaran yang ditemui oleh para jago pembelajaran beberapa tahun. Perlu diperhatikan bahwa guru hendaknya bisa menentukan dan menerapkan teknik-teknik pembelajaran yang relevan diimplementasikan di kelas. Pemilihan metode pembelajaran ini dimaksudkan biar proses pembelajaran ini dimaksudkan biar proses pembelajaran sanggup berjalan dengan efektif dan mendorong terbentuknya kompetensi siswa.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Belajar ialah suatu acara mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Hasil mencar ilmu tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laris terhadap seseorang, yang sanggup diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Menciptakan situasi kelas yang menyenangkan, aman untuk kegiatan mencar ilmu mengajar di kelas serta bermakna bagi siswa merupakan keinginan untuk kiprah guru sebagai seorang manager di kelasnya. Berikut kondisi dan situasi belajar:
1.      Kondisi Fisik
2.      Kondisi Sosio Emosional
3.      Kondisi Organisasional
4.      Kondisi Administrasi Teknik
Jenis–jenis acara dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut:
1.      Kegiatan–kegiatan visual.
2.      Kegiatan–kegiatan verbal (oral).
3.      Kegiatan–kegiatan mendengarkan.
4.      Kegiatan–kegiatan menulis.
5.      Kegiatan–kegiatan menggambar.
6.      Kegiatan–kegiatan metrik.
7.      Kegiatan–kegiatan mental.
8.      Kegiatan–kegiatan emosional.
Adapun langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran sebagai berikut:
1.      Mengamati
2.      Menanya
3.      Mencoba
4.      Mengolah Informasi
5.      Mengkomunikasikan

Berikut beberapa metode pembelajaran yang sanggup dipakai untuk mengimplementasikan taktik pembelajaran:
1.      Metode Ceramah
2.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen
3.      Metode Tanya Jawab
4.      Metode Penampilan
5.      Metode Diskusi
6.      Metode Studi Mandiri
7.      Metode Pembelajaran Terprogram
8.      Metode Latihan Bersama Teman
9.      Metode Simulasi
10.  Metode Pemecahan Masalah
11.  Metode Studi Kasus
12.  Metode Insiden
13.  Metode Praktikum
14.  Metode Proyek
15.  Metode Bermain Peran
16.  Metode Seminar
17.  Metode Simposium
18.  Metode Tutorial
19.  Metode Deduktif
20.  Metode Induktif











DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
L. Silberman, M. (2012). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa.
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel, W. S. (2009). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yamin, M. (2009). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Z, Zurinal dan Wahdi Sayuti. (2006). Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press.








[1] Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press. 2009. Hal. 96
[2] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013. Hal. 33
[3] Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Hal. 117
[4] W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi. 2009. Hal. 59
[5] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Hal. 154
[6] Melvin L. Silberman, Active Learning, Bandung: Nuansa. 2012. Hal. 23
[7] Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press. 2009. Hal. 64


[8] Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Hal. 122


Sumber http://umin-abdilah.blogspot.com


EmoticonEmoticon