Saturday, June 2, 2018

√ Hati-Hati Makan Di Lesehan Malioboro

Sebetulnya saya sedang libur ngblog ketika lebaran ini tapi sebab tiba-tiba ada pandangan gres dari informasi wacana lesehan malioboro yang viral. Beberapa media online kini sedang viral oleh informasi wacana perlakuan pedagang di sekitaran lesehan Malioboro. Ada beberapa wisatawan yang kaget bukan kepayang ketika membeli makanan yang harganya selangit. Saya hanya ingin menambahkan pengalaman saja beberapa tahun kebelakang ketika makan di lesehan Malioboro. 

Lesehan di Malioboro memang menjadi salah satu ikon kota Jogjakarta. Setiap liburan tiba, maka lesehan ini selalu penuh oleh wisatawan. Namun anda teta harus berhati-hati menentukan lokasi untuk makan sebab jangan hingga anda menjadi jengkel bukan main. Kota Jogja memang populer dengan keramahannya namun ini tidak berlaku untuk beberapa mahluk di dalamnya.

Tahun kemudian ketika malam hari saya bersama teman-teman saya singgah di Malioboro dan makan di salah satu lesehan pinggir jalan. Menu yang kami pesan ya sederhana saja yaitu satu porsi ayam goreng dan minumannya. Satu porsi ayam goreng dan es teh kala itu dibanderol dengan harga yang cukup tinggi yaitu sekitar 30 ribuan. Mungkin ini yang termasuk salah satu dari beberapa sifat buruk orang Indonesia yaitu "memanfaatkan situasi". Memang pada ketika liburan tiba, pastinya akan banyak wisawatan tiba dan ini menjadi ladang uang tersendiri bagi pedagang. Tidak ada salahnya mengambil laba dari kondisi liburan, tapi tetap berdagang juga ada budbahasa nya toh?. Saya sarankan anda tanyakan dulu harga makanan di sana sebelum membelinya, itu hak anda sebagai konsumen tidak apa-apa.
Malioboro di malam hari
Satu hal lagi ketika makan di lesehan, sering muncul anak kecil menunjukkan amplop yag tidak terang asal usulnya untuk apa kepada pelanggan. Usut punya usut amplop tersebut dibagikan semoga diisi uang oleh para pengunjung. Saya cari tahu ke sahabat ternyata ini ialah sindikat preman sana untuk mencari uang. Luar biadab bukan?, insan macam apa mencari uang menyerupai itu. Saya tidak tahu apakah kini praktek macam itu masih ada atau tidak. Orang lain cape-cape kerja, ini malah nyodorin amplop aja minta duit seenaknya. Praktek culas menyerupai ini tentu harus menerima perhatian dari pemerintah daerah. Masyarakat harus dididik untuk mencari rezeki dengan cara yang baik dan halal. Saya orisinil orang Jogja dan saya berharap pemerintah kawasan sanggup menata Malioboro semoga lebih baik dan nyaman sebenar-benarnya.

Saat ini saya lebih menentukan untuk makan di mall saja atau di luar Malioboro sebab pengalaman buruk tersebut. Oh ya satu lagi, hati-hati jikalau anda nyewa becak di sana. Saya bukannya kasihan kepada tukang becak namun sekali lagi bahwa mentalitas insan harus dibina semoga sehat. Saya dulu pernah naik becak keliling-keliling dan singkat kisah ternyata abang-abang becak tersebut sudah join dengan toko-toko di sekitar Malioboro. Saya dipaksa turun untuk membeli salah satu produk buah tangan disana supaya ia sanggup kupon undian motor. Enak aja, emangnya situ siapa nyuruh saya belanja. Lagi-lagi ini menjadi fenomena yang janggal bagi saya. Kalaupun saya mau membeli sesuatu ya sebab butuh bukan sebab dipaksa dan ada maunya. Saya dalam hal ini hanya membuatkan pengalaman saya saja dan mari kita jaga kenyamanan Jogja dengan baik. Semua sanggup dirubah asalkan kita sendiri mau berubah menajdi lebih baik.  
Gambar: tribunjogja

Sumber http://www.gurugeografi.id


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)