PENGERTIAN METODE SAS
Metode Sturuktur Analisis Sintesis (SAS) merupakan metode yang dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum Dan Metode Mengajar) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini terutama dikembangkan dalam pengajaran membaca dan menulis di SD meskipun di kembangkan pula di tingkat sesudahnya dan dalam mata pembelajaran lainya.
Dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut : (a) strukutur, menampilkan keseluruhan, (b) analisis, melaksanakan proses penguraian, (c) sintesis, melaksanakan penggabungan kembali pada struktur semula
Linda Puspita, dkk (2000: 24) menyatakan bahwa, metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca bagi siswa pemula. Pembelajaran membaca dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membanguan konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jikalau struktur kalimat yang disajikan sebagai materi pembelajaran membaca dengan metode ini yaitu struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum acara belajar-mengajar (KBM) membaca yang bekerjsama dimulai, guru sanggup melaksanakan pra-KBM melalui aneka macam cara. Sebagai contoh, guru sanggup memanfaatkan gambar, benda nyata, tanya jawab in-formal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi membaca dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
Kemudian, melalui proses analitik, bawah umur diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Dengan demikian, proses penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran membaca dengan metode SAS, mencakup : (1). kalimat menjadi kata-kata, (2), kata menjadi suku-suku kata, dan (3) suku kata menjadi huruf-huruf.
Metode SAS bersumber dari ilmu jiwa Gestalt, suatu aliaran dalam ilmu jiwa totalitas yang timbul sebagai reaksi atas ilmu jiwa unsur. Psikologi Gestalt menganggap segala penginderaan dan kesadaran sebagai suatu keseluruhan. Artinya, keseluruhan lebih tinggi nilaianya dari pada jumlah bab masing-masing. Jadi, pengamatan pertama atau penglihatan orang-orang atas sesuatu bersifat menyeluruh atau global.
A. Landasan metode SAS
Subana, (Tanpa tahun: 178-180) Pengembangan metode SAS dilandasi oleh filsafat strukturalisme, psikologi gestalt, landasan pedagogik, dan landasan kebahasaan.
(a) Landasan filsafat strukturalisme
Filsafat strukruralisme merupakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia merupakan suatau struktur yang terdiri atas aneka macam komponen yang terorganisasikan secara teratur. Setiap komponen terdiri atas bab yang lebih kecil, yang satu dengan yang lainnya saling bekaitan. Karena merupakan suatu sistem yang berstruktur, bahasa sesuai dengan pandangan dan prinsip strukturalisme.
(b) Landasan psikologi Gastalt
Psikologi Gestalt merumuskan bahwa menulis mengenal sesuatu di luar dirinya melalui bentuk keseluruhan ( totalitas ). Penganggapan insan terhadap sesuatu yang berada di luar dirinya mula-mula secara global, kemudian mengenali bagian-bagiannya. Makin sering seseorang mengamati suatu bentuk, makin tampak pula dengan terang bagian-bagiannya. Penyadaran insan atas bagian-bagian dari totalitas bentuk itu merupakan proses analisis sintesis. Jadi, proses analisis sintesis dalam diri insan yaitu proses yang masuk akal lantaran insan mempunyai sifat melik ( ingin tahu ).
(c) Landasan pedagogis
1. Mendidik yaitu membantu siswa untuk membuatkan potensi yang ada dalam dirinya serta pengalamnnya. Dalam membelajarkan siswa, guru harus bisa membimbing siswa untuk membuatkan kedua potensi itu, khususnya dalam aspek bahasa dan kebahasaaan.
2. Membimbing siswa untuk menemukan tanggapan dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan prinsip metode SAS yang mengemukakan bahwa mendidik intinya mengorganisasikan potensi dan pengalaman siswa.
(d) Landasan linguistik
Secara totalitas, bahasa yaitu tuturan dan bukan tulisan. Fungsi bahasa yaitu alat komunikasi maka selayaknya bila bahasa ini membentuk percakapan.
Bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Unsur bahasa dalam metode ini yaitu kalimat. Karena sebagaian besar penutur bahasa yaitu penutur dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa Indonesia, penggunaan metode SAS dalam membaca dan menulis permulaan sangat sempurna digunakan. Pembelajaran yang di anjurkan yaitu analisis secara normative, artinya siswa diajak untuk membedakan penggunaan bahasa yang salah dengan yang benar, serta membedakan bahasa baku dan bahasa yang tidak baku.
B. Kebaikan atau keunggulan metode SAS
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kebaikan dari metode ini, diantaranya sebagai berikut : (1) metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi yaitu kalimat. Kalimat dibuat oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata, kata, dan risikonya fonem (huruf-huruf),(2) menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya, (3) metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri. Murid mengenal dan memahami sesuatu menurut hasil temuannya sendiri. Dengan begini, murid akan merasa lebih percaya diri atas kemampuannya sendiri, perilaku menyerupai ini akan membantu murid dalam mencapai keberhasilan belajar, (Linda Puspita, dkk, (2000: 2.24).
C. Pemilihan materi dan urutan pembelajaran
Sesuai dengan kandungan kurikulum pendidikan dasar bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara tematis dan kontekstual, kemudian materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan memakai metode SAS ini disandarkan pada konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan menentukan tema yang sesuai selain itu, perlu juga dipertimbangkan urutan perkembangan siswa dalam mempelajari bahasa, yaitu dengan menyajikan urutan menyimak atau mendengarkan, memahami, menirukan, dan memakai bahasa sesuai dengan lingkungannya.
Pemilihan materi asuh tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah :
1. Taraf perkembangan jiwa siswa
2. Fungsinya sebagai alat komunikasi
3. Minat siswa semoga terangsang untuk memakai bahasa
Urutan pembelajaran, baik secara mulut maupun secara tulisan, disandarkan pada aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
D. Prinsip pembelajaran dengan metode SAS
Linda Puspita, dkk (2000: 2.24) menyatakan bahwa, ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran memakai metode SAS. Prinsip tersebut yaitu : (1) kalimat yaitu unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan memakai metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar; (2) struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang terang dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini sanggup dilakukan dengan menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid untuk mengetahui bagian-bagiannya; (3) adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilkan; (4) unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis). Pada taraf ini, murid harus bisa menemukan fungsi setiap unsur serta hubungannya satu dan lain sehingga kembali terbentuk unsur semula; (5) struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid
E. Penerapan Metode SAS Dalam Meningkatkan Kemapuan Membaca Permulaan
Pengajaran membaca di SD merupakan dasar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, seandainya dasar tersebut kurang berpengaruh pasti pengaruhnya cukup besar dan sangat terasa bagi siswa dan juga pada gurunya. Pengajaran membaca bertujuan semoga siswa mempunyai pengetahuan dasar yang sanggup digunakan sebagai dasar untuk membaca. Pengajar diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa mulut siswa.
Momo dalam Zuchdi (1997: 55) menyampaikan bahwa pelaksanaan metode SAS dalam membaca permulaan di bagi menjadi dua yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan memakai buku.
1. Membaca tanpa buku
Dalam membaca permulaan tanpa buku dibedakan atas tujuh langkah pengajaran sebagai berikut :
a. Merekam bahasa anak
Dalam acara ini guru menanyakan keadaan wacana sekitar keluarga contohnya siapa nama bapak, ibu, kakak, adik, dimana bapak bekerja, alamatnya, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk memunculkan kalimat yang akan dijadikan dasar materi membaca. Bahan yang digunakan siswa dalam percakapan mereka direkam sebagai materi bacaan lantaran bahasa yang digunakan sebagai materi bacaan yaitu bahasa siswa sendiri, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan.
b. Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru menyiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi sambil bercerita kemudian gambar itu ditempelkan ke papan tulis. Melalui gambar tersebut guru sanggup mengajukan sejumlah pertanyaan pada anak. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memunculkan kalimat pada anak.
c. Membaca gambar
Guru menyampaikan sebuah gambar, kemudian siswa disuruh mengucapkan apa yang dilihat pada gambar tersebut dengan kalimatnya sendiri dengan hal ini siswa berguru membaca gambar.
d. Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah murid sanggup membaca dengan beberapa gambar yang diperlihatkan oleh guru dengan kalimat yang benar, guru sanggup meletakkan kartu kalimat di bawah gambar tersebut. Guru membaca kartu kalimat dan siswa mengulanginya.
e. Proses struktural
Setelah siswa mulai sanggup membaca tulisan, dibawah gambar bertahap gambar dikurangi sehingga pada risikonya mereka sanggup membaca tanpa di bantu gambar. Dalam acara ini digunakan kartu kalimat. Dengan dihilangkannya gambar, maka yang di baca yaitu kalimat.
Misalnya: Ini bola
Ini bola Adi
Ini bola Ali
Ini bola Tuti
f. Proses Analitik
Jika proses berguru berjalan dengan baik, maka siswa akan mendengar dan melihat adanya kelompok-kelompok yang diucapkan atau dibacanya. Proses analitik dimulai dengan menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf. Melalui acara ini siswa dibutuhkan bisa mengenal huruf-huruf dalam kalimat itu.
Misalnya :
Ini bola
Ini bola
I ni bo la
I n i b o l a
g. Proses sintetik
Setelah mengenal huruf, aksara dalam kalimat diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata dan suku kata menjadi kalimat menyerupai semula.
Misalnya :
I n i b o l a
I ni bo la
Ini bola
Ini bola
Secara utuh, proses SAS tersebut sebagai berkut :
Ini bola
Ini bola
I ni bo la
I n i b o l a
I ni bo la
Ini bola
Ini bola
2. Membaca dengan buku
Dalam membaca dengan memakai buku siswa akan memulai membaca goresan pena yang bahannya diambil dari materi yang telah dipelajari pada waktu murid menguraikan huruf-huruf pada ketika membaca tanpa buku. Buku yang digunakan yaitu buku paket dan buku pelengkap. Pengajaran berulang dengan acara sebagai berikut :
a. Memberikan teladan cara membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar.
b. Membaca dengan nyaring bacaan secara bersama-sama
c. Memabaca setiap baris kalimat secara bergantian. Dengan melaksanakan cara ini guru sanggup mengetahui kemampuan membaca siswanya.
d. Membaca dengan memakai lafal dan intonasi yang tepat. Bila dinilai, anak belum bisa mengenal aksara pergunakan kembali kartu-kartu kalimat, kata dan aksara yang pernah digunakan dalam acara membaca tanpa buku.
Kegiatan membaca dengan memakai buku bertujuan untuk melancarkan dan mematapkan siswa dalam membaca. Makara buku pertama berfungsi sebagai pelancar, selain itu juga untuk membiasakan siswa membaca goresan pena berkuran kecil, alasannya yaitu dalam membaca tanpa buku, mereka berlatih membaca dengan aksara berukuran besar.
Pengajaran membaca berakhir di kelas II, pada waktu itu siswa dibutuhkan telah menguasai dasar kemampuan membaca yang di perlukan untuk sanggup melaksanakan acara membaca lanjut. Siswa mengenal semua aksara dan gejala dalam melaksanakan acara membaca lanjut. Mereka telah mengenal semua aksara dan gejala baca sederhana. Perlu ditambahkan setelah siswa bisa membaca kalimat yang di tulis dengan aksara cetak, mereka diperkenalkan juga dengan goresan pena tegak bersambung.
Artikel : PENGERTIAN METODE SAS
Sumber http://www.rijal09.com
EmoticonEmoticon