TUGAS BIMBINGAN KONSELING UNTUK
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Disusun Oleh :Zulfiadi
No Reg :1815118537
Kelas :PPGT
No Reg :1815118537
Kelas :PPGT
Dosen Pembimbing :
Dr. Asep Supena, M.pd
Dr. Asep Supena, M.pd
Pendidikan Guru Sekola Dasar ( PGSD )
Universitas Negeri Jakarta
Universitas Negeri Jakarta
1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti :Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot), mengelola (to manage. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “conseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti :Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer).
Berikut ini ialah pendapat dari para hebat perihal bimbingan :
1) Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa:
guidance is a process of helping individual through their own ffort to discover d develop their potentialisties both for personal happiness and social usefulness.
(bimbingan ialah proses membantu individu melalui benteng mereka sendiri untuk menemukan d mengembangkan mereka potentialisties baik untuk kebahagiaan pribadi dan kegunaan sosial )
(bimbingan ialah proses membantu individu melalui benteng mereka sendiri untuk menemukan d mengembangkan mereka potentialisties baik untuk kebahagiaan pribadi dan kegunaan sosial )
2) Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa:
“Bimbingan ialah proses dukungan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
3) Frank Parson (1951)
mengartikan bimbingan yaitu berupa dukungan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
4) Chiskolm
berpendapat bahwa bimbingan ialah membantu individu uuntuk lebih mengenal informasi perihal dirinya sendiri.
5) Bernard & Fullmer (1969)
mengemukakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi pribadi setiap individu.
6) Mathewson (1969)
mengartikan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses mencar ilmu yang sistematik.
7) Prayitno dan Erman Amti (2004)
mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian dukungan oleh orang yang hebat kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.
8) Winkel (2005)
memberikan definisi bimbingan ialah perjuangan melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi perihal dirinya sendiri.
9) Djumhur dan Moh. Surya (1975)
memberikan pandangannya perihal bimbingan sebagai suatu proses pemberian dukungan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan perkara yang dihadapinya.
10) Menurut Rochman Natawidjaja (1981)
Bimbingan ialah proses pemberian dukungan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut sanggup memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan sanggup bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian ia sanggup mengecap kebahagiaan hidupnya serta sanggup memperlihatkan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
11) Menurut Bimo Walgito (1982 : 11)
bimbingan ialah dukungan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, semoga individu atau sekumpulan individu-individu itu sanggup mencapai kesejahteraan hidupnya.
12) Menurut Miller (1961)
menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses dukungan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
13) Menurut Arthur J. Jones (1970)
mengartikan bimbingan sebagai "The help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing bisa membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis 2009:11).
14) Menurut Moegiadi (1970)
bimbingan berarti suatu proses pemberian dukungan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman perihal dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun planning sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
15) Menurut Andi Mappiare (1984)
berpendapat bahwa bimbingan merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan semoga klien sanggup mengambil taanggung jawab sendiri terhadap banyak sekali perkara atau perkara khusus (Winkel & Sri Hastuti 2007:35).
16) Menurut Surya (1988)
mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan ialah dukungan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).
17) Peters dan Shertzer (1974)
mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut, "Guidance, as used here and throughout this book, is defined simply as the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities". Dari definisi di atas terungkap pengertian bahwa bimbingan merupakan proses dukungan terhadap individu semoga ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia sanggup memanfaatkan potensi-potensinya (Sofyan S. Willis 2009:14).
18) Sofyan S. Willis (2009:13)
Bimbingan ialah proses dukungan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya.
19) Menurut United States Office of Education (Arifin, 2003),
memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memperlihatkan dukungan secara sistematis kepada penerima didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap banyak sekali bentuk problema yang dihadapinya, contohnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya semoga penerima didik mengetahui perihal diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
20) Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 perihal Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan dukungan yang diberikan kepada penerima didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
21) Menurut Donal G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) bahwa bimbingan adalah suatu upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu.
22) Sunaryo Kartadinata (1998) bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
23) Wisnu Pamuja Utama (2011) yaitu suatu proses bantuan yang terus menerus kepada individu agar mencapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat, yang pada akhirnya individu akan mencapai perkembangan yang optimal.
24) Menurut Abu Ahmadi (1991: 1) bimbingan ialah dukungan yang diberikan kepada individu (peserta didik) semoga dengan potensi yang dimiliki bisa mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi kendala guna menentukan planning masa depan yang lebih baik.
25) Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94) bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali banyak sekali informasi perihal dirinya sendiri.
26) Frank Parson (1951) Bimbingan merupakan dukungan yang diberikan kepada individu untuk sanggup memilih, mempersiapkan diri dan memangku jabatan, dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
kesimpulannya ialah bahwa bimbingan merupakan dukungan yang dilakukan oleh spesialis kepada individu atau beberapa orang dengan memperlihatkan pengetahuan embel-embel untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Setelah kita menyimpulkan definisi bimbingan dari beberapa ahli, kini kita juga akan mempelajari definisi konseling. Marilah kembali kita simak pendapat para ahli!
1) Menurut Prayitno dan Erman Amti(2004) konseling merupakan proses pemberian dukungan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh spesialis kepada individu yang sedang mengalami perkara yang bermuara pada teratsinya perkara yang dihadapi oleh individu tersebut.
2) Winkel (2005) beropini bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam perjuangan membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan semoga klien sanggup mengambil tanggung jawab sendiri terhadap banyak sekali perkara atau perkara khusus.
3) Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling meliputi pemahaman dan kekerabatan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut.
4) Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling ialah dukungan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan perkara kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.) dan menyetir (to steer). Beberapa hebat menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah atu jenis layanan bimbingan.
5) Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976; 19) Konseling ialah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya ia sanggup lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan perkara hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
6) Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang bekerjasama dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
7) Menurut Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, konseling merupakan interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laris klien.
8) Menurut Cavanagh, konseling merupakan “a relationship between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing ways.” [Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk mencar ilmu bekerjasama dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways)]
9) Menurut Mc. Daniel,1956 , konseling merupakan suatu pertemuan eksklusif dengan individu yang ditujukan pada pemberian dukungan kepadanya untuk sanggup menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.
10) Menurut Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling ialah pelayanan dukungan untuk penerima didik, baik secara perorangan maupun kelompok semoga berdikari dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui banyak sekali jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
11) Jones (Insano, 2004 : 11)konseling merupakan suatu kekerabatan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang kala melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga sanggup membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
12) Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101 Konseling ialah kekerabatan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui kekerabatan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang sanggup ia ciptakan dengan memakai potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli sanggup mencar ilmu bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
13) Saefudin & Abdul Bari (2002) Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematikdengan panduan komunikasi antar pribadi(komunikasi interpersonal), teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya ketika ini, perkara yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi perkara tersebut.
14) James F. Adam Pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya ia sanggup memahami dirinya dalam kekerabatan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang.
15) Burks dan Stefflre (1979) Konseling merupakan kekerabatan professional antara konselor terlatih dengan konseling.
16) Rogers (1971) Mendefinisikan konseling sebagai kekerabatan yang membantu (helping relationship).
17) The American Psychological Association, Division of Counseling Psychology, Committee on Definition (1956) Mendefinisikan konseling sebagai “ sebuah proses membantu individu untuk mengatasi masalah-masalahnya dalam perkembangan dan membantu mencapai perkembangan yang optimal dengan memakai sumber-sumber dirinya”
18) the National Conference of State Legislatures and the American Counseling Association
Konseling ialah suatu proses dimana konselor professional yang telah dilatih membentuk kekerabatan yang penuh dengan kepercayaan dengan orang yang membutuhkan bantuan.
Jadi disini saya simpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu dukungan yang diberikan oleh konselor kepada konseli semoga konseli bisa merampungkan perkara yang dihadapinya dan juga bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya se_optimal mungkin secara mandiri.
2. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling
Ruang Lingkup berarti persekitaran, sekitar yang ada dalam lingkungan.
A. Ruang Lingkup dari segi Pelayanan:
1) Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah;
i. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lain.
Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu;
- Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan dan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran yaitu keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi penerima didik.
- Bidang manajemen dan kepimpinan, yaitu bentuk-bentuk kegiatan perencanaan, pembiayaan, prasaraan dan saran fisik, dan pengawasan.
- Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi banyak sekali fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual.
ii. Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab, konselor menjadi ‘pelayan’ bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh.
2) Pelayanan Bimbingan Dan Konseling di Luar Sekolah
i. Bimbingan dan Konseling Keluarga
Mutu kehidupan di dalam masyarakat sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga. Pelayanan Bimbingan Konseling keluarga bertujuan menangani permasalahan dalam sesebuah keluarga menyerupai penceraian dan sebagainya.
ii. Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan Yang Lebih Luas
Permasalahan masyarakat juga berlaku di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor dan forum kerja lainnya serta organisasi masyarakat menyerupai panti jompo, rumah yatim piatu dan lain-lain yang tidak terlepas dari perkara dan memerlukan jasa bimbingan konseling.
B. Ruang Lingkup dari segi Fungsi: Memberi fasilitas dalam tindakan konseling (pada konselor)
Fungsi Bimbingan Konseling:
v Fungsi pemahaman
Dalam fungsi pemahaman. Terdapat beberapa hal yang perlu kita pahami, yaitu:
Pemahaman perihal perkara klien. Dalam pengenalan, bukan saja hanya mengenal diri klien, melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan klien.
Pemahaman perihal perkara klien
Pemahaman perihal lingkungan yang ”Lebih Luas”. Lingkungan klien ada dua, ada sempit dan luas. Lingkungan sempit yaitu kondisi sekitar individu yang secara eksklusif mensugesti individu, contohnya rumah kawasan tinggal, kondisi sosio ekonomi dan sosio emosional keluatga, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan yang lebih luas ialah lingkungan yang memperlihatkan informasi kepada individu, menyerupai informasi pendidikan dan jabatan bagi siswa, informasi promosi dan pendidikan kawasan lanjut bagi para karyawan, dan lain-lain.
v Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan ini berfungsi semoga klien tidak memasuki ketegangan ataupun gangguan tingkat lanjut dari hidupnya semoga tidak memasuki hal-hal yang berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu pengobatan yang rumit pula.
v Fungsi pengentasan
Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk mengental dengan memakai unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi konselor mengentas dengan memakai kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri.
v Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal yang merupakan pembawaan, maupun dari hasil penembangan yang telah dicapai selama ini. Dalam bimbingan dan konseling, funsi pemeliharaan dan pengembang dilaksanakan melalui banyak sekali peraturan,kegiatan dan program.
C. Ruang Lingkup dari segi Sasaran:
1) Perorangan / individual;
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu penerima didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, talenta dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2) Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memperlihatkan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.
D. Ruang Lingkup dari segi :
1) BK Pendidikan: Siswa, prestasi, pergaulan dll.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu penerima didik mengembangkan kemampuan mencar ilmu dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan mencar ilmu secara mandiri.
2) Bimbingan Konseling Karir: Pekerja, motivasi, dll
Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu penerima didik dalam memahami dan menilai informasi, serta menentukan dan mengambil keputusan karir.
E. Ruang Lingkup dari segi Sosial Budaya:
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu penerima didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan kekerabatan sosial yang sehat dan efektif dengan sobat sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3. PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
1) Prinsip-prinsip berkenaan dengan target layanan.
a) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.
b) Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan banyak sekali aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memperlihatkan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
2) Prinsi-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut imbas kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya imbas lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya perkara pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan jadwal layanan.
a) Bimbingan dan konseling merupakan potongan dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh lantaran itu jadwal bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan jadwal pendidikan serta pengembangan penerima didik
b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel diadaptasi dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi forum jadwal bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah hingga tertinggi
c) Terhadap isi dan pelaksanaan jadwal bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah
4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
a) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang alhasil bisa membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan
b) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan lantaran kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain
c) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga hebat dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
d) Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang bau tanah yang akan menentukan hasil bimbingan
e) Pengembangan jadwal pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan jadwal bimbingan dan konseling itu sendiri.
4. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut ialah :
1) Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan penerima didik (klien) yang menjadi target layanan, yaitu data atau keterangan yang dilarang dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2) Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan penerima didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan menyerupai itu.
3) Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki semoga penerima didik (klien) yang menjadi target layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memperlihatkan keterangan perihal dirinya sendiri maupun dalam mendapatkan banyak sekali informasi dan materi dari luar yang mempunyai kegunaan bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan penerima didik (klien). Agar penerima didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4) Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki semoga penerima didik (klien) yang menjadi target layanan sanggup berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi penerima didik untuk sanggup aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5) Asas Kemandirian; yaitu asas yang memperlihatkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu penerima didik (klien) sebagai target layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, bisa mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya bisa mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian penerima didik.
6) Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki semoga obyek target layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi penerima didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan mempunyai keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat penerima didik (klien) pada ketika sekarang.
7) Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki semoga isi layanan terhadap target layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8) Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki semoga banyak sekali layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, serasi dan terpadukan. Dalam hal ini, kolaborasi dan koordinasi dengan banyak sekali pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9) Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki semoga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus sanggup meningkatkan kemampuan penerima didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10) Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki semoga layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar hebat dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11) Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki semoga pihak-pihak yang tidak bisa menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara sempurna dan tuntas atas suatu permasalahan penerima didik (klien) kiranya sanggup mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat mendapatkan alih tangan perkara dari orang tua, guru-guru lain, atau hebat lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), sanggup mengalih-tangankan perkara kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam forum sekolah maupun di luar sekolah.
12) Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki semoga pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan sanggup membuat suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memperlihatkan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada penerima didik (klien) untuk maju.
5. TAHAPAN KERJA KONSELING
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap simpulan (tahap perubahan dan tindakan).
A. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai semenjak klien menemui konselor hingga berjalan hingga konselor dan klien menemukan perkara klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
v Membangun kekerabatan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun kekerabatan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
v Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika kekerabatan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus sanggup membantu memperjelas perkara klien.
v Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan perkara dan merancang dukungan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan banyak sekali alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi perkara yang dihadapi klien.
v Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa usang waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu mengembangkan kiprah antara konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya kiprah dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
B. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya ialah memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
v Menjelajahi dan mengeksplorasi perkara klien lebih dalam. Penjelajahan perkara dimaksudkan semoga klien mempunyai perspektif dan alternatif gres terhadap perkara yang sedang dialaminya.
v Konselor melaksanakan reassessment (penilaian kembali), bantu-membantu klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
v Menjaga semoga kekerabatan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi kalau :
v Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan perkara yang dihadapinya.
v Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan sanggup memperlihatkan pribadi yang jujur, tulus dan benar – benar peduli terhadap klien.
v Proses konseling semoga berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada ketika kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
C. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap simpulan ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
v Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
v Menyusun planning tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
v Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
v Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap simpulan ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya kecemasan klien; (2) perubahan sikap klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; (3) pemahaman gres dari klien perihal perkara yang dihadapinya; dan (4) adanya planning hidup masa yang akan tiba dengan jadwal yang jelas.
6. PENDEKATAN, TEKNIK, STRATEGI
A. Pengertian Pendekatan dan teknik dalam BK
Konselor penanganan masalah, tanpa didukung oleh penguasaan pendekatan, seni manajemen dan teknik-teknik konseling yang memadai, pasti dukungan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah (klien) tidak akan berjalan efektif.
Pengertian pendekatan berdasarkan istilah bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2002) ialah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) perjuangan dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan yang diteliti,. Strategi ialah planning yang cermat mengenai legiatan untuk mencapai target khusus. Sedangkan teknik ialah cara (kepandaian, ketrampilan dsb) membuat sesuatu atau melaksanakan sesuatu yang bekerjasama dengan hal yang dikerjakan; atau istilah lain ialah metode/sistim untuk mengerjakan sesuatu.
Memahami perihal pengertian di atas, maka penerapan pendekatan, seni manajemen dan teknik dalam proses bimbingan dan penyuluhan ialah proses perbuatan seseorang (konsekor) untuk bekerjasama dengan seseorang (klien) yang dilakukan secara dekat dalam rangka untuk menggali permasalahan dengan metode yang terencana secara cermat semoga memperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan
B. Macam-Macam Pendekatan Konseling
Dalam proses bimbingan dan konseling, sanggup dilakukan dengan banyak sekali Pendekatan dan Teknik. Dibawah ini disebutkan beberapa pendekatan dan teknik berdasarkan teori-teori yang dikemukkan oleh para ahli:
1. Pendekatan dan Teknik Konseling Menurut Gestalt (Pendekatan Konseling
Gestalt )
Gestalt )
a. Konsep Dasar
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa insan dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ menyerupai hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua potongan tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk mendapatkan tanggung jawab pribadi, mempunyai dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Makara hakikat insan berdasarkan pendekatan konseling ini ialah :
(1) tidak sanggup dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya,
(2) merupakan potongan dari lingkungannya dan hanya sanggup dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu,
(3) pemain drama bukan reaktor,
(4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya,
(5) sanggup menentukan secara sadar dan bertanggung jawab,
(6) bisa mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara ketika kini dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari ketika kini dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep perihal urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni meliputi perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan menyerupai dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan kini dengan cara-cara yang menghambat kekerabatan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan hingga ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
b. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt ialah membantu klien semoga berani mengahadapi banyak sekali macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah sanggup berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, sanggup berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan gres memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien semoga potensi yang gres dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt ialah sebagai berikut:
a. Membantu klien semoga sanggup memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
b. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
c. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
d. Meningkatkan kesadaran individual semoga klien sanggup beringkah laris berdasarkan prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul sanggup diatasi dengan baik.
c. Deskripsi Proses Konseling
Fokus utama konseling gestalt ialah terletak pada bagaimana keadaan klien kini serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh lantaran itu kiprah konselor ialah mendorong klien untuk sanggup melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan semoga klien mau mencar ilmu memakai perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk menentukan dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebetulnya terjadi pada dirinya sekarang.
Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melaksanakan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat.
Konselor semenjak awal konseling sudah mengarahkan tujuan semoga klien menjadi matang dan bisa menyingkirkan hambatan-hambatn yang mengakibatkan klien tidak sanggup berdiri sendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor ialah membantu klien untuk melaksanakan transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
Pada ketika klien mengalami tanda-tanda kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila, maka kiprah konselor ialah membuat perasaan klien untuk bangun dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya sanggup berkembang lebih optimal.
2. Pendekatan Konseling Menurut Psikoanalisis ( Pendekatan Konseling
Psikoanalisis )
Psikoanalisis )
a. Konsep Dasar
Freud beropini bahwa insan berdasar pada sifat-sifat:
(1) Anti rasionalisme
(2) Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme.
(3) Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga sikap merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan tadi. Libido atau eros mendorong insan ke arah pencarian kesenangan, sebagai lawan lawan dari Thanatos
(4) Semua insiden psikis ditentukan oleh insiden psikis sebelumnya.
(5) Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.
(6) Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id, ego, dan super ego
b. Tujuan Konseling
(1) Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri
(2) Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.
c. Deskripsi Proses Konseling
(1). Fungsi konselor
(a) Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis
(b) Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehingga klien dengan gampang sanggup memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai materi analisis.
(2). Langkah-langkah yang ditempuh :
(a) Menciptakan kekerabatan kerja dengan klien
(b) Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan
melaksanakan transferensi.
melaksanakan transferensi.
(c) Tilikan terhadap masa kemudian klien terutama pada masa kanak-kanaknya
(d) Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri
(e) Pengembangan kekerabatan transferensi klien dengan konselor.
(f) Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
(g) Menutup wawancara konseling
3. Pendekatan dan Teknik Konseling Menurut Behavioral
a. Konsep Dasar
Manusia ialah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memperlihatkan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola sikap yang kemudian membentuk kepribadian.
Tingkah laris seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laris dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum mencar ilmu :
(1) pembiasaan klasik;
(2) pembiasaan operan;
(3) peniruan.
Tingkah laris tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia sanggup diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral ialah :
(1) berfokus pada tingkah laris yang tampak dan spesifik,
(2) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling,
(3) mengembangkan mekanisme perlakuan spesifik sesuai dengan perkara klien, dan
(4) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
b. Tujuan Konseling
Mengahapus/menghilangkan tingkah laris maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laris gres yaitu tingkah laris adaptif yang diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam sikap yang spesifik :
(1) diinginkan oleh klien;
(2) konselor bisa dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut;
(3) klien sanggup mencapai tujuan tersebut;
(4) dirumuskan secara spesifik
Konselor dan klien bantu-membantu (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
c. Deskripsi Proses Konseling
Proses konseling ialah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses mencar ilmu tersebut.
Konselor aktif :
(1). Merumuskan perkara yang dialami klien dan memutuskan apakah konselor sanggup membantu pemecahannya atu tidak
(2). Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya perihal teknik-teknik yang dipakai dalam konseling
(3). Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
4. Pendekatan dan Teknik Konseling Rasional Emotif
a. Konsep Dasar
Manusia padasarnya ialah unik yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional insan akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional ialah akhir dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan mencar ilmu secara tidak logis yang diperoleh dari orang bau tanah dan budaya kawasan dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis memperlihatkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang sempurna memperlihatkan cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang sanggup diterima berdasarkan nalar sehat, serta memakai cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif perihal kepribadian sanggup dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laris individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap insiden luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akhir atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau kendala emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akhir eksklusif dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
b. Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan memakai mekanisme yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laris dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bantu-membantu oleh konselor dan klien.
Tugas konselor memperlihatkan bahwa:
(1). Masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional
(2) Usaha untuk mengatasi perkara ialah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi kiprah konselor :
(a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memperlihatkan dongeng dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan perkara klien secara langsung;
(b) memakai pendekatan yang sanggup memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk sanggup mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa pandangan gres irrasional itulah yang mengakibatkan kendala emosional pada klien;
(c) mendorong klien memakai kemampuan rasional dari pada emosinya;
(d) memakai pendekatan didaktif dan filosofis memakai humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
C. Teknik Konseling
Teknik-teknik konseling yang dilakukan dalam penanganan Bimbingan dan Konseling sanggup dikelompokkan sebagai berikut:
1. Teknik Konseling meneurut pandangan teori psikologi:
a. Teknik Konseling Gestalt
Hubungan personal antara konselor dengan klien merupakan inti yang perlu diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik yang dilaksanakan selama proses konseling berlangsung ialah merupakan alat yang penting untuk membantu klien memperoleh kesadaran secara penuh.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
(1) Penekanan Tanggung Jawab Klien,
konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan semoga klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
(2) Orientasi Sekarang dan Di Sini,
dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa kemudian atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa kemudian tidak penting. Masa kemudian hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah bertanya “mengapa”.
(3) Orientasi Eksperiensial,
konselor meningkatkan kesadaran klien perihal diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali dirinya:
(a) klien mempergunakan kata ganti personal klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan;
(b) klien mengambil kiprah dan tanggung jawab;
(c) klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya
(4) Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, contohnya :
(a) kecenderungan orang bau tanah lawan kecenderungan anak;
(b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh;
(c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
(d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung;
(e) kecenderungan berpengaruh atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui obrolan yang kontradiktif ini, berdasarkan pandangan Gestalt pada alhasil klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan obrolan ini sanggup dilaksanakan dengan memakai teknik “kursi kosong”.
(5) Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien semoga mengakui dan mendapatkan perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun sepertinya mekanis, tetapi berdasarkan Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
(6) Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melaksanakan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
(7) Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laris tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan kiprah yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan kiprah “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
(8) Tetap dengan Perasaan
Teknik sanggup dipakai untuk klien yang memperlihatkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang seram dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya kini dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laris dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih gres tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
b. Teknik Konseling Psikoanalisis
(1). Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas yaitu teknik dengan mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien gampang mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini ialah semoga klien mengungkapkan pengalaman masa kemudian dan menghentikan emosi-emosi yang bekerjasama dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
(2). Analisis mimpi
Analisis mimpi yaitu teknik mengarahkan klien diminta untuk mengungkapkan perihal banyak sekali insiden dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini dipakai untuk menyelidiki masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi ialah lantaran pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
(3). Interpretasi
Interpretasi yaitu teknik mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien perihal makna sikap yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
(4). Analisis resistensi;
Resistensi yaitu teknik konseling dengan cara penolakan. Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
(5). Analisis transferensi.
Analisis transferensi yaitu teknik konseling dengan mengalihkan perasaan dan harapan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa kemudian terkait dengan cinta, secualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa kini dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mengasihi konselor. Konselor memakai sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif semoga bisa terungkap tranferensi tersebut.
c. Teknik-teknik Konseling Behavioral
(1). Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya ialah layak atau benar. Latihan ini terutama mempunyai kegunaan di antaranya untuk membantu individu yang tidak bisa mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang dipakai ialah dengan permainan kiprah dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga sanggup diterapkan dalam latihan asertif ini.
(2). Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan dukungan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini ialah menghilangkan tingkah laris yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laris yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki sanggup dihilangkan secara bertahap. Makara desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang dipakai untuk menghapus tingkah laris yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laris yang akan dihilangkan.
(3). Pengkondisian Aversi
Teknik ini sanggup dipakai untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien semoga mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laris yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laris yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
(4). Pembentukan Tingkah laris Model
Teknik ini sanggup dipakai untuk membentuk tingkah laris gres pada klien, dan memperkuat tingkah laris yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor memperlihatkan kepada klien perihal tingkah laris model, sanggup memakai model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laris yang hendak dicontoh. Tingkah laris yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran sanggup berupa kebanggaan sebagai ganjaran sosial.
d. Teknik Konseling Rasional Emotif
Pendekatan konseling rasional emotif memakai banyak sekali teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang diadaptasi dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain ialah sebagai berikut:
(1). Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
(a) Assertive adaptive
Teknik yang dipakai untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laris yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
(b) Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan banyak sekali jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien sanggup secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui kiprah tertentu.
(c) Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laris tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
(2). Teknik-teknik Behavioristik
(a) Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laris yang lebih rasional dan logis dengan jalan memperlihatkan kebanggaan verbal (reward) ataupun eksekusi (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memperlihatkan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
(b) Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laris gres pada klien. Teknik ini dilakukan semoga klien sanggup hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan perkara tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
(3). Teknik-teknik Kognitif
(a) Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laris yang diharapkan.
Dengan kiprah rumah yang diberikan, klien diharapkan sanggup mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan kiprah yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
(b) Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laris tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau menggandakan model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan assertive ialah :
- mendorong kemampuan klien mengekspresikan banyak sekali hal yang bekerjasama dengan emosinya;
- membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
- mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan
- meningkatkan kemampuan untuk menentukan tingkah laku-tingkah laris asertif yang cocok untuk diri sendiri.
2. Teknik Umum Konseling
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim dipakai dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya :
a. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga sikap menghampiri klien yang meliputi komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik sanggup :
(1). Meningkatkan harga diri klien.
(2) Menciptakan suasana yang aman
(3) Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh sikap attending yang baik :
(a) Kepala : melaksanakan anggukan kalau setuju
(b) Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
(c) Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk bersahabat berhadapan atau berdampingan.
(d) Tangan : variasi gerakan tangan/lengan impulsif berubah-ubah, memakai tangan sebagai isyarat, memakai tangan untuk menekankan ucapan.
(4) Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, membisu (menanti ketika kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh sikap attending yang tidak baik :
(a) Kepala : kaku
(b) Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat ketika klien sedang bicara, mata melotot.
(c) Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang bersahabat dan berpaling.
(5) Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik membisu untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
(6) Perhatian : terpecah, gampang buyar oleh gangguan luar.
b. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk mencicipi apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau perihal klien. Empati dilakukan sejalan dengan sikap attending, tanpa sikap attending tidak mungkin terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
1) Empati primer, yaitu bentuk tenggang rasa yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan semoga klien sanggup terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapan tenggang rasa primer :” Saya sanggup mencicipi bagaimana perasaan Anda”. ” Saya sanggup memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
2) Empati tingkat tinggi, yaitu tenggang rasa apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien lantaran konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
Contoh ungkapan tenggang rasa tingkat tinggi : Saya sanggup mencicipi apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
c. Refleksi
Refleksi ialah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien perihal perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap sikap verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
1) Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk sanggup memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap sikap verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan ialah ….”
2) Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap sikap verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
3) Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap sikap verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
d. Eksplorasi
Eksplorasi ialah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan lantaran banyak klien menyimpan belakang layar batin, menutup diri, atau tidak bisa mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
(1) Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk sanggup menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan galau yang dimaksudkan ….”
(2) Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : ” Saya yakin Anda sanggup menjelaskan lebih lanjut pandangan gres Anda perihal sekolah sambil bekerja”.
(3) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien.
Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh perihal pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
e. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) ialah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang gampang dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing ialah :
(1) untuk menyampaikan kembali kepada klien bahwa konselor bersama ia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien;
(2) mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ;
(3) memberi arah wawancara konseling; dan
(4) pengecekan kembali persepsi konselor perihal apa yang dikemukakan klien.
Contoh obrolan :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
f. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa semoga mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya sanggup dipakai teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak memakai kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, kalau ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? ”
g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus memakai pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu sanggup pula dipakai pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
(1) mengumpulkan informasi;
(2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan
(3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh obrolan :
Klien : ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti mencar ilmu kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
h. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal ialah teknik untuk memperlihatkan suatu dorongan eksklusif yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan memakai ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus….dan…
Tujuan dorongan minimal semoga klien terus berbicara dan sanggup mengarah semoga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada ketika klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada ketika klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada ketika konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh obrolan :
Klien : ” Saya putus asa… dan saya nyaris… ” (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad bunuh diri”
Konselor: ” lalu…”
i. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memperlihatkan acuan pandangan semoga klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil acuan gres tersebut.
Contoh obrolan :
Klien : ” Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang bau tanah merupakan bakti saya pada keluarga, lantaran adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMTA pada masa kini ialah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar menyerupai Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan insan Indonesia yang berkualitas. Membantu orang bau tanah memang harus, namun mungkin disayangkan kalau orang menyerupai Anda yang tergolong akan meninggalkan SMTA”.
j. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melaksanakan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain kiprah dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak sanggup lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda kalau memarahi Anda.”
k. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara ialah untuk :
(1) memperlihatkan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicacakan;
(2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap;
(3) meningkatkan kualitas diskusi;
(4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh :
” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya kalau simpulkan dulu semoga semakin terperinci hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah hingga pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada kendala yang akan hadapi, yaitu : sikap orang bau tanah Anda yang menginginkan Anda segera merampungkan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”
Selain teknik konseling secara umum yang telah disebut di atas, ada juga teknik konseling yang lain di antaranya adalah:
a. Memimpin (leading)
Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan konseling .
Contoh obrolan :
Klien :” Saya mungkin berfikir juga perihal perkara kekerabatan dengan pacar. Tapi bagaimana ya?”
Konselor : ” Sampai ini kepedulian Anda tertuju kuliah kuliah sambil bekerja. Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk dalam kerangka kepedulian Anda juga ?”
b. Fokus
Yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Pada umumnya dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh lantaran itu, konselor seyogyanya sanggup membantu klien semoga ia sanggup menentukan apa yang fokus masalah. Misalnya dengan menyampaikan :
” Apakah tidak sebaiknya kalau pokok pembicaraan kita berkisar dulu soal kekerabatan Anda dengan orang bau tanah yang kurang serasi ”.
Ada beberapa yang sanggup dilakukan, diantaranya :
1. Fokus pada diri klien. Contoh : ” Tanti, Anda tidak yakin apa yang akan Anda lakukan ”.
2. Fokus pada orang lain. Contoh : ” Roni, telah membuat kau menderita, Terangkanlah perihal ia dan apa yang telah dilakukannya ?”
3. Fokus pada topik. Contoh : ” Pengguguran kandungan ? Kamu memikirkan pengguguran ? Pikirkanlah masak-masak dengan banyak sekali pertimbangan”.
4. Fokus mengenai budaya. Contoh: ” Mungkin budaya mengalah dan mengalah pada laki-laki harus diatas sendiri oleh kaum wanita. Wanita tak boleh menjadi obyek laki-laki.”
c. Konfrontasi
Yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, pandangan gres awal dengan pandangan gres berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya ialah :
(1) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur;
(2) meningkatkan potensi klien;
(3) membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau pertentangan dalam dirinya.
Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan :
(1) memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu yang tepat;
(2) tidak menilai apalagi menyalahkan;
(3) dilakukan dengan sikap attending dan empati.
Contoh obrolan :
Klien : ” Saya baik-baik saja”.(suara rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah).”
Konselor :” Anda menyampaikan baik-baik saja, tapi kelihatannya ada yang tidak beres”. ”Saya melihat ada perbedaan antara ucapan dengan kenyataan diri ”.
d. Menjernihkan (Clarifying)
Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang terperinci dan agak meragukan. Tujuannya ialah :
(1) mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis,
(2) semoga klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.
Contoh obrolan :
Klien : ” Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu.”
Konselor : ”Bisakah Anda menjelaskan perkara pokoknya ? Misalnya kiprah ayah, ibu, atau saudara-saudara Anda.”
e. Memudahkan (facilitating)
Yaitu teknik untuk membuka komunikasi semoga klien dengan gampang berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Contoh :
” Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, lantaran saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
f. Diam
Teknik membisu dilakukan dengan cara attending, paling usang 5 – 10 detik, komunikasi yang terjadi dalam bentuk sikap non verbal. Tujuannya adalah:
(1) menanti klien sedang berfikir;
(2) sevagai protes kalau klien ngomong berbelit-belit;
(3) menunjang sikap attending dan tenggang rasa sehingga klien babas bicara.
Contoh obrolan :
Klien :”Saya tidak senang dengan sikap guru itu”
Konselor :”…………..” (diam)
Klien :” Saya..harus bagaimana.., Saya.. tidak tahu..
Konselor :”…………..” (diam)
g. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam merampungkan diskusi. Teknik ini bertujuan :
(1) mengambil inisiatif kalau klien kurang semangat;
(2) kalau klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan;
(3) kalau klien kehilangan arah pembicaraan.
Contoh:
” Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. Coba Anda renungkan kembali”.
h. Memberi Nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan kalau klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga semoga tujuan konseling yakni kemandirian klien harus tetap tercapai.
Contoh respons konselor terhadap seruan klien : ” Apakah hal menyerupai ini pantas saya untuk memberi nasehat Anda ? Sebab, dalam hal menyerupai ini saya yakin Anda lebih mengetahuinya dari pada saya.”
i. Pemberian informasi
Sama halnya dengan nasehat, kalau konselor tidak mempunyai informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa ia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya, sebaiknya tetap diupayakan semoga klien mengusahakannya.
Contoh :
” Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, saya sarankan Anda bisa eksklusif bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke situs www.upi.com di internet”.
j. Merencanakan
Teknik ini dipakai menjelang simpulan sesi konseling untuk membantu semoga klien sanggup membuat planning tindakan (action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.
Contoh :
” Nah, apakah tidak lebih baik kalau Anda mulai menyusun planning yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita semenjak tadi ”
k. Menyimpulkan
Teknik ini dipakai untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :
(1) bagaimana keadaan perasaan klien ketika ini, terutama mengenai kecemasan;
(2) memantapkan planning klien;
(3) pemahaman gres klien; dan
(4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, kalau dipandang masih perlu dilakukan konseling lanjutan.
3. Teknik Khusus Konseling
Dalam konseling, di samping memakai teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu sanggup memakai teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari banyak sekali pendekatan konseling, menyerupai pendekatan Behaviorisme, Rational Emotive Theraphy, Gestalt dan sebagainya
Di bawah disampaikan beberapa teknik – teknik khusus konseling, yaitu :
a. Latihan Asertif
Teknik ini dipakai untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya ialah layak atau benar. Latihan ini terutama mempunyai kegunaan di antaranya untuk membantu individu yang tidak bisa mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang dipakai ialah dengan permainan kiprah dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga sanggup diterapkan dalam latihan asertif ini.
b. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan dukungan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini ialah menghilangkan sikap yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan sikap yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki sanggup dihilangkan secara bertahap. Makara desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang dipakai untuk menghapus sikap yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan sikap yang akan dihilangkan.
c. Pengkondisian Aversi
Teknik ini sanggup dipakai untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien semoga mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya sikap yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara sikap yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
d. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini sanggup dipakai untuk membentuk Perilaku gres pada klien, dan memperkuat sikap yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor memperlihatkan kepada klien perihal sikap model, sanggup memakai model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis sikap yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran sanggup berupa kebanggaan sebagai ganjaran sosial.
e. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, contohnya :
Kecenderungan orang bau tanah lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan berpengaruh atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui obrolan yang kontradiktif ini, berdasarkan pandangan Gestalt pada alhasil klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan obrolan ini sanggup dilaksanakan dengan memakai teknik “kursi kosong”.
f. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien semoga mengakui dan mendapatkan perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun sepertinya mekanis, tetapi berdasarkan Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
g. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melaksanakan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
h. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan sikap tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan kiprah yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan kiprah “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
i. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini sanggup dipakai untuk klien yang memperlihatkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang seram dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya kini dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laris dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih gres tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
j. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola sikap yang diharapkan. Dengan kiprah rumah yang diberikan, klien diharapkan sanggup mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan kiprah yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
k. Adaptive
Teknik yang dipakai untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan sikap yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
l. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan banyak sekali jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien sanggup secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui kiprah tertentu.
m. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model sikap tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
KODE ETIK BK
Kode etik ialah pola ketentuan / aturan / tata cra yang menjadi pedoman menjalani kiprah dan kegiatan suatu profesi.
Di samping rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumusakan oleh ikatan petugas bimbingan Indonesia, yaitu:
1. Pembimbing menghormati harkat klien.
2. Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
3. Pembimbing tidak membedakan klien.
4. Pembimbing sanggup menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-kekurangannya dan perasangka-prasangka pada dirinya.
5. Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan sabar.
6. Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada klien.
7. Pembimbing mempunyai sifat tanggung jawab terhadab forum ataupun orang yang dilayani.
8. pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik ungkin.
9. pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai perihal tingkah laris orang , serta tehnik dan mekanisme layanan bimbingan guna memperlihatkan layanan sebaik-baiknya.
10. seluruh catatan perihal klien bersifat rahasia.
11. suatu tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang berwenang memakai dan menafsirkan hasilnya.
Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling ialah sebagai berikut:
1. Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan kinseling.
2. pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik.
3. pekerjaan pembimbing harus harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat menyimpan belakang layar klien
b. Menunjukkan penghargaan yang sama pada banyak sekali macam klien.
c. Pembimbing tidak diperkjenan memakai tena pembantu yang tidak ahli.
d. Menunjukkan sikap hormat kepada klien
e. Meminta dukungan alhi diluar kemampuan stafnya.
7. DATA BIMBINGAN KONSELING
Untuk sanggup memperlihatkan pelayanan bimbingan dan konsling yang efektif dan efisien, seorang konselor harus memahami kliennya/ penerima didik secara utuh, dan memahami pula kondisi lingkungannya sepenuhnya, pemahaman yang utuh perihal klien/ penerima didik dan kondisi lingkungannya akan sanggup diperoleh dari data perihal kondisi klien dan lingkungannya maka hal-hal yang menyangkut dengan data adalah.
1. Jenis data
Pada dasarnya ada dua jenis data yang perlu dikumpulkan dalam rangka pemberian pelayanan bimbingan dan konsling yang efektif dan efisien, yaitu data perihal pribadi penerima didik dan data perihal lingkungan.
Data Pribadi
Data pribadi penerima didik ialah berupa, data perorangan yaitu data yang dikumpulkan dari masing-masing penerima didik dari data pribadi sanggup diperoleh pemahaman perihal keunikan pribadi masing-masing penerima didik, sebagaiman firman Allah swt ( Q.S Al-isra’ : 84 )
artinya : katakanlah, tiap-tiap orang berbuat berdasarkan keadaanya masing-masing.
(Q.S Al-isra’: 84 )
Dari ayat ini sanggup dipahami bahwa setiap individu mempunyai perbedaan dalam kesiapan dan kemampuan phisik dan intelektual, yang sekaligus akan melahirkan perbedaan pula dari segi kemampuan bekerja, memperoleh rezeki, meraih ilmu pengetahuan, mengkaji kebenaran dan keadilan, oleh lantaran setiap siswa mempunyai keunikan pribadi masing-masing, maka guru/konselor harus pula memperlakukan mereka sesuai dengan kesiapan dan kemampuan intelektual yang mereka miliki, hal ini sesuai dengan perkataan Ali Bin Abi Thalib
“ Bicaralah kepada insan sesuai dengan apa yang mereka ketahui ( appersepsi ). Apakah kau suka kalau Allah dan Rasul-nya didustakan ? ( Abdurrahman An-Nahlawy
Untuk memperoleh pemahaman yang utuh perihal keunikan pribadi setiap penerima didik diharapkan data sebagai berikut :
Data kenal diri ( Nama, jenis kelamin, kawasan dan tanggal lahir dll.)
Data perihal keluarga ( orang tua, jumlah saudara, keadaan sosial dan ekonomi dll )
Data tentang perkembangan kesehatan ( perkembangan phisik dan psikis )
Data perihal pendidikan dan hasil mencar ilmu ( riwayat sekolah, angka rapor dll )
Data perihal kecerdasan, bakat, minat, aspirasi, dan cita-cita
Data perihal keadaan lingkungan, kegiatan luar sekolah, penyesuaian sosial, nilai-nilai dan sikap.
Data perihal kematangan emosional dan kebiasaan sehari-hari.
Data perihal masalah-masalah yang dihadapi
Data perihal lingkungan
Selain dari data pribadi, dalam pelaksanaan jadwal bimbingan dan konsling ini diharapkan juga data perihal lingkungan, data perihal lingkungan ini sangat mempunyai kegunaan dalam rangka memperlihatkan informasi dan klarifikasi kepada para penerima didik, disamping itu data perihal lingkungan ini juga diharapkan untuk membantu siswa dalam proses penyesuaian diri, penerima didik memerlukan banyak sekali informasi perihal lingkungan, khususnya lingkungan yang berkaitan erat dengan jadwal dan kegiatan pendidikan, minat, dan impian penerima didik.
Adapun data perihal lingkungan yang perlu dikumpulkan, meliputi:
a) Data perihal informasi pendidikan meliputi jenis jadwal kurikulum, sistem mencar ilmu dll.
b) Data perihal informasi jabatan/pekerjaan, meliputi jenis-jenis jabatan, kesempatan dan syarat-syarat bekerja dll.
c) Data perihal lingkungan sosial, meliputi adat istiadat, norma dan nilai-nilai, lembaga/ organisasi sosial dll
Dengan adanya data perihal lingkungan ini maka seorang konselor/guru pembimbing sanggup memperlihatkan informasi yang terperinci kepada para penerima didiknya, sehingga dengan demikian para penerima didik sanggup terhindar dari keraguan, kesulitan dan perbuatan tercela.
Dengan pemahaman yang utuh perihal pribadi penerima didik dan pengetahuan yang luas perihal kondisi lingkungan, konselor/guru pembimbing diharapkan sanggup membantu para penerima didik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal ke arah tujuan yang diharapkan.
2. Sumber data
Untuk mendapat data yang diperlukan, baik data pribadi maupun data perihal lingkungan diharapkan sumber data yang sanggup dipercaya. Yang dimaksud dengan sumber data disini ialah pihak-pihak yang sanggup memperlihatkan keterangan data yang diperlukan, sumber data itu ada yang primer dan ada pula yang sekunder.
Sumber data primer atau langsung ialah apabila suatu data atau keterangan diperoleh eksklusif dari indifidu yang bersangkutan, contohnya : data perihal pribadi seseorang penerima didik diperoleh eksklusif dari penerima didik yang bersangkutan.
Sedangkan sumber data sekunder atau tidak eksklusif ialah data yang diperoleh dari pihak-pihak lain, contohnya : data perihal siswa A, diperoleh dari orang bau tanah atau dari sobat dekatnya.
Kedua macam sumber data itu dipakai untuk memperoleh data yang otentik
3. Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data pribadi dan data perihal lingkungan dari banyak sekali sumber data yang telah dikemukakan pada uraian di atas sanggup dipakai dua macam teknik yaitu teknik tes dan teknik non tes.
(1) Teknik Tes
Data yang dikumpulka dengan memakai teknik ini ialah data pribadi yang bersifat kemampuan potensial atau kemampuan dasar berupa: kecerdasan, bakat, minat, dll, disamping kemampuan dasar, teknik tes juga dipakai untuk mengungkapkan kemampuan hasil mencar ilmu penerima didik baik melalui tes yang terstandarisasi, maupun melalui ujian / tes buatan guru.
(2) Teknik Non Tes
Teknik Non Tes lebih sesuai dipakai untuk menilai aspek tingkah laku, sikap, minat, perhatian, karakteristik, adapun beberapa instrument pengumpul data yang tergolong Non Tes ialah sebagai berikut :
a) Wawancara
wawancara merupakan instrument pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengemukakan pertanyaan kepada klien secara verbal dan dijawab pula oleh klien secara lisan, untuk sanggup melaksanakan wawancara dengan baik koselor/guru pembimbing hendaklah sanggup menciptakn suatu situasi yang bebas, terbuka dan menyenangkan, sehingga klien yang diwawancarai sanggup dengan bebas dan terbuka memperlihatkan keterangan yang diharapkan secara gamlang, begitu juga dengan pertnyaan-pertanyaan yang diajukan diharapkan tersusun dengan baik sehingga sanggup dengan gampang dipahami dan sanggup pula dijawab dengan baik oleh individu yang diwawancarai.
b) Angket
Apabila dalam wawancara, tanya jawab antara pewawancara dengan responden dilaukan secara lisan, maka dalam angket, tanya jawab tersebut dilakukan secara tertulis, dalam hal ini, data yang ingin dikumpulkan dijabarkan di dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis, dan responden menjawab pertanyaan itu secara tertulis pula, dengan memakai angket sanggup diperoleh data perihal keadaan, data priadi, pengalaman, pengetahuan dan pendapat dll
c) Pengamatan (observasi )
Pengamatan merupakan teknik untuk merekam secara eksklusif atau tidak eksklusif insiden atau kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi, pengamatan yang berencana biasanya dilakukan dengan persiapan yang sistematis baik mengenai waktunya, alat yang akan dipakai maupun aspek-aspek yang diamati, kalau pengamatan ini dilakukan dengan cermat dan hati-hati, maka akan diperoleh data obyektif, oleh lantaran itu semoga data yang dikumpulkan itu sanggup dicatat dengan sebaik-baiknya dan perlu dipersiapkan pedoman pengamatan dalam bentuk menyerupai catatan kecil.
d) Periksaan fisik dan kesehatan
Data perihal keadaan fisik dan kesehatan cukup penting untuk menunjang menjang kegiatan pendidikan di sekolah yang membutuhkan penggunaan energi serta ketahanan fisik tertentu oleh lantaran itu investigasi secara medis hendaknya sanggup dilakukan oleh para hebat kesehatan menyerupai : dokter, perawat dll, investigasi penglihatan, pendengaran, serta penyakit-penyakit tertentu hendaknya dilakukan secara terencana oleh petugas-petugas kesehatan.
e) Inventori
Inventori merupakan suatu alat untuk menyingkap keadaan pribadi siswa, data keadaan pribadi yang sanggup diungkap melalui inventori ini antara lain: minat, kebiasaan, sikap, kegiatan sehari-hari.
f) Analisis hasil belajar
Hasil mencar ilmu yang diperoleh siswa merupakan data yang amat penting, yang sanggup dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk memperlihatkan /merencanakan pemberian pelayanan bimbingan dan konsling kepada penerima didik, pada umumnya hasil mencar ilmu yang diperoleh oleh penerima didik sanggup memperlihatkan petunjuk perihal kesulitan mencar ilmu yang dialami contohnya : siswa yang memperoleh nilai rendah dari pada rata-rata kelas sanggup diperkirakan bahwa ia mengalami kesulitan dalam belajar.
g) Riwayat hidup dan catatan harian
Riwayat hidup dan catatan harian penerima didik sanggup merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data, dalam riwayat hidup dan catatan harian ini akan ditemukan banyak sekali insiden yang pernah dialami, dan segala sesuatu yang merupakan cita-citanya, dengan membaca catatan harian atau riwayat hidup penerima didik/ klien sanggup diketahui dinamika kehidupan penerima didik atau klien sehari-hari
4. Himpunan data
Semua data yang telah dikumpulkan dengan banyak sekali teknik pengumpulan data di atas, kemudian disimpan dan dihimpun dalam himpunan data
( cumulative record ) yang mantap terutama sekali forum pendidikan dasar, dan menengah ( SD-SLTA ) Dikatakan demikian lantaran pada usia-usia tersebut penerima didik sedang berada pada tahap perkembangan yang membutuhkan perhatian yang serius.
Dalam penyimpanan dan pemeliharaan data ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Kesistematisan data
Dalam penyimpanan, pemeliharaan data ini perlu diperhatikan azas kesederhanaan, kemudahan, kesinambungan sehingga kalau suatu kali data diharapkan sanggup ditemukan dengan gampang dan kalau ada embel-embel data yang gres sanggup pula dimasukan dengan cepat, penyimpanan data ini sanggup memakai buku, file, map, ataupun komputer.
b) Kerahasiaan data
Data pribadi yang bersifat rahasia, selain sanggup dipergunakan oleh guru pembimbing atau koselor juga sanggup dipakai oleh pihak lain yang memerlukanya, sebaiknya data yang berdasarkan pertimbangan guru pembimbing /koselor harus dijaga kerahasiannya data semoga tidak menghilangkan kepercayaan penerima didik /klien terhadap guru pembimbing / konselor dalam hal ini hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang boleh mengetahui isi himpunan data tersebut.
c) Kedinamisan data
Data yang disimpan dalam himpunan data harus bersifat dinamis, dinamis disini mengandung arti pengertian bahwa data itu hanya dipakai untuk kepentingan penerima didik / klien yang bersangkutan, kepentingan disini juga kepentingan yang menguntungkan penerima didik / klien bukan merugikan atau sanggup merusak gambaran klien /peserta didik di kemudian hari.
Misalnya : laporan atau catatan /anekdot bahwa seorang siswa berjulukan A kedapatan berlaku tidak jujur ( menyontek ) dalam suatu ujian, berkelahi, merokok, dll laporan data menyerupai ini tidak perlu disimpan atau dipertahankan terus menerus, bila siswa yang bersangkutan telah menyadari kekeliruanya dan secara mantap telah merubah sikap dan sikap yang tidak baik tersebut, maka catatan atau data tersebut harus segera dimusnahkan, sehingga dengan demikian data yang dihimpun tersebut sanggup menunjang perkembangan dan kepentingan siswa tersebut.
Sumber http://zulfiaditrumon.blogspot.com
EmoticonEmoticon