Wednesday, November 13, 2019

√ Makalah Prinsip-Prinsip Mencar Ilmu Dan Pembelajaran

Assalamu'alaikum Wr,Wb.
Sudah beberapa hari kemarin saya tidak memposting goresan pena lantaran adanya sebuah program yang menyita waktu saya, sehingga saya tidak sempat untuk menulis di blog ini. Oke lantaran belum ada nya ide untuk menulis apa, maka dari itu saya hanya membagikan sebuah makalah yang ditulis oleh teman-teman satu kelas di salah satu Universitas di Jakarta.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

BAB I
PENDAHAULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar yaitu suatu proses dan acara yang selalu dilakukan dan dialami insan semenjak insan di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja, sehingga menjadi remaja hingga keliang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Oleh alasannya yaitu itu, tidak lah heran kalau konsep berguru dan pemelajaran yang dahulu lebih ditekankan kepada istilah mengajar atau pengajaran, yang berfokus pada acara guru (teacher-centered) menuju pembelajaran yang berfokus kepada acara siswa (student-centered).
Sebenarnya, jauh sebelum istilah mengajar dipertentangkan dengan istilah pemebelajaran, filosof yunani, Seneca telah menyatakan bahwa acara mengajar tidak dapa dipisahkan dari acara mengajar lantaran sambil megajar  pada hakikatnya guru juga berguru atau pengajaran megajari guru.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pandangan wacana berguru dan pembelajaran dari banyak sekali aliran?
2.      Apa saja macam-macam prinsip pembelajaran berdasarkan aliran tersebut?
3.      Bagaimana sikap yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran terkait denga prinsip-prinsip tersebut?

C.    Tujuan Pnulisan
Untuk mengetahui pandangan wacana berguru dan pembelajaran dari banyak sekali aliran, macam-macam prinsip pembelajaran berdasarkan aliran tersebut, serta sikap yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran terkait dengan prinsip-prinsip tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pandangan Tentang Belajar dan Pembelajaran Dari Berbagai Aliran

a.       Teori Behaviorisme
Para hebat behaviorisme beropini bahwa berguru yaitu perubahan tingkah laris sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akhir adanya interaksi antara stimulus  dengan respon. Menurut teori ini, dalam berguru yang penting yaitu adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon.[1]
b.      Teori Konstruktivisme
            Belajar berdasarkan konstruktivisme yaitu suatu proses mengasimilasikan dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinnya, sehingga pengetahuannya sanggup dikembangkan.
Paham ini memandang bahwa subjek berguru mempunyai potensi dan karakternya masing-masing yang mesti dibuat sendiri dan dikembangkan sesuai dengan langkah-langkah yang mandiri.[2]
c.       Teori Kognitivisme
Menurut pandangan teori berguru Kognitif berguru lebih mementingkan proses berguru daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa sikap seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman wacana situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya.
Menurut pendekatan kognitif dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting dalam proses berguru yaitu pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya.[3]
d.      Teori Humanistik
            Menurut teori ini, proses berguru harus berhulu dan bermuara pada manusia. Teori ini lebih tertarik pada gagasan wacana berguru dalam bentuknya yang paling ideal daripada berguru menyerupai apa yang biasa diamati dalam dunia keseharian. Karena itu, teori ini bersifat eklektik artinya teori apapun sanggup dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” (mencaoai aktualisasi diri).[4]
2.      Macam-Macam Prinsip Pembelajaran Berdasarkan Pandanga Aliran-Aliran
Prinsip berguru berdasarkan aliran  behaviorisme, kognitivisme, maupun konstruktivisme, Sukmadinata memberikan prinsip berguru secara umum sedikit dikembangkan sebagai berikut:[5]
1.      Belajar merupakan bab dari perkembangan. Belajar dan berkembang dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya.
2.      Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning)
3.      Keberhasilan berguru dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta perjuangan dari individu secara aktif.
4.      Belajar meliputi semua aspek kehidupan.
5.      Kegiatan berguru berlangsug disembaranag daerah dan waktu.
6.      Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, baik dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
7.      Belajar yang terpola dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
8.      Perbuatan berguru berfariasi dari yang paling sederhana hingga dengan yang amat kompleks.
9.      Dalam berguru sanggup terjadi hambatan-hambatan.
10.  Dalam hal tertentu berguru memerlukan adanya tunjangan dan bimbingan dari orang lain terutama guru, orang tua, sahabat sebaya kompeten, dan yang lainnya.

Prinsip-prinsip berguru konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar-mengajar yaitu sebagai berikut:[6]
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b.      Pengetahuan tidak sanggup dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi semoga proses konstruksi berjalan lancar.
e.       Menghadapi duduk masalah yang relevan dengan siswa.
f.       Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.      Mencari dan menilai pendapat siswa
h.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

Seperti apakah ucapan Rasulullah dikala memberikan pesan-pesan keagamaan kepada umatnya?Bahasa yaitu alat komunikasi antar manusia.Dan kita telah menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam cara-cara orang berbicara. Ada yang berbicara anjang lebar, padahal gosip yang didapatkan sedikit saja, sementara ada yang mempunyai pengetahuan yang  banyak tetapi ia membutuhkan pengetahuan itu. Bahkan ada yang memperpanjang pembicaraan, sementara ia mengetahui bahwa hal itu sanggup diringkas tanpa menghilangan sedikit pun inti pembicaraannya.
Apa yang telah disebutkan diatas merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh pengajar untuk berkomunikasi dengan siswa. Cara-cara tersebut ternyata kita temukan pada diri Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah ra.
“Rasulullah tidak berbicara dengan sambung menyambung (nyerocos) menyerupai yang kalian lakukan ini.Akan tetapi pembicaraan Rasulullah terpisah-pisah dengan jeda. Jika seseorang menghitung kata-katanya, tentu ia sanggup menghitungnya. Sedangkan kalau Rasulullah mengucapkan satu kalimat, ia mengulanginya sebanyak tiga kali semoga sanggup diingat.”[7]
Dari uraian hadits diatas, terdapat beberapa prinsip yang sanggup dijadikan pelajaran bagi kita dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan keimanan dan adat terhadap anak, yaitu:
·         Motivasi, segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang sanggup menjadi pendorong kegiatan individu untuk melaksanakan suatu kegiatan mencapai tujuan.
·         Fokus; ucapannya ringkas, pribadi pada inti, pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga gampang dipahami.
·         Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga sanggup memperlihatkan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
·         Repetisi; senantiasa melaksanakan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya sanggup diingat atau dihafal.
·         Analogi langsung; menyerupai pada teladan perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga sanggup memperlihatkan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur.
·         Memperhatikan kergaman anak; sehingga sanggup melahirkan pemahaman yang berbedadan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan sanggup memotivasi siswa untuk terus berguru tanpa dihinggapi perasaan jenuh.
·         Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional, dan kinetik.
·         Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
·         Menumbuhkan kreativitas anak.
·         Berbaur dengan anak-anak, masyarakat, dan sebagainya.
·         Aplikasi; Rasulullah pribadi memperlihatkan pekerjaan kepada anak yang berbakat.
·         Doa, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut asma Allah.
·         Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang lapang dada lantaran Allah.[8]

3.      Perilaku Yang Perlu Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran

Perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut

Dalam citra kelas masa adepan, Gary Flewelling dan William Higginson menggambarkan kiprah guru sebagai berikut:[9]
1.      Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan social.
2.      Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari memepelajari dari suatu pokok bahasan.
3.      Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan.
 Pullias dan Young mengutarakan ada empat belas karakteristik yang menempel pada seorang guru yang unggul diantarnya:[10]
1.      Guru sebagai guru
2.      Guru sebagai teladan
3.      Guru sebagai penasihat
4.      Guru sebagai pemegang otoritas
5.      Guru sebagai pemabaru
6.      Guru sebagai pemandu
7.      Guru sebagai pelaksana kiprah rutin
8.      Guru sebagai insan visioner
9.      Guru sebagai pencipta
10.  Guru sebagai orang yang realistis
11.  Guru sebagai penutur kisah dan seorang actor
12.  Guru sebagai pembongkar kemah
13.  Guru sebagai penilai
14.  Guru sebagai peneliti
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Prinsip berguru berdasarkan aliran  behaviorisme, kognitivisme, maupun konstruktivisme, Sukmadinata memberikan prinsip berguru secara umum sedikit dikembangkan sebagai berikut:
Belajar merupakan bab dari perkembangan.Belajar dan berkembang dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya.
1.      Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning)
2.      Keberhasilan berguru dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta perjuangan dari individu secara aktif.
3.      Belajar meliputi semua aspek kehidupan.
4.      Kegiatan berguru berlangsug disembaranag daerah dan waktu.
5.      Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, baik dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
6.      Belajar yang terpola dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
7.      Perbuatan berguru berfariasi dari yang paling sederhana hingga dengan yang amat kompleks.
8.      Dalam berguru sanggup terjadi hambatan-hambatan.
9.      Dalam hal tertentu berguru memerlukan adanya tunjangan dan bimbingan dari orang lain terutama guru, orang tua, sahabat sebaya kompeten, dan yang lainnya.

Prinsip-prinsip berguru konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar-mengajar yaitu sebagai berikut:
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b.      Pengetahuan tidak sanggup dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi semoga proses konstruksi berjalan lancar.
e.       Menghadapi duduk masalah yang relevan dengan siswa.
f.       Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.      Mencari dan menilai pendapat siswa
h.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa























DAFTAR PUSTAKA


Suyono dan Hariyanto.Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Abdul, Majid. Perencanan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Eveline Siregar, Hartini Nara.  Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Agus N. Cahyo. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press. 2013.


[1] Suyono,dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 59
[2] Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hal. 34
[3] Suyono, dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 75
[4] Eveline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 34
[5] Suyono,dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 128-129
[6] Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hal. 50
[7] Abdul Majid, Perencanan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 129-130
[8]Ibid, hal 131
[9] Suyono, dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 188
[10]Ibid, hal. 189-205 

Sumber http://umin-abdilah.blogspot.com


EmoticonEmoticon